• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karunia Hikmat

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 186-198)

36. Karunia Hikmat

Meditasi mata ketiga secara rutin akan memunculkan intuisi anda. Anda akan bisa tahu langsung, bukan hanya tentang hal spiritualitas, tetapi yg lebih nyata. Apa yg harus dilakukan di pekerjaan. Di keluarga. Dalam hubungan antar pribadi. Semuanya muncul begitu saja, tanpa anda perlu bersusah-payah mencari tahu. Saya sudah mengalaminya. Anda juga bisa. Caranya cuma satu, praktekkan sendiri. Kalau anda tidak meditasi, bagaimana kesadaran anda bisa mengolah begitu banyak data dalam waktu begitu singkat? Bagaimana pikiran anda mau diupgrade ke level lebih tinggi? Komputer saja selalu diupgrade, masa otak anda kalah? Anda sudah lahir dengan label alamiah yg bunyinya "Otak Inside". Ada otaknya, dan di tengah otak ada kelenjar pineal. Cakra mata ketiga yg asli. Dikultivasi lewat meditasi mata ketiga.

Orang Barat juga tidak langsung bisa tahu. Mereka harus bergulat selama 300 tahun terakhir untuk bisa menerima bahwa God atau Allah yg mereka sembah ternyata cuma konsep Yahudi yg dikawinkan dengan filsafat Yunani. Diterimanya juga sedikit demi sedikit, sejalan dengan kemajuan teknologi. Saat ini, tahun 2014 Masehi, boleh bilang sudah mutlak diterima. Diterima bahwa God atau Allah adalah konsep, dibuat sesuai pengertian di tempat dan waktu tertentu. Dewa-dewi dalam agama-agama kuno merupakan representasi dari aspek-aspek tertentu di alam semesta. Bisa berupa aspek fisik, misalnya Dewa Matahari. Simbol dari pemberi kehidupan. Bisa juga aspek kejiwaan manusia, seperti Dewa Siwa, simbol dari kesadaran manusia. Dengan kata lain, dewa-dewi ini cuma simbol saja, dan bukan realitas akhir atau hakekat dari apa yg mau dikomunikasikan. Kuno artinya berasal dari jaman dulu. Ada yg sudah punah, ada pula yg masih hidup seperti Hinduisme. Peta saja, dan bukan wilayahnya. God atau Allah merupakan konsep, cara bekerjanya sama seperti konsep dewa-dewi.

Peta pulau Jawa bukanlah pulau Jawa secara fisik. Dewa Siwa sebagai simbol manusia adalah peta. Manusia seutuhnya adalah diri kita sendiri. Kalau mau disimbolkan, harus digunakan banyak dewa-dewi. Ketika kita menyembah Siwa, maka kita menyembah kesadaran kita sendiri saja. Salah satu aspek dari kejiwaan kita, dan yg tertinggi memang. Dari kesadaran itu muncullah segala sesuatu. Muncul dewa-dewi lainnya. Muncul asma-asma Allah.

Elohim atau Allah yg muncul di bangsa Yahudi lain lagi. Mulanya dikonsepkan bahwa ada Dewa yg berada di luar ciptaannya. Terpisah sama-sekali, dan melakukan penciptaan. Ini konsep asli dari Elohim yg tentu saja berubah terus. Lama kelamaan diperhalus oleh nabi-nabi Yahudi yg muncul setelah Musa. Tetapi konsep dasarnya tetap sama, yaitu bahwa ada Dewa yg berada di luar kesadaran manusia. Bahkan di luar alam semesta.

Agama-agama di India, Cina dan Jepang tidak begitu. Disini, ada pengertian bahwa manusia secara fisik dan kesadarannya sekaligus merupakan bagian tak terpisahkan dari alam semesta. Berkaitan. Dan Dewa yg memberikan hukum-hukum seperti Elohim tidak dikenal. Yg dikenal adalah hukum-hukum alam biasa yg diberikan simbol sebagai Dewa-Dewi. Dewa Bayu untuk simbol angin. Dewa Agni untuk simbol api, dll. Allah di kebudayaan non semitik ini adalah gabungan dari semua dewa dewi itu, dan lebih lagi... karena ada Allah yg tidak terdefinisikan. Di India disebut Brahman, di Cina disebut Tao. Di Bali juga ada, dengan simbolnya yg disebut Ongkara. Di agama Yahudi, Allah didefinisikan sejak awal mula. Dan diajarkan bahwa Allah ada di luar alam semesta ciptaannya. Allah pegang remote control. Begitu pakemnya.

Kalau anda baca buku karya Zecharia Sitchin yg judulnya the Twelth Planet, disitu malahan anda akan menemukan Sitchin menyimpulkan bahwa ras manusia di bumi ini merupakan hasil

peternakan yg dimulai oleh makhluk luar angkasa. Dewa-dewa Mesopotamia merupakan para tokoh luar angkasa itu, yg kemudian saling berperang. Kisah peperangan mereka akhirnya menjadi awal dari mitos Allah yg jamak itu. Allah yg banyak.

Ada juga teori yg bilang bahwa ada berbagai makhluk di berbagai dimensi. Dan di dimensi ruang dan waktu yg kita kenal, cuma kitalah penghuninya. Paralel dengan dimensi kita, ada dimensi-dimensi lain dengan makhluk-makhluknya sendiri. Tetapi untuk berkomunikasi dengan mereka kita tidak bisa menggunakan alat apapun. Tidak menggunakan pesawat canggih, tetapi masuk ke dalam kesadaran kita sendiri saja. Tetapi akhirnya kita cuma akan bertemu dengan simbol-simbol saja.

Para nabi Yahudi bertemu dengan malaikat. Tidak lain dan tidak bukan kesadaran mereka sendiri saja. Bisa dibilang kesadaran dalam atau kesadaran tinggi. Nabi Yakub bergulat dengan satu malaikat semalaman. Bergulat secara fisik. Itu kalau kita mau percaya apa yg ditulis di kitab Genesis yg, konon, ditulis oleh Musa. Tetapi apakah benar ada malaikat yg bergulat secara fisik dengan Yakub? Menurut saya tidak ada. Kemungkinan besar Yakub cuma mengalami pergulatan batin yg begitu intens sehingga dia merasa bergulat dengan suatu sosok yg kemudian

diinterpretasikan sebagai satu malaikat.

Saya sendiri pernah antara tidur dan tidak tidur merasa kaki saya dipegangin oleh satu makhluk. Saya tendang-tendang tidak mau lepas. Saya tidak bisa melihat itu makhluk apa, saya cuma

merasakan dekapannya di kaki saya yg begitu kuat. Dan saya cuma tahu bahwa namanya Darmo Gandhul. Mungkin kisah perjumpaan Yakub dengan malaikat itu merupakan pengalaman serupa dengan apa yg saya alami.

Lagi pula kisah para nabi Yahudi itu tidak lagi asli, sebenarnya. Sudah diedit. Sudah mengandung interpretasi atau penafsiran para editornya.

Dulu saya begitu percaya Musa bertemu dengan makhluk angkasa luar, dan itu tabut perjanjian Yahudi isinya alat-alat teknologi dan komunikasi. Tapi setelah saya pelajari berbagai kisah kuno di berbagai kebudayaan, akhirnya saya berkesimpulan bahwa memang seperti itulah cara

manusia masa lalu menceritakan asal-usul mereka. Bangsa Jepang, misalnya, mereka percaya bahwa ada Dewi Matahari yg menurunkan keluarga pendeta Shinto paling berpengaruh di masa lalu yg lalu diangkat sebagai kaisar. Dan itu sudah bertahan selama 2,000 tahun lebih. Keluarga yg sama tetap menjadi kaisar secara turun temurun, dan legitimasi mereka adalah kepercayaan orang Jepang bahwa mereka adalah keturunan Dewi Matahari yg di Jepang disebut sebagai Amaterasu Omikami.

Masyarakat tradisional Indonesia juga memiliki kisah-kisah semacam itu. Yg saya ingat ada kisah tentang dewi yg turun dari luar angkasa dan mengajarkan adat budaya kepada masyarakat Sulawesi Utara. Etnik lainnya juga memiliki kepercayaan serupa yg sekarang kita sebut sebagai mitos atau legenda, tetapi di masa lalu dipegang sebagai kepercayaan turun temurun, bagian dari agama tradisional mereka sebelum masuk agama-agama asing dari luar seperti Hindu, Buddha, Kristen dan Islam.

Saya akui, satu dunia beradab saat ini merupakan pemekaran dari ide-ide dasar Yahudi. Dimulai dari 2,000 tahun lalu oleh Yesus, seorang Yahudi. Dari situ muncul Skolatisisme, yaitu teologi berdasarkan pemikiran Aristoteles. Setelah Demitologisasi, muncul aliran Liberal.

Demitologisasi artinya penelanjangan mitos. Dan itu sejalan dengan munculnya negara-bangsa di Eropa. Negara-bangsa membawa industrialisasi. Sebagai wilayah pinggiran, Indonesia tinggal ikut saja. Kita tinggal ambil saja. Mereka yg ribut disana, dan kita tinggal ambil karena tidak ada hak cipta. Dan ini bagian dari intuisi juga.

Intuisi adalah pengertian yg muncul begitu saja di dalam pikiran kita, kita tahu bahwa kita tahu. Walaupun orangnya sumpah, kita akan tahu bahwa dia bohong. Walaupun dia tidak mau bicara, kita akan tahu apa isi pikirannya. Apa yg bisa langsung kita tahu itulah yg dimaksudkan dengan intuisi.

Hipnotis lain lagi, dan jenisnya ada macam-macam. Hipnotis yg dilakukan dengan seijin orangnya namanya hipnotherapi, gunanya untuk penyembuhan berbagai macam penyakit, baik yg asli berasal dari virus maupun dari pikiran orang itu sendiri yg destruktif. Pikiran yg merusak, termasuk delusi atau waham. Penipuan diri sendiri.

Setahu saya, meditasi bukanlah prasyarat mutlak bagi seorang praktisi hipnotherapi. Seorang hipnotherapist cukup melatih kemampuan dirinya untuk rileks dan menurunkan gelombang otaknya sendiri ke level alpha dan theta, yg gunanya untuk menginduksi gelombang otak

pasiennya ke gelombang otak yg sama, dan lalu memberikan berbagai macam sugesti yg diharapkan akan bisa membantu penyembuhan.

Seharusnya begitu, tapi kenyataannya tidak. Saya merasa para hypnotherapist tidak bisa menurunkan gelombang otak pasien. Kebanyakan tidak bisa. Semuanya masih berada di gelombang otak beta atau frekwensi melek penuh. Kalaupun tekniknya bekerja, hypnotherapi menggunakan berbagai macam akal untuk mengunci jalan pikiran pasien sehingga tidak kembali ke kebiasaan jelek yg ingin dibuang.

Penyembuhan total dan langsung merupakan suatu pengecualian, dan sangat wajar bagi teknik hipnotherapi untuk digunakan berulang-ulang sampai hasil yg diinginkan tercapai. Ada juga kemungkinan bahwa hasil yg telah tercapai akhirnya hilang begitu saja karena ternyata sugesti yg diberikan oleh hipnotherapist kalah kuat dengan sugesti yg diberikan oleh si pasien terhadap dirinya sendiri.

Ada yg pernah mencoba untuk melakukan perubahan orientasi seksual dari seorang homo agar menjadi hetero. Hasilnya cukup menggembirakan pada awalnya karena si homosex atau gay itu sudah bisa melirik wanita. Tapi, ketika therapi diteruskan, ternyata efeknya cuma begitu-begitu saja, cuma melirik doang, dan tidak berlanjut ke arah hubungan sex.

Pada pihak lain, orientasi seksual seseorang merupakan hal yg normal saja. Baik hetero, gay, bisex, ataupun asexual merupakan orientasi yg normal. Dan usaha untuk mentherapi seseorang agar orientasi seksualnya berubah tentu saja patut dipertanyakan. Apakah ethis untuk merubah seorang pria hetero menjadi gay? Kalau itu ternyata tidak ethis, maka merubah pria gay menjadi hetero juga tidak ethis, karena kedua orientasi ini sama validnya. Bukan merupakan kelainan jiwa melainkan hal yg normal saja. Bukan sakit jiwa!

Lain halnya kalau orangnya sendiri yg meminta, misalnya ada seorang pria hetero sudah bosan berhubungan sex dengan perempuan, dan sekarang ingin nyobain dengan sesama pria. Dia lalu pergi keseorang hipnotherapist agar dihipnotis menjadi gay. Itu bisa, tetapi harus atas permintaan orangnya sendiri. Dan belum tentu berhasil. Mungkin paling jauh jadi bisex doang.

Ada lagi hipnotherapist yg bisa melakukan regressi ke kehidupan masa lalu atau past life. Masalah di kehidupan sekarang bisa ditelusuri sebagai berasal dari kehidupan masa lalu. Sayangnya, tidak semua orang bisa diregressi. Kalaupun bisa, apakah benar sesuatu yg dilihat oleh pasien sebagai kehidupan masa lalu itu benar-benar ada? Yg jelas, kita cuma akan di-regressi ke dalam pikiran kita sendiri, dan yg muncul juga cuma simbol-simbol belaka. Dan belum tentu si hipnotherapist bisa mengartikannya, sehingga bisa saja akhirnya terjadi penumpukan takhayul yg tidak mencerdaskan.

Pada pihak lain, yg secara salah kaprah dikenal sebagai kejahatan hipnotis sebenarnya bukanlah hipnotis melainkan gendam. Gendam dilatih dengan cara konsentrasi pada cakra solar plexus ke bawah. Orang yg mengumpulkan energi gendam bisa menghipnotis korbannya untuk

memberikan uang, dll. Itu gendam dan bukan hipnotis karena yg digunakan adalah tenaga yg kuat sekali dan berasal dari cakra solar plexus ke bawah. Ini energi naluri dan bukan energi

intuisi. Naluri seseorang yg kuat tentu saja bisa mempengaruhi orang lain yg pikirannya melayang dan tidak fokus.

Kalau kita rutin meditasi di cakra mata ketiga, kita tidak akan terpengaruh dengan segala macam gendam. Segala macam hipnotherapi juga tidak akan berpengaruh. Segala teknik rekayasa yg menggunakan kombinasi gendam dan hipnotherapi seperti dipraktekkan di berbagai pelatihan juga tidak akan mempan.

Sebaliknya, dengan meditasi rutin di cakra mata ketiga kita akhirnya akan sadar bahwa kita bisa memilih apa yg kita inginkan dalam hidup. Tanpa perlu membuang uang mahal-mahal buat pelatihan yg menggunakan segala macam teknik rekayasa, kita akan tahu dengan sendirinya apa yg sebenarnya kita mau, dan kita akan pilih apa yg kita mau dengan sadar.

-

Pada mulanya ada banyak tulisan Yahudi yg digunakan. Lalu dikumpulkan dan diseleksi. Apa yg dikenal sebagai Taurat Musa, misalnya, kemungkinan berasal dari hasil editan dua tulisan

berbeda. Berbeda tradisinya, dan kemungkinan besar wilayahnya juga. Satu berasal dari Palestina Utara, dan satunya lagi dari Palestina Selatan. Ada yg menyebut sesembahannya dengan nama Elohim, yg dituliskan sebagai Allah di bahasa Indonesia. Ada pula yg menyebut sesembahannya sebagai JHVH, yg dituliskan sebagai Tuhan di bahasa Indonesia. Itu kitab tertua yg disucikan oleh Bani Israel atawa yg sekarang umumnya kita kenal sebagai orang Yahudi. Jadi tidak benar Allah menurunkan Taurat kepada Musa. Sebagian dari isi Taurat mungkin ditulis oleh Musa sendiri, mungkin juga semuanya ditulis oleh orang lain. Mungkin Musa benar pernah ada, mungkin juga cuma seorang tokoh mitologis. Di kitabnya tertulis sejarah bumi dan langit. Penciptaan alam semesta oleh Allah yg, konon, dilakukan dalam waktu enam hari saja. Dan pada hari ketujuh Allah istirahat.

Hari pertama bukanlah Senin, melainkan Minggu. Dan hari ketujuh adalah Sabtu. Orang Yahudi menyebutnya hari Sabbath. Bahkan kata Sabtu di bahasa Indonesia berhubungan langsung dengan istilah Sabbath. Sabado di bahasa Portugis diambil langsung dari kata Sabbath di bahasa Ibrani. Dan jadilah Sabtu di bahasa Indonesia. Karena Allah istirahat di hari Sabtu, maka orang Yahudi beribadah di hari ini. Aslinya haram melakukan kerja apapun kecuali istirahat dan ibadah. Kenapa haram? Karena Allah mencontohkan dengan cara beristirahat dari pekerjaannya pada hari Sabtu. Apa benar Allah istirahat pada hari Sabtu tentu saja soal lain. Di Taurat tertulis, kuduskanlah hari Sabbath. Artinya, pisahkanlah hari itu, jangan samakan dengan hari lainnya. Kudus artinya suci, terpisah. Beda. Dalam hal ini beda karena digunakan khusus untuk istirahat dan ibadah. Apakah benar itu perintah menguduskan hari Sabtu berasal dari Allah?

Wallahualam. Kita cuma bisa tahu pasti bahwa hal itu dituliskan oleh manusia ribuan tahun lalu. Manusia yg menulis bahwa Allah memerintahkan orang Yahudi untuk menguduskan hari Sabtu. Berdasarkan Taurat Musa ini, dibuatlah syariat Yahudi.

Sama seperti dalang yg bisa berucap seolah-olah dirinya Semar, pengarang kitab-kitab masa lalu juga bisa berucap bahwa dirinya Allah. Ucapan mana diingat dan diwariskan turun-temurun. Sampai suatu saat dituliskan. Kalau ada tulisan-tulisan yg tidak cocok, maka tinggal

dua versi, yaitu yg menggunakan nama Allah, dan yg menggunakan nama Tuhan. Makanya orang Yahudi dan Kristen suka menggabungkan kedua nama itu menjadi Tuhan Allah. Dalam bahasa Inggris Lord God. Dalam bahasa Ibrani Adonai Elohim.

Penciptaan alam semesta seperti tertulis di Taurat, dan di kitab-kitab kuno lainnya, semuanya hasil budaya manusia. Dikeluarkan oleh alam pikiran manusia. Menggunakan kiasan-kiasan yg berlaku di jamannya. Semua budaya punya itu adat-istiadat menggunakan nama Allahnya, atau nama Dewa-Dewinya, untuk mengucapkan perintah. Sangat umum. Bukan berarti benar ada Allah di atas sana, atau Dewa-Dewi. Mereka bisa saja dianggap ada, sebagai simbol, perantara, untuk mengkomunikasikan sesuatu. Biasanya hal-hal yg dianggap penting agar etnik

penyembahnya bisa bertahan hidup. Cuma itu saja. Dan orang-orang Yahudi yg paling

berpendidikan di satu dunia saat ini sudah tahu itu. Orang-orang Kristen juga. Kalau sudah tahu, tapi pura-pura tidak tahu, tentu saja itu soal lain. Bisa saja tetap ikut ritual keagamaan, walaupun tahu ini cuma permainan kepercayaan. Seolah-olah ada yg dipercaya. Seolah-olah yg dipercaya itu benar.

Makanya orang Barat heboh sekali ketika muncul pemberitaan tentang God Particle, Partikel Allah. Ditemukan Partikel Allah di tahun 2013. Partikel Allah adalah pembuktikan bahwa materi terkecil bisa mulai terisikan massa. Ada tumbukan cepat sekali, dan partikel materi terkecil yg tadinya kosong tiba-tiba berisikan massa. Dari tidak ada menjadi ada. Hebohlah media massa satu dunia, karena cuma inilah ujung penemuan manusia detik ini. Baru bisa dibuktikan

bagaimana suatu hal yg tidak ada menjadi ada. Makanya dinamakan God Particle. Terjemahan akuratnya Partikel Allah, bukan Partikel Tuhan. God itu Allah, bukan Tuhan. Tapi apakah benar ada Allah disana? Ada Allah di God Particle?

Tentu saja tidak ada. Ini fenomena fisik biasa. Membuktikan apa yg tidak pernah bisa

dibuktikan. Terbukti bahwa partikel terkecil di alam semesta bisa tiba-tiba mempunya kepadatan. Kumpulan kepadatan adalah apa yg bisa kita jamah dengan tangan. Ujung-ujungnya, apa yg kita bisa jamah dengan tangan akan bisa diuraikan menjadi partikel yg tidak bisa terjamah. Namanya partikel terkecil. Kalau dibalikkan lagi, partikel terkecil yg tidak bermassa itu, atau kosong, bisa terisi kembali, dan kumpulannya bisa kita jamah. Tapi itu bukan Allah.

Saya sendiri lebih suka menggunakan simbol untuk menjelaskan tentang Allah. Bisa pakai berbagai macam simbol yg sudah ada. Seperti simbol sadulur papat dalam budaya Jawa. Sadulur papat limo pancer adalah empat elemen alam semesta: udara, air, api, dan tanah. Plus roh. Roh inilah yg saya sebut sebagai kesadaran.

Elemen udara artinya pemikiran kita. Kita berpikir terus, tapi apakah kesadaran kita sama dengan pikiran kita? Tentu saja tidak. Ternyata kesadaran kita tetap, walaupun kita tidak berpikir. Kita tetap sadar bahwa kita sadar. Yg termasuk elemen udara adalah agama dan ilmu pengetahuan. Apakah kesadaran kita sama dengan agama kita? Jawabannya, sekali lagi tidak. Agama ya agama, adanya di luar kesadaran kita, dan ternyata kesadaran kita independen dari agama. Kita mau pakai agama A bisa, mau pakai agama B juga bisa. Kesadaran kita ternyata independendari agama. Kesadaran adalah yg sadar thok itu. Bukan kesadaran untuk begini atau untuk begitu! Apakah ilmu pengetahuan bisa dipisahkan dari kesadaran kita? Bisa. Kita sadar bahwa kita sadar, bahkan tanpa perlu membawa-bawa ilmu pengetahuan.

Elemen air adalah emosi kita, perasaan-perasaan, hubungan antar manusia. Kita bisa bertanya apakah emosi kita sama dengan kesadaran kita? Ternyata tidak sama. Emosi datang dan pergi, dan ternyata kita tetap sadar. Sadar bisa melihat ketika kita marah dan ketika kita sedih. Hubungan antara manusia juga begitu. Ternyata walaupun kita putus cinta, hal itu tidak akan membawa masalah berlarut-larut karena kesadaran kita tetap ada. Kita sadar bahwa kita sadar. Elemen api adalah tindakan fisik. Apakah kesadaran saya sama dengan jari-jari tangan saya yg mengetik? Kalau sama, berarti saya akan mengetik terus tanpa henti. Ternyata tidak sama. Ternyata kesadaran saya tetap walaupun saya berhenti mengetik.

Elemen tanah adalah tubuh fisik kita. Apakah kesadaran saya sama dengan kaki saya? Kalau kaki saya harus diamputasi, apakah kesadaran saya akan hilang? Enak aja! Ternyata saya tetap sadar, bahkan setelah kaki saya dipotong. Apakah kesadaran saya sama dengan rasa lapar saya? Itu juga tidak. Ternyata rasa lapar, kenyang, haus, birahi, dll yg berasal dari metabolisma dan pergerakan hormon di tubuh kita bukanlah kesadaran kita. Kita sadar bahwa kita sadar di luar semuanya itu!

Kita yg sadar inilah yg disebut roh. Pancer. Kesadaran. Itu pemahaman saya tentang sadulur papat limo pancer. Penjelasannya mungkin beda dengan mereka yg berlatar-belakang Kejawen. Mereka menggunakan berbagai macam trik masa lalu seperti berbagai jenis tapa atau meditasi. Saya bisa langsung memahami essensinya tanpa perlu mempraktekkan tapa yg aneh-aneh itu. Tapa dan bahkan puasa. Puasa artinya membulatkan niat pada titik kesadaran atau pancer. Mungkin manusia masa lalu tidak bisa seperti kita sekarang yg mampu berpikir secara rasional. Tidak tahu bagaimana bisa secara logis mencapai apa yg dituju. Cara mereka membulatkan keinginan dirinya adalah dengan puasa. Macam-macam puasa itu merupakan jenis tapa atau meditasi juga.

Tapa patigeni adalah mematikan semua perasaan di tubuh. Dan ternyata hal itu tidak bisa dilakukan. Ternyata kita masih saja bisa merasakan sensasi di tubuh fisik. Walaupun demikian, niat berpatigeni itupun sudah bisa menghantarkan kita untuk mengerti bahwa kesadaran kita ternyata tetap dan tidak tergantung dari sensasi tubuh. Sensasi fisik datang dan pergi, sedangkan

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 186-198)