• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dharma dan Bhakti

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 172-178)

34. Dharma dan Bhakti

Lucu juga kalau diingat bahwa penghilangan ego dikhotbahkan oleh mereka yg egonya sebesar gunung. Tanpa perlu sebut nama, anda tinggal datangi saja, secara lisan atau tulisan, mereka yg ajarannya mengandung komponen penghilangan ego. Kalau mata anda lurus dan tidak juling, anda akan bisa tahu bahwa guru-guru besar semacam ini adalah yg punya ego paling besar. Tanpa perlu mata ketiga anda bisa tahu. Dan anda bisa langsung saya nyatakan katam mata ketiga, walaupun saya tidak melatih apapun, cuma memberikan saran agar anda gunakan dua mata anda. Dan anda percaya saya, dan anda lakukan. Ketika anda pakai dua mata anda, anda pakai mata ketiga. Satu paket.

Buat saya, pelatihan-pelatihan yg telah dan akan saya lakukan di banyak kota di Jawa Bali, baik sendiri maupun bersama-sama, masuk dalam kategori Dharma, yaitu kewajiban yg mutlak harus dilakukan. Beda dengan Bhakti yg merupakan pilihan. Dengan kelebihan sedikit pemasukan dari pelatihan di Jakarta, para pengajar bisa terbang ke Surabaya. Dari Surabaya ke Yogyakarta. Dari Yogyakarta ke Denpasar. Lalu balik lagi ke Jakarta, dengan sedikit kelebihan. Atau sedikit nombok. Yg tentu saja tidak menjadi masalah.

Dharma dan Bhakti, artinya beda. Jangan disalah-kaprahkan lagi. I am a Hindu, hohohohoho...

Om swastyastu. Assalamualaykum.

Orang Kristen juga pakai assalamualaykum, tapi sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi damai besertamu. Bukan salam sejahtera; yg itu salah kaprah.

Magick, dengan akhiran k, bukan sihir bukan sulap. Bacanya tetap saja mejik. Artinya beda. Orang Indonesia hampir semuanya tidak tahu bahwa ada mejik dan mejik. Ada mejik klenik, dan ada mejik non klenik. Klenik artinya tidak bisa dijelaskan. Dan non klenik bisa. Magick dengan akhiran k adalah mejik non klenik. Ada latar belakangnya kenapa pakai mantera dengan nama-nama Allah. Berbagai nama-nama Allah disebutkan secara cukup lengkap. Ada yg nama-namanya the Lesser Banishing Ritual of the Pentagram. Pentagram adalah simbol dari manusia hidup. Sama seperti anda dan saya. Ada lima sudutnya, sama seperti kita semua, punya lima sudut kalau dipandang

dari arah depan. Ada kepala, dua tangan, dan dua kaki. Lima sudut. Pentagram. Ada pula

berbagai ritual yg kurang seram. Bahasa populernya afirmasi. Penegasan. Ditegaskan berkali-kali bahwa anda ingin kaya raya. Ingin punya pacar cantik atau ganteng. Ingin yg baik hati, murah senyum, atau tidak cerewet. Dan itu bisa saja, menggunakan medium apapun, termasuk kartu tarot, yg diatur sedemikian rupa sehingga kesadaran anda merasa sudah cukup pas.

Pengertiannya sudah masuk. Lalu diulang-ulang afirmasinya. Bisa pakai dupa juga. Tutup mata. Turunkan gelombang otak anda. Dengan kata lain, meditasi. Menurunkan gelombang otak anda untuk mencapai level samadhi. Tingkat meditasi cukup mendalam yg dimulai dari frekwensi Alpha, dan semakin turun, semakin turun. Kalau sudah turun sekali, tidak ada perbedaan antara kepala dan hati. Semua sudah menyatu. Tinggal tutup saja dengan amin. Anda yg buka, dan anda yg tutup sendiri.

Tarot cukup bagus sebagai pembuka jalan untuk mempelajari simbolisme. Ada berbagai macam simbol di semua budaya. Simbol belaka. Bahkan Allah juga simbol. Semuanya tentang kejiwaan kita sendiri. Psikologi. Tujuannya agar kita bisa menjadi manusia yg sehat jiwanya. Cuma itu saja. Mempelajari simbol tarot tidak susah. Satu bulan sudah cukup. Yg mungkin orang merasa berat adalah meditasinya. Tanpa meditasi, tarot tidak bisa jalan. Saya bisa percaya diri pakai kartu tarot karena saya sudah overdosis meditasi. Saya bisa bicara tanpa berpikir, keluar apa adanya saja. Dan itu saya praktekkan dalam tulisan. Saya menulis juga tidak berpikir. Apa yg muncul langsung saya tulis. That's tarot in action!

Dunia materi ini penuh dengan simbol. Simbol adanya di dalam pikiran kita saja. Secara materi tidak ada, mati. Tetapi secara spiritual ada, adanya di dalam pikiran kita. Spiritual artinya rohaniah. Rohaniah itu bukan fisik melainkan non fisik. Pikiran kita non fisik. Karena non fisik, maka kita bisa ubah. Kalau tidak suka, tinggal ubah saja. Agak susah mengubah pola baku di dalam pikiran kalau kita tidak pakai meditasi. Dengan meditasi kita bisa kun fayakun. Kalau telah mencapai gelombang otak rendah sekali, tinggal bilang saja.Tinggal ucapkan saja. Kalau memang pas, ada yg menyambung, maka akan terjadi sesuatu. Dan itulah juga cara kerja nubuah!

Membaca kartu tarot adalah membaca pikiran orang yg bertanya, dan mengikutinya. Apa yg dipercayainya, apa yg dimauinya. Pembaca tarot seharusnya netral, cuma menjadi cermin saja. Kalau yg dibacakan tarot ingin menceburkan diri dan bertanya bagaimana caranya, saya akan kasih tahu caranya. Saya cuma membaca pikiran. Saya tidak bilang benar atau salah. Orang tetap harus memutuskan sendiri apa yg ingin dilakukannya. Ada yg tidak bisa diubah, dan ada yg bisa diubah. Tetapi, apakah benar akan ada perubahan tentu saja tergantung dari orangnya sendiri. Orangnya mau atau tidak? Kalau orangnya tidak mau, ya tidak bisa. Tidak ada yg bisa memaksa kita kalau kita tidak mau berubah.

Walaupun saya mulai dengan tarot, sekarang sudah susah untuk menempatkan tarot di dalam tulisan-tulisan saya. Jaman kita sekarang sudah jauh berbeda dengan jamannya Arthur Edward Waite dan Aleister Crowley. Di jaman mereka, tarot masih bisa terus dibawa-bawa sampai ke setiap aspek. Di jaman sekarang, itu tidak bisa. Spiritualitas sudah makin dimengerti, orang tahu apa yg nyata dan apa yg cuma konseptual. Lagipula, sudah ada dekonstruksi. Kalau tujuannya meng-advokasi dan meng-akomodasi perubahan, kita harus pakai medium yg lebih netral, yg bisa dimengerti dan digunakan oleh semua orang.

Dalam keterbatasannya, tarot masih tetap berguna. Sayangnya tidak semua pewacana tarot menguasai simbolisme. Mungkin secara intuitif tahu, tapi masih merasa takut untuk bicara atau menulis. Pedahal tidak perlu takut, tidak perlu jadi orang klenik juga. Misalnya, saya bisa bilang the High Priestess, kartu arcana mayor kedua, adalah Nyi Roro Kidul. Dan itu benar! Sama-sama simbol. Dan simbol lokal yg paling dekat dengan the High Priestess adalah Nyi Roro Kidul. Sama-sama ber-elemen air. Sama-sama memberikan pengetahuan. Sama-sama bisa kuat menguasai hati manusia, atau membawa manusia untuk mengubah hatinya sendiri.

Lalu dari mana asal-usul 72 bidadari surga yg, katanya, dituliskan di dalam Al Quran? Menurut saya itu simbolik saja, yaitu angka yg diperoleh dari nama Allah yg tidak boleh diucapkan di dalam Yudaisme, yaitu JHVH.

JHVH merupakan gabungan 4 abjad Ibrani. Jod, He, Vau dan He. Tiap abjad Ibrani juga sekaligus angka. Jadi, Jod memiliki nilai 10. He memiliki nilai 5. Vau memiliki nilai 6. JHVH diurutkan dalam empat susun akan menghasilkan 4 Jod + 3 He + 2Vau + 1 He. Setelah

dijumlahkan, ternyata total angka yg diperoleh adalah 72. Dan, menurut saya, itulah asal usul kisah tentang bidadari surga di dalam Al Quran.

Tidak lain dan tidak bukan merupakan angka rahasia yg diperoleh berdasarkan ilmu Gematria. Ini ilmu kuno sekali. Sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Mungkin sejak abjad Ibrani ditemukan. Gematria adalah bagian dari Kabalah, ajaran esoterik Yahudi. Esoterik artinya tersembunyi, tidak boleh diajarkan untuk umum.

Allah, atau yg secara simbolik dituliskan sebagai JHVH di dalam Yudaisme, bisa dijumlahkan berapa nilainya. Tetapi ternyata tidak langsung dijumlahkan, melainkan disusun menjadi 4 tingkat dahulu. Disusun menjadi bentuk segitiga yg beralaskan bumi dan mencapai langit. Segitiga juga merupakan bentuk geometrik spiritual. Setelah JHVH diurutkan dalam bentuk segitiga spiritual itu, yg berarti bersusun 4, dan dijumlahkan semua angkanya yg muncul, hasilnya adalah 72. Di dalam Kabalah, angka 72 itu bukanlah bidadari melainkan malaikat. Malaikat adalah emanasi dari Allah sendiri. Emanasi artinya pancaran. Bisa dianggap sebagai pembawa pesan. Dan itulah makna malaikat, angelos, pembawa pesan. Dari Allah untuk manusia. Termasuk budaya Timur Tengah karena di Nusantara tidak ada.

Saya tahu seperti apa praktek orang spiritual di Nusantara jaman dulu. Orang-orang di Kalimantan dan Sulawesi punya ritual mengayau atau potong kepala orang. Untuk inisiasi, mereka harus cari kepala orang di kampung lain. Dan dipotong. Cuma untuk tumbal inisiasi. Dan cuma berhenti setelah dilarang oleh Belanda. Orang-orang Batak juga punya praktek semacam itu, dan cuma berhenti setelah kena pengaruh Kristen Jerman yg dibawa oleh misionaris Nommensen.

Yang paling parah di Jawa, raja-raja Jawa dan para bangsawan memungut pajak dalam bentuk rodi (kerja paksa yg secara halus disebut sebagai gotong-royong). Ketika Belanda menaklukkan Jawa, Belanda mengambil-alih hak untuk memerintahkan rodi tu. Jadi, sebenarnya Belanda menggunakan wewenang raja dan para bangsawan di Jawa. Bukan kerja yg dipaksakan oleh Belanda, melainkan Belanda menggunakan kerja paksa yg merupakan hak pemimpin pribumi.

Bagusnya kolonialisme juga ada, Indonesia sudah memperoleh pendidikan sejak akhir abad ke-19. Belanda sudah membangun sekolah-sekolah, dengan konsentrasi terbanyak di Jawa, Sumatra Barat dan Sulawesi Utara. Belanda sudah menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Jadi sebenarnya indonesia ini sudah terbentuk sejak akhir abad ke-19 ketika Belanda berhasil total menyatukan Hindia Belanda. Pembangunan sudah dimulai. Kita cuma tinggal mengikuti saja. Sayangnya, naluri primitif penduduk Indonesia ternyata masih cukup kuat. Masih suka ada perang suku, perang agama. Bahkan sampai sekarang. Itu ciri masyarakat primitif.

Indonesia tetap bagian dari masyarakat internasional, walaupun standardnya tertinggal. Ada budaya internasional yg dianut oleh satu dunia. Dan budaya internasional itu lebih tinggi nilai kemanusiaannya dibandingkan dengan budaya asli Indonesia. Ini budaya yang menghormati Hak Asasi Manusia (HAM). Di masyarakat tradisional Indonesia tidak dikenal HAM. Mungkin ada hak, tetapi standardnya beda. Standard kampung, bukan standard internasional. Tantangan yg kita hadapi sebenarnya adalah bagaimana membawa Indonesia ke kancah internasional. Kita harus membuka diri menjadi bangsa beradab di antara bangsa-bangsa di dunia ini. Dan itu harus dibuktikan.

Di mata satu dunia, bahkan Australia yg cuma berpenduduk 22 juta orang dipandang memiliki derajat lebih tinggi dibandingkan Indonesia yg berpenduduk 235 juta orang. Kenapa? Karena Australia sudah ikut standard internasional, Indonesia belum. Indonesia masih setengah primitif, masih berstandard ganda,

Saya tidak mendorong orang Indonesia untuk menjadi orang Barat. Saya mendorong orang Indonesia untuk bersaing dengan orang Barat. Kita bisa lebih beradab dibandingkan orang Barat, kalau kita mau mencoba. Kita bisa menemukan terobosan baru dalam bidang HAM. Kita bisa berpikir dengan lebih cerdas dan jernih dibandingkan orang Barat, itu juga kalau kita mau. Langkah pertama: sadarilah! Sadarilah bahwa kita sudah terlalu banyak menipu diri sendiri. Kalau sudah sadar, barulah keluar dari diri sendiri. Berbicara apa adanya. Menulis apa adanya. Tidak perlu membanggakan segala Atlantis yg belum tentu pernah ada di Indonesia.

Sudah cukup lama kata Darwin selalu terngiang-ngiang di dalam kepala saya, setiap hari tanpa absen, sampai muncul berita bahwa Amerika Serikat (AS) akan membuat pangkalan militer di Darwin, Australia. Menurut saya, itu juga semacam teguran halus kepada Indonesia untuk mulai menjadi bangsa beradab. Yg jelas, dengan adanya marinir AS di Darwin, tidak bakal lagi ada kerusuhan di Ambon. Yg dipilih oleh AS untuk menjadi partner menjaga keamanan kawasan Asia Pacific adalah Australia karena, walaupun cuma berpenduduk 22 juta orang, atau kurang dari 1/10 penduduk Indonesia, Australia adalah negara beradab. Kalau tingkat kegilaan

penduduk Australia terendah di satu dunia, maka tingkat kegilaan penduduk Indonesia tertinggi satu dunia. Kalau Australia sangat informal dan sederhana, Indonesia sangat gila hormat. Indonesia ini kebalikan dari Australia. Dan ternyata AS memilih berpartner dengan Australia. AS sangat pancasilais. Saya pernah tinggal di AS. Saya lihat sendiri disana ternyata

masyarakatnya benar-benar mengamalkan Pancasila, walaupun tidak disebut dengan istilah itu. Anda lihat Barack Obama: sikapnya, cara jalannya, cara bicaranya. Itu tulus, apa adanya saja, tanpa kepura-puraan. AS kebalikan dari Indonesia juga dalam hal tertentu. Pria AS akan

mencium pipi perempuan, contohnya, dan bukan pipi lelaki. Di AS, sesama lelaki yg saling cium pipi cuma kaum homo.

Saya pernah kenal pribadi seorang anggota marinir AS. Teman sekolah saya disana. Namanya Francis, seorang keturunan Polandia yg menikah dengan wanita Philipina. Mungkin Francis sudah jadi kolonel atau brigadir jenderal sekarang. Francis cerita tentang bagaimana kehidupan militer AS. Harus bersih total. Tidak ada itu yg namanya militer korupsi di AS. Dan sekarang militer AS semakin oke lagi, dengan kebijakan don't ask don't tell atawa penerimaan total kaum homosex dan lesbian. Dan tidak membawa-bawa agama, tentu saja. Bukan anti agama, tetapi tidak membawa-bawa agama.

Di dunia Timur, kita diajar, sering dengan paksaan fisik dan intimidasi verbal, bahwa kita tidak bisa melepaskan diri dari agama dan tradisi. Kita dibuat percaya bahwa kita dilahirkan sebagai budak. Budak agama, budak tradisi, budak kepercayaan asal. Di Barat tidak begitu. Kita diajar sejak lahir bahwa kita manusia bebas. Dalam banyak hal, Barat lebih superior dari Timur. Spiritualitas tertinggi di Asia Timur memang pernah ada. Di Cina dan Jepang. Di luar itu, yaitu di bagian Asia Timur yg dikenal sebagai Asia Tenggara, semuanya tiruan. Tidak ada yg orisinil. Yg dikagumi adalah perilaku sosial yg tertib seperti di Bali, walaupun orang juga tahu bahwa itu berubah. Bali sekarang tidak bisa dipertahankan seperti Bali 100 tahun lalu.

Di masa kolonial, negara Indonesia ini disebut Mooi Indie, artinya Hindia yg elok. Dan itu benar. Di masa kemerdekaan seperti sekarang, sebutan itu tidak pantas lagi. Sekarang namanya Hindia yg jorok. Sampah dimana-mana. Buang sampah di jalan karena tidak disediakan tempat sampah. Setelah itu sampahnya dibakar di lapangan. Menyebarkan asap, bau, dan racun karbondioksida kepada lingkungan. Jakarta sudah kotor, macet, bau, juga tidak aman. Kata-kata di lagu Rayuan Pulau Kelapa sudah tidak lagi relevan. Lagu Rayuan Pulau Kelapa dengan kata-katanya "negeri elok amat kucinta" berasal langsung dari tradisi Belanda yg begitu cintanya kepada negeri ini sampai menjulukinya Mooi Indie, Hindia yg elok. Ternyata itu tidak bisa dijaga oleh orang Indonesia sendiri. Begitu Belanda hengkang, Mooi Indie jadi kubangan.

Pedahal kolonialisme atau penjajahan bukanlah suatu momok yg menakutkan karena bisa

merupakan jalan menuju pembebasan. Jalan menuju Amerika dan Nusantara baru terbuka setelah orang Spanyol dan Portugal berhasil membebaskan diri dari penjajahan Arab. Setelah itu

Belanda membebaskan diri dari Spanyol dan ikut persaingan global. Imperium Spanyol di Asia cuma tersisa di Philipina sebelum disikat oleh AS. Belanda menyikat habis Spanyol dan Portugal di Indonesia.

Kalau sudah tercerahkan, kita juga tidak akan terperangkap dalam jebakan Batman berupa aspirasi menjadi mercusuar dunia. Untuk anda yg belum tahu, mitos Indonesia mau jadi mercusuar dunia dipopulerkan oleh Bung Karno dengan proyek-proyek mercusuarnya.

Mercusuar dunia adalah negara-negara yg penduduknya menggunakan otak. AS, Inggris, Jerman, Perancis, Jepang, Belanda, Australia, dan Cina! Anda jangan harap Indonesia akan jadi

mercusuar dunia dalam sekejap begitu Sabdo Palon muncul kembali. Sabdo Palon itu simbol, bukan orang yg datang terbungkuk-bungkuk dengan tongkat dan blangkon!

Secara spiritual, Indonesia tidak punya pemimpin sejak Bung Karno keluar dari istana. Semua gubernur jendral Belanda tinggal di istana. Bung Karno juga tinggal di istana. Sejak Bung Karno, dan Gus Dur dalam waktu yg sangat singkat, tidak ada lagi yg berani tinggal di istana. Istana Merdeka dan Istana Bogor ternyata angker. Cuma pemimpin asli yg berani tinggal disana.

Negara ini disatukan oleh Belanda, energinya berasal dari simbol Belanda. Dan simbol itu berarti keterbukaan, pemikiran rasional, kejujuran, sikap hemat dan segala macam yg positif. Belanda mau membebaskan agar orang Indonesia merasa sederajat. Tetapi otak kawula negara kolonial Hindia Belanda tidak sampai. Yg sampai bisa melihat itu cuma orang terdidik seperti M. Hatta. Bahkan Hatta ditawarkan untuk menjadi anggota parlemen Belanda di Den Haag. Tetapi Sukarno kebakaran jenggot!

Ada semacam teori konspirasi disini. Pertentangan antara Sukarno yg melihat ke belakang, cupat dan arogan. Dan Hatta yg melihat ke depan, berpandangan luas, rasional dan manusiawi. Kalau anda selama ini sudah mengambil spirit dari Sukarno, cobalah sekarang ambil dari Hatta. Jangan dianggap Hatta cuma pendamping Sukarno. Tidak begitu. Sukarno harus pegang Hatta karena Hatta adalah prototype manusia terdidik. Manusia internasional. Diterima dimana-mana. Tidak kesetanan, bahkan oleh ide nasionalisme.

Kita tahu segalanya menjadi amburadul ketika Sukarno menunjuk dirinya sendiri menjadi presiden seumur hidup. Ada konsep Demokrasi Terpimpin yg disempurnakan di jaman Orde Baru dengan nama Demokrasi Pancasila. Sejak masa-masa kegelapan itu, kita kehilangan tradisi liberal kita. Kita lupa, bahwa kita mewarisi tradisi demokrasi dan liberalisme dari Belanda. Yg menyatukan Sabang sampai Merauke adalah liberalisme, perdagangan bebas, penghormatan terhadap hak-hak individu. Dulu cuma sedikit demi sedikit bisa diperkenalkan oleh Belanda karena masyarakat kita masih terlalu terbelakang. Sekarang, kalau mau, kita bisa mengunyah sendiri semuanya. Belajar sendiri.

Lihatlah ke Belanda. Mereka konsisten dari dahulu sampai sekarang. Tidak ada rasisme, tidak ada diskriminasi. Beda jauh dengan salah kaprah yg dipaksakan kepada kita. Belanda tidak seperti itu, tidak sejahilliyah itu. Belanda membebaskan semuanya sehingga kita siap bergabung dengan satu dunia beradab. Tidak langsung tentu saja, tetapi sedikit demi sedikit. Semakin lama kita semakin mengerti bahwa kita sudah dipersiapkan. Hari ini kita sudah jadi seperti orang Belanda 200 tahun lalu, mungkin. Tahun depan kita akan jadi orang Belanda 100 tahun lalu. Tahun depannya lagi kita jadi orang Belanda 50 tahun lalu. Dan tahun depannya lagi kita akan jadi seperti orang Belanda hari ini.

Saya berpendapat rumusan Pancasila dihasilkan oleh jalan pemikiran yg kebelanda-belandaan. Jalan pemikiran siapa yg kebelanda-belandaan? Jalan pikiran Sukarno, tentu saja. Sukarno lebih Belanda daripada anda dan saya. Jalan pikirannya adalah jalan pikiran orang Belanda. Ketika Sukarno ditangkap Belanda dengan tuduhan subversif, maka pembelaannya ditulis dalam bahasa Belanda. 100% bahasa Belanda, yg ditulisnya sendiri, mengunakan logika dan jalan pikiran Belanda.

Kebangsaan Indonesia yg dikobarkan oleh Sukarno adalah ide Barat (baca: Belanda), dan sama sekali bukan ide Indonesia. Nasionalisme berasal dari Barat. Anda jangan jadi orang bodoh, gunakanlah otak anda! Tanpa ada nasionalisme yg muncul di Barat, orang-orang Timur seperti

kita tidak mengenal ide kebangsaan. Leluhur kita semuanya bekerja berdasarkan semangat kelompok, biasanya etnis dan agama. Tetapi nasionalisme menendang etnisitas dan agama sebagai pengikat. Pengikat bangsa saat ini adalah: wilayah, bahasa dan sejarah. Bukan lagi kelompok etnis dan agama. Melainkan wilayah tempat tinggal, bahasa persatuan dan faktor kesejarahan. Seperti yg terjadi di Indonesia dimana Belanda akhirnya mempersatukannya. Belanda yg mempersatukan Indonesia, sehingga mau tidak mau terkumpullah semua faktor yg memunculkan bangsa.

Dan itu cara berpikir Belanda sendiri. Sukarno berpikir cara orang Belanda, bukan cara orang Indonesia. Untuk orang Indonesia kebanyakan saat itu, cara berpikir model demikian sangat asing. Orang Indonesia saat itu masih terbelakang. Gerakan kebangsaan kita semuanya digerakkan oleh mereka yg berpendidikan Belanda. Indonesia dibentuk dengan pemikiran yg kebelanda-belandaan. Dan, sepantasnya, hal itu diakui dengan sejujur-jujurnya. Jangan seperti Rezim Orde Baru yg menyiarkan mitos bohong, bahwa Pancasila digali oleh Sukarno dari alam pemikiran Indonesia asli. Itu bohong. Pancasila itu nilai-nilai universal modern. Asalnya dari Eropa, dan bukan dari Nusantara. Itu saja diakui dahulu.

Istilah ketuhanan dalam sila pertama, kemungkinan diambil dari kata godvruchtigheid (bahasa Belanda). Dalam bahasa Inggris, istilah itu disebut godliness, dan artinya bukanlah ketuhanan melainkan kesalehan. Istilah kesalehan tidak dipakai, mungkin karena tidak disukai oleh golongan nasionalis, dianggap terlalu berbau agama, karena asal katanya dari bahasa Arab, sehingga akhirnya dipakailah istilah ketuhanan. Yg jelas, sejak pertama-kalinya disetujui secara bulat, Pancasila sama sekali tidak mengindikasikan agama. Ketuhanan tidak berarti agama. Tidak ada pemaksaan agar semua WNI beragama. Pengertian asli dari ketuhanan yg maha esa adalah

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 172-178)