• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oh Shiva, Apakah Realitasmu?

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 33-36)

8. Oh Shiva, Apakah Realitasmu?

Roh kudus adalah istilah yg dipakai di kekristenan; menurut saya ini adalah energi yg memancar keluar dari cakra mata ketiga. Perpaduan dari energi feminin dan energi maskulin. Bisa

memunculkan manifestasi berupa penyembuhan fisik. Bisa penyembuhan emosional. Bisa memunculkan intuisi. Bisa memunculkan sinkronisitas, atau rangkaian kejadian sambung-menyambung sehingga apa yg diniatkan tercapai. Tidak ada yg aneh dengan gerakan kristen awal. Mereka mulai dengan meditasi di cakra mata ketiga selama 10 hari dan 10 malam non stop. Kita juga bisa seperti itu, kalau mau. Tetapi kalau non stop terlalu ekstrim, makanya kita

meditasi rutin saja, tiap pagi dan tiap malam.

Kuncinya adalah menerima fakta bahwa kita cuma bisa hidup disini dan saat ini. Sadar disini dan saat ini saja. Selalu disini dan saat ini. Ada yg perlu dilepaskan melalui metode ikhlas dan

pasrah. Ikhlaskan masa lalu, dan pasrahkan masa depan. Akhirnya kita akan merasakan diam disini saja. Disini dan saat ini. Lalu rasakan saja kesadaran yg berada di kepala itu. Terkadang saya bilang, di titik antara kedua alis mata. - Dan orang kristen awal sudah menemukan itu. Di injil tertulis, para murid-murid Yesus semuanya punya tanda seperti lidah-lidah api di dahi mereka. Itu cakra mata ketiga yg terbuka, setelah meditasi non stop 10 hari dan 10 malam.

Untuk anda yg berlatar-belakang Kristen dan masih takut-takut, silahkan saja coba sendiri. Baca sendiri itu Injil, dari saat Paskah sampai Pentakosta. Pentakosta itu turunnya roh kudus, yg tidak

lain dan tidak bukan adalah manifestasi terbukanya kundalini para murid Yesus. Setelah itu mereka banyak melakukan penyembuhan, hanya dengan menyentuh pakai tangan saja.

Terkadang hanya dengan berbicara saja. Itulah antara lain manfaat dari meditasi mata ketiga yg, tentu saja, tidak untuk dibaca thok, tetapi untuk dipraktekkan. Anda cuma bisa tahu kalau anda mempraktekkannya. Ternyata cuma perlu waktu 10 hari meditasi, dan bukan 40 hari untuk turunnya Roh Kudus. Kalau itu bisa dilakukan 2000 tahun lalu, maka pastinya bisa juga dilakukan hari ini.

Sebelum meninggalkan murid-muridnya untuk selamanya, Yesus berpesan agar mereka meditasi tanpa henti sampai Roh Kudus turun. Ternyata cuma perlu waktu 10 hari setelah perpisahan dengan Yesus. Roh Kudus turun dan terlihat di dahi para murid Yesus yg bercahaya. Itu cakra mata ketiga. Manifestasinya al. kemampuan menyembuhkan orang sakit, bernubuah, dll. Bahkan kita bisa ingat bahwa Yesus sendiri mengatakan bahwa murid-muridnya akan melakukan hal yg lebih besar. Yg bahkan Yesus sendiri tidak lakukan. Seperti itulah seorang guru sejati,

mendorong para muridnya untuk maju. Sama seperti Siddharta Gautama yg menjadi Buddha.

Meditasi bukanlah hal diam saja seperti patung Buddha, bukan pula mengosongkan pikiran, melainkan menurunkan frekwensi gelombang otak. Nama lainnya wirid, dzikir, tafakur, novena, dll. Prinsip dasarnya sama saja, yaitu penurunan frekwensi gelombang otak praktisi. Bisa pakai simbol, bisa pakai doa atau mantera, bisa pakai dupa, bisa pakai musik, bisa tidak pakai apa-apa. Yg tidak bisa cuma satu, yaitu tidak bisa kalau tidak pakai otak anda. Ini tentang penurunan frekwensi gelombang otak anda sendiri. Untuk masuk dalam kondisi samadhi, khusyuk, kun fayakun. Di semua tradisi seperti itu modus operandinya walaupun mungkin dijelaskan secara wah atawa berlebihan. Kita bisa buang yg berlebihan dan pegang yg esensial atau inti saja. Yg penting hasil akhirnya.

Lalu seperti biasa ada yg bertanya bagaimana caranya. Karena saya orangnya praktis, maka saya berikanlah terjemahan dari Vigyan Bhairav Tantra. Saya terjemahkan lima teknik meditasi pertama yg termuat dalam sutra itu. Saya ambil dari versi bahasa Inggris yg diterjemahkan oleh Osho. Kalau anda sudah bisa menguasainya berarti anda sudah mencapai kesadaran. Paling tidak anda sadar bahwa selama ini juga sudah sadar. Berikut terjemahannya: Vigyan Bhairav Tantra 1 s/d 5:

“Dewi bertanya: Oh Shiva, apakah realitasmu? Apakah alam semesta yang menakjubkan ini? Apakah yang membentuk benih? Siapakah yang menyeimbangkan roda semesta? Apakah hidup yang mengatasi segala bentuk itu? Bagaimana kita bisa masuk sepenuhnya, mengatasi ruang dan waktu, segala nama dan semuanya? Semoga keraguanku sirnalah!

Shiva menjawab:

1. Hai insan cahaya, pengalaman ini bisa muncul di antara dua napas. Setelah menarik napas dan sebelum mengeluarkannya - anugerah.

2. Ketiga napas berbalik dari turun kembali ke atas, dan juga ketiga napas membalik dari atas ke bawah - melalui kedua pembalikan ini, sadarilah.

3. Atau, ketika tarikan dan helaan napas bersatu, pada detik ini sentuhlah pusat yang kosong, dan yang penuh energi itu.

4. Atau, ketika helaan napas telah habis (atas) dan berhenti dengan sendirinya, atau ketika tarikan tapas habis (bawah) dan berhenti - dalam sela total seperti itu, diri kita yang kecil lenyap. Ini cuma sukar bagi mereka yang tak bersih.

5. Perhatikan yang ada di antara kedua alis mata, biarkan pikiran kita ada di depan obyek pikiran. Biarkan tubuh kita penuh dengan hakekat napas sampai ke puncak kepala dan turun sebagai cahaya dari sana….”

-

T = Mas Leo, seorang filsuf Perancis menyatakan saya berpikir maka saya ada (memang

berbeda, sebab Rene Descartes mengatakan saya berpikir, dan Mas Leo mengatakan saya sadar), ini yang Mas Leo pilih dalam konteks penciptaan untuk menghindari diskursus mengenai realitas bendawi seperti raga, batu serta pepohonan.

J = Filsuf Perancis dari abad ke-17, Rene Descartes (1596-1650), juga dianggap sebagai bapak filsafat modern. Descartes seorang filsuf yg juga seorang ilmuwan fisika dan matematikawan. Ucapannya yg terkenal "Cogito Ergo Sum", artinya: aku berpikir maka aku ada Yg jarang diketahui oleh orang banyak adalah penemuan Descartes tentang apa yg disebutnya sebagai God Spot. God Spot adalah kelenjar pineal yg letaknya persis di tengah batok kepala kita, dan saya mengidentifikasinya sebagai Cakra Mata Ketiga. Descartes adalah seorang filsuf yg bermeditasi. Meditasinya di God Spot itu, di kelenjar pineal. Cakra Mata Ketiga seperti dikenal oleh

kebudayaan India. Terkadang God Spot disebut juga sebagai Mata Siwa. Tetapi menyadari bahwa kesadaran kita ada karena memang ada tidak berarti lalu kita menghindari diskursus tentang benda-benda fisik. Descartes itu seorang ilmuwan fisika, penemuannya masih dipakai sampai saat ini, ingat istilah Cartesian?

T = Bagi saya kemudian ini adalah salah satu contoh dari domain pribadi yang anda singgung beberapa waktu lalu. Pada satu sisi manusia adalah makhluk sosial yang tentunya juga kemudian sebagai implikasinya memiliki kesadaran kolektif dan kebenaran kolektif.

J = Mungkin maksud anda adalah keterkaitan antara domain pribadi dan domain publik. Di domain pribadi kita bisa kultivasi God Spot itu, yg tidak lain dan tidak bukan cuma merasakan bahwa kita ada karena kita ada. Lalu kita bisa memilih filsafat pribadi apa yg akan kita adopsi dan jadikan panutan kita sendiri. Kita buat sendiri dan kita pakai sendiri. Lalu kita akan

hubungkan domain pribadi itu dengan domain publik, kehidupan kemasyarakatan. Ya, memang seperti itu hubungannya. Bukan domain publik yg menentukan domain pribadi, tetapi domain publik merupakan kumpulan dari domain pribadi. Kita mengatur kepentingan bersama di domain publik, dan mengatur kepentingan kita sendiri-sendiri di domain pribadi. Kita sadar bahwa kita sadar setelah kita menemukan God Spot yg adanya di batok kepala kita sendiri. Kita diam saja,

dan kita akhirnya tahu bahwa kita ada karena kita ada, saya ada karena saya ada. Dan apa yg saya lakukan dengan hidup saya merupakan tanggung jawab saya sendiri. Saya bisa memilih, dan saya sendiri yg menanggung konsekwensinya. Anda bisa memilih, dan anda sendiri yg menanggung konsekwensinya.

T = Saya suka gaya James Redfield dalam novel-novelnya yang saya simpulkan menjadi “mencapai kesempurnaan bersama dengan kesadaran kolektif”. Orang buta pun bisa merasakan realitas bendawi secara fisik melalui sentuhan, artinya sesuatu yang bendawi itu tidak saja ada secara konsep tetapi memang faktanya ada. Bahkan menurut saya konsep itu hadir untuk menjelaskan atau mendefinisikan benda-benda yang sudah ada. Seperti kata Jeep yang muncul setelah general purpose vehicle itu tercipta, orang tidak menciptakan kata Jeep sebelum Jeep itu ada. Seperti kesadaran itu ada dalam diri kita dan ketika kesadaran itu menghilang ketika kita menyatakan diri kita sadar. Orang berkonsep tentang Tuhan untuk memberi nama pada sesuatu yang mereka anggap ada dan lebih besar dari alam semesta, berdasar pada proses pengambilan kesimpulan dari adanya semesta itu sendiri.

J = Ya, memang seperti itu.

T = Pencapaian higher self memberikan kepada kita kebenaran. Dalam fase itu tentunya bisa menjawab kenapa kita ada. Pada hal ini, kesadaran pribadi dan kolektif tentunya bisa

menjelaskan tentang penciptaan. Saya teringat dengan film India Mahabarata, yang selalu pada awal ada narasi mengenai sang “kala/waktu”. Tentunya kemudian ada titik temu antara higher self tadi dengan realitas ilmiah jika keduanya sama-sama pada jalan yang benar. Walau pun justru nilai ilmiah itu sendiri mungkin memiliki ketidaksesuaian karena berangkat dari asumsi-asumsi nalar manusia yang pada tahap tertentu masih berupa hypothesis yang tidak mutlak kebenarannya. Atau kemudian dalih yang diambil adalah kebenaran dalam higher self adalah milik pribadi sehingga orang lain yang menginginkannya silahkan untuk mencari sendiri dan sadar-lah sendiri-sendiri. Bagi saya hal ini kemudian mengingkari kenyataan bahwa manusia makhluk sosial. Tanpa social bond yang dibentuk oleh manusia (terlepas dari kepentingannya) , manusia tidak akan survive hingga saat ini.

J = Ada yg namanya kesadaran pribadi per pribadi yg harus dijalani sendiri oleh manusianya, dan ada pula yg namanya kesadaran kolektif. Masyarakat Barat yg menghormati HAM itu memiliki kesadaran kolektif dalam arti mereka menghormati kebebasan individu untuk kultivasi apapun, dan mereka mengatur domain publik agar semaksimal mungkin bisa melindungi

kebebasan individu. Domain pribadi dan domain publik berjalan bersamaan.

+++

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 33-36)