• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Spiritual

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 141-148)

31. Manajemen Spiritual

Spiritualitas manusia adalah hal praktis, bagaimana kita berpikir dan menjalani hidup. Bagaimana enjoy atau suntuk. Bagaimana sakit dan sembuh. Belajar dan mengajar. Tentang hidup. Disini dan saat ini. Nuswantoro joyo. Nusa di antara dua benua. Nafas di antara dua lubang. Dua-duanya dipakai. Kiri dan kanan. Yin dan Yang. Feminin dan Maskulin. Kita keduanya, walaupun biasanya pura-pura cuma satu.

Saya punya kebiasaan jelek, yaitu selalu lupa mengucapkan assalamualaykum tiap kali buka acara kita. Cuma bisa ingat untuk mengucapkan wa alaykumsalam kalau ada teman yg

mengucapkannya waktu memperkenalkan diri. Yg saya pakai cuma selamat sore atau selamat pagi. Dan itu masih mending karena, ketahuilah, saya sama sekali tidak pernah pakai ucapan salam sejahtera karena menurut bisikan Jin penunggu saya, itu ucapan yg jelek sekali. Salam artinya selamat atau sejahtera. Salam sejahtera berarti selamat selamat. Pemborosan arti kata. Rahayu kadang-kadang saya selipkan kalau buat acara di Jawa bagian tengah, dan Om

Swastyastu tidak pernah terlupa untuk acara di Bali. Gara-gara itu saya sekarang dipanggil Om. Oh, sejak kapan gue kawin sama Tante lu?

Suatu saat saya akan sampai di Medan juga. Saat ini baru bisa menjadwalkan pelatihan di Surabaya dan Denpasar, 29 dan 30 Maret 2014. Yogyakarta setelah itu, tapi belum tahu

tanggalnya. Sarasehan di Bandung dalam sebulan ke depan, tempat dan tanggalnya juga belum tahu. Harus saya pegang sendiri dulu karena belum ada koordinator di Bandung. Lebih enak kalau sudah ada, tinggal diumumkan saja tempat dan tanggalnya seperti waktu kita buat acara di Medan dan Semarang. Oh, inilah yg namanya manajemen spiritual, berjalan berdasarkan

petunjuk langsung dari Alam Semesta. Bisa tiba-tiba muncul wangsit dan langsung jalan. Atau makan mi pangsit di pinggir jalan.

Saya tidak percaya bendera NKRI berasal dari bendera Majapahit, yg tidak ada yg tahu

bentuknya seperti apa. Saya percaya apa yg saya lihat, berdasarkan bukti-bukti nyata, dan bukan khayalan. Berdasarkan bukti yg ada, saya bisa bilang bahwa bendera NKRI berasal dari bendera Belanda yg berwarna merah, putih dan biru. Berasal dari bendera VOC juga, yg bentuknya sama, cuma ditambah logo VOC.

Darimana kisah tentang bendera Majapahit? Mungkin dari sastra istana. Sastra istana di Jawa bukanlah fakta. Banyak yg sahibul hikayat juga. Kalau anda mau buka sastra Mataram Islam, anda akan bisa baca sendiri bahwa tiap tahun kumpeni di Batavia mengirimkan upeti kepada Raja Jawa. Tertulis seperti itu di sastra istana. Yg namanya upeti itu tidak lain dan tidak bukan barter beli beras. Setelah memukul mundur Sultan Agung, Belanda tetap di Batavia. Dan

mengakui Sultan Agung. Jadi, resminya, Batavia adalah wilayah Sultan Agung, tertulis begitu di sastra istana. Belanda tentu saja tidak perduli itu, yg penting bisa beli beras. Dan ditulislah di sastra istana bahwa Belanda tiap tahun mengirim upeti kepada Raja Jawa. Saya baca ini di buku Nusantara: A History of Indonesia karya Bernard HM Vlekke, seorang ahli sejarah di Hindia Belanda. Bukunya sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Saya pernah lihat film dokumenter menjelang Jepang masuk ke Jawa. Yg diselamatkan adalah lukisan-lukisan para Gubernur Jendral Belanda. Dikeluarkan dari Istana Gambir (Istana Merdeka sekarang), untuk diselamatkan, disimpan di tempat yg aman. Mungkin itu koleksi lukisan wajah para Gubernur Jendral, dari yg pertama sampai yg terakhir. Itu saja yg diselamatkan, sedangkan Gubernur Jendralnya tidak kabur. Tetap di tempat. Menurut saya, ini bagian dari sejarah kita. Patut diajarkan kepada semua orang Indonesia, namanya nilai pengabdian kepada tugas. Atau Dharma.

Mungkin akan ada yg bilang, wilayah-wilayah luar Jawa diperlakukan lebih baik di masa Hindia Belanda. Diperlakukan lebih baik oleh Belanda daripada oleh pemerintah NKRI sendiri. Saya tidak mau komentar tentang pendapat seperti itu. Belanda memang negara paling maju secara HAM sejak abad ke 17. Beda jauh dengan masyarakat Indonesia kalau jalan sendiri tanpa Belanda. Setengah juta orang Belanda meninggalkan Indonesia di masa Sukarno, menyebabkan Indonesia makin terpuruk sampai Sukarno "dikudeta". Lalu jaman stabil penuh korupsi.

Sekarang jaman reformasi, ingin membersihkan pemerintahan dari korupsi. Dengan kata lain, mau meniru Belanda yg pemerintahannya bersih.

Pertanyaan saya: Kenapa tidak dari dulu saja? Kenapa tidak langsung tiru itu gaya bersih dari Belanda? Jawabannya, tidak bisa. Semuanya proses. Orang harus belajar dari ekstrim ke ekstrim. Yg tadinya ditolak, dianggap asing, sekarang ingin dikuasai, karena itulah yg bersih. Yg

sekarang dipercaya akan membawa kemajuan. Pedahal itu pemerintahan bersih sudah dicontohkan oleh Belanda dari dulu, orang Indonesia saja yg lemot.

Yg namanya penjajahan atau eksploitasi selalu berubah bentuk. Bagi sebagian wilayah luar Jawa, bahkan saat ini masih termasuk masa penjajahan. Bagi sebagian kita di Jawa, ini pun masih masa penjajahan. Kemerdekaan manusia merupakan proses, berjalan terus, semakin lama semakin

merdeka. Asal anda tidak berhenti di tempat, dan menipu diri dengan bilang kemerdekaan telah dicapai, anda akan bisa juga mencapai kemerdekaan sesungguhnya. Tidak datang begitu saja. Semuanya usaha, jatuh bangun, dari kesalahan ke kesalahan. Kita belajar dari kesalahan. Bahkan di AS yg begitu maju, kemerdekaan tidak datang langsung. Perbudakan kulit hitam dihapuskan belakangan, kesetaraan perempuan juga diperjuangkan belakangan. Khusus kulit hitam, setelah perbudakan dihapus, muncul issue kesetaraan. Baru beberapa tahun terakhir ini saja orang kulit hitam di AS benar-benar setara. Orang-orang gay dan lesbian sudah mulai merdeka di AS, tapi belum semuanya. Masih semi merdeka. Kalau di AS saja seperti itu kasusnya, apalagi kita di Indonesia?

Contoh lainnya adalah tentang penyebaran bahasa Melayu/ Indonesia sebagai linguafranca yg jelas dilakukan oleh orang Eropa, dan bukan oleh Majapahit. Sampai akhir Majapahit, bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa istana di Jawa dan afiliasinya seperti Palembang. Tahun 1511, Melaka yg berbahasa Melayu ditaklukkan oleh Portugis, dan tahun 1641 oleh Belanda. Selama 150 tahun Belanda bercokol di Melaka, setelah mengosongkan kota itu dari kaum inteleknya yg berbahasa Melayu dan diboyong ke Batavia. Termasuk yg diboyong ke Batavia adalah para mantan budak Portugis yg melahirkan renaissance kesenian di seluruh Nusantara dengan musik keroncongnya. Sebelum penaklukkan Melaka, tidak jelas Belanda pakai bahasa apa untuk komunikasi dengan pribumi Nusantara. Setelah 1641 tentu saja bahasa Melayu. Bahasa Melayu sebagai linguafranca di seluruh Nusantara dipopulerkan oleh Belanda, dan bukan oleh Sumpah Pemuda 1928.

Saya pernah ditanya, dari mana asal dialek Betawi? Pedahal Batavia di Jawa Barat, harusnya pakai bahasa Sunda. Tetapi ternyata pakai bahasa Melayu dialek Betawi. Asalnya tentu saja dari orang-orang Melaka yg diboyong Belanda ke Batavia. Melaka yg merupakan sarang Portugis di Asia Tenggara dihancurkan oleh Belanda, semua orang Porto diusir, dan sisanya diboyong ke Batavia. Belanda menjadikan Batavia sebagai pusat perdagangan internasional di Asia, tanpa saingan. Saat itu saingan satu-satunya adalah Melaka. Makanya dihancurkan, dan isinya dibawake Batavia, sekarang menjadi Jakarta.

Yg nomor dua berperan besar menyebarkan bahasa Melayu sebagai linguafranca adalah kaum pedagang Tionghoa. Bahasa Indonesia yg kita pakai beda dengan bahasa Melayu di Malaysia karena bahasa Indonesia merupakan Melayu Rendah atau Melayu Pasar, bukan bahasa Melayu Tinggi atau standard. Dulu namanya Melayu Tionghoa, yaitu bahasa Melayu yg digunakan oleh kaum pedagang Tionghoa di seluruh Nusantara. Kemudian muncul koran-koran berbahasa Melayu Tionghoa, buku-buku berbahasa Melayu Tionghoa.

Salah satu saksi bisu perkembangan bahasa Indonesia adalah Gereja Tugu di Jakarta Utara, pertama kali dibangun tahun 1661. Ini termasuk situs cagar budaya tertua di Jakarta. Dulu merupakan pusat komunitas orang Mardijkers, yaitu mantan budak Portugis yg dibebaskan Belanda di Melaka, dan diangkut ke Batavia. Mardijkers (bacanya "mardeykers"), merupakan asal kata Merdeka di bahasa Indonesia sekarang. Artinya sama saja, yaitu orang yg bebas dari perbudakan.

Ada yg bilang istilah Merdeka berasal dari Mahardhika.Tapi tidak ada yg tahu itu istilah

Mahardhika artinya apa. Tidak juga dipakai sehari-hari dari jaman dulu sampai sekarang. Kalau Mardijkers, semua orang tahu. Pengguna bahasa Melayu/ Indonesia tahu, artinya mantan budak yg dibebaskan.

Dulu banyak perbudakan di Nusantara. Untung Suropati itu budak dari Bali, mungkin dijual oleh raja, dibeli oleh orang Belanda. Lalu jatuh cinta sama Noni Belanda, sisanya adalah sejarah. Depok ygkita kenal sekarang aslinya adalah tanah partikelir, pemiliknya orang Belanda, punya banyak budak dari Bali. Ketika meninggal, semua budaknya dibebaskan, dan dapat warisan tanah. Mantan budak dari Bali ini di-kristen-kan, dan dapat nama Belanda. Yg kita kenal sebagai "Belanda Depok" sebenarnya keturunan Bali.

Kenapa itu istilah mardijkers, yg diucapkan sebagai merdeka oleh lidah Melayu/ Indonesia, sampai begitu kental melekat di kepala? Karena ini orang-orang item juga punya hak pakai pakaian Barat seperti para tuan dan nyonya Belanda. Pada abad ke 17 di Batavia, orang

mardijkers berhak mengenakan pakaian Eropa, walaupun kakinya telanjang. Orang-orang etnik lainnya di Batavia tidak boleh begitu. Yg Cina harus pakaian Cina, yg Arab harus pakaian Arab, begitu juga orang Jawa yg tentunya masih telanjang dada saat itu. Orang mardijkers adalah budak-budak yg dibebaskan, punya hak istimewa, dilihat dengan mata kagum oleh etnik-etnik lainnya. Dibilang orang merdeka, walaupun tidak tahu cara tulisnya bagaimana. Kita sekarang tahu, cara tulis merdeka adalah mardijkers. Ucapannya "mardeykers", di lidah Melayu jadi merdeka. Bukan berasal dari mahardhika yg cuma baru-baru ini saja disodorkan, seolah-olah itu kata baku sejak jaman Belanda.

Ada kemungkinan lain lagi, itu kata mahardhika masuk ke bahasa Portugis dulu. Dari bahasa Portugis, baru masuk ke lidah Belanda menjadi mardijkers. Yg jelas, kata merdeka di bahasa Indonesia berasal langsung dari itu kata mardijkers.

Saya tidak pernah lepas dari buku, kemana-mana selalu membawa buku. Waktu luang digunakan untuk membaca buku. Seperti terlihat di banyak orang asing ketika menunggu di terminal

pesawat udara. Sangat umum bagi mereka, tapi sangat jarang sekali bagi orang Indonesia. Saat ini saya sedang baca ulang "Memoar Hadrianus", kaisar Romawi. Sebuah buku yg sangat spiritual, tentang masa kejayaan Romawi ketika sekte sempalan Yahudi yg sekarang dikenal sebagai Kristen belum ada apa-apanya. Hadrianus menjadi kaisar di awal abad ke 2 M, terkenal dengan Tembok Hadrian, yaitu tembok besar yg dibangunnya di Inggris. Romawi saat itu

mencakup Eropa Selatan sampai Turki dan Timur Tengah, Inggris dan Afrika Utara. Masyarakat yg beradab dan sangat plural.

Kita tentu saja tahu, kebangkitan kembali budaya Romawi-Yunani cuma muncul lebih dari 1,000 tahun kemudian. Ketika Kristen berkuasa, Eropa masuk abad kegelapan. Mulai terang kembali ketika memasuki masa Renaissance, yg artinya kebangkitan kembali. Kebangkitan ilmu pengetahuan dan seni budaya Romawi-Yunani yg sebelumnya ditekan habis oleh gereja. Masyarakat Romawi biseksual. Merupakan hal yg umum bagi seorang kaisar Romawi untuk punya pacar pria. Satu masyarakat seperti itu kelakuannya. Saya mengambil kesimpulan bahwa

kebangkitan gerakan kesetaraan gay dan lesbian saat ini di negara-negara Barat merupakan kelanjutan Renaissance juga.

Kepercayaan Yunani Kuno, Mesir Kuno dan Romawi mirip dengan Hinduisme. Banyak dewa dewi. Manusia yg meninggal bisa dijadikan dewa dewi. Bedanya, Yunani Kuno juga punya filsafat ilmu pengetahuan. Sama saja dengan kasus di India, sebenarnya, yg juga menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Cuma, di India filsafat ilmu pengetahuannya tidak berkembang. Tenggelam dalam budaya keagamaan semata. Di Eropa, filsafat ilmu pengetahuan dari Yunani Kuno dipelajari terus, dan dikembangkan tanpa bisa ditahan lagi di masa Pencerahan atau Renaissance, walaupun ditentang habis-habisan oleh gereja.

Saya jarang baca dalam bahasa Indonesia. Semua buku yg saya baca dalam bahasa Inggris, dan satu buku ini termasuk pengecualian, karena saya tidak punya bahasa Inggrisnya.

Saya bisa membantu meluruskan cara berpikir banyak orang yg mengaku spiritual di Indonesia karena saya melihat dari cara pandang internasional, dari pemakai bahasa Inggris. Dari sudut pandang masyarakat maju. Makanya banyak yg terbantu. Kalau pegangan saya spiritualitas tradisional, bahan-bahan bacaan tradisional yg tidak bisa dan tidak laku diterjemahkan ke bahasa Inggris, dengan alasan tidak masuk akal dan terlalu dibuat-buat, maka saya tidak akan bisa membantu banyak orang.

Kajian sejarah tentu saja diulang terus. Bukan berarti lalu jadi standard, mati, dan tidak boleh diganggu-gugat seperti kebiasaan orang Indonesia. Tidak begitu. Cara berpikir Barat adalah kaji dan kaji ulang. Baik ilmu pengetahuan, agama, sejarah, semuanya dikaji dan dikaji ulang. Tidak ada kata mati dan haram dipertanyakan. Itu umum sekali, namanya semangat ilmiah.

Pengertian saya tentang yg namanya Abad Kegelapan di Eropa sebenarnya cuma gelap dalam bidang spiritual keagamaan saja. Secara teknologi tetap maju juga, sedikit demi sedikit lahan pertanian dibuka di seluruh Eropa. Bahasa Latin menyebar dan menjadi linguafranca di seluruh Eropa sampai bahasa-bahasa nasional diciptakan. Yg diharamkan cuma mempertanyakan dogma gereja tentang alam semesta.

Peradaban di Eropa semakin maju ketika Spanyol dan Portugal berhasil mengakhiri penjajahan Arab di jazirah Iberia. Mulailah pelayaran-pelayaran untuk menemukan jalur laut ke India dan Cina. Mereka sampai di Nusantara juga. Tujuan resmi utamanya untuk mengejar orang-orang Moor (Arab) sampai ke ujung dunia, sekaligus berdagang. Gold, Gospel dan Glory itu semboyan Spanyol dan Portugal, sebagai kompensasi penjajahan atas negeri mereka. Kolonialis yg

belakangan seperti Belanda dan Inggris tidak begitu. Tidak fanatik seperti Spanyol dan Portugal yg biasanya selalu membawa-bawa agama.

Bersamaan dengan Renaissance dan kemerdekaan dari penjajahan Arab adalah maraknya perdagangan internasional. Muncul kelas menengah yg menuntut kebebasan berpikir dan kebebasan beragama. Protes terhadap Gereja memunculkan reformasi Protestan. Negara-negara yg Protestan akhirnya terbukti lebih cepat maju dibandingkan dengan yg Katolik. Belanda dan Inggris itu Protestan. Spanyol dan Portugal Katolik. Orang-orang Katolik baru mulai bisa mengejar ketertinggalan dengan Protestan akhir-akhir ini saja. Semuanya bergulir terus.

Saya baru dapat kabar bahwa Uruguay, satu negara yg mayoritasnya Katolik di Amerika Selatan telah mengesahkan pernikahan homosex dan lesbian. Ini yg kedua di Amerika Selatan setelah Argentina yg juga mayoritasnya Katolik. Spanyol, bapak moyang negara-negara Latin ini sudah lebih dulu malahan, mengesahkan itu pernikahan dengan jenis kelamin sama. Penis berhubungan dengan penis. Dan vagina berhubungan dengan vagina. Cara masuknya saya tidak tahu

bagaimana, anda musti tanya sendiri kepada praktisinya.

Kita bisa melihat Indonesia sekarang sebagai pewaris Majapahit, tetapi jalannya tidak langsung melainkan berlika-liku. Oleh keturunan Majapahit, didirikanlah Melaka di Semenanjung Melayu. Berlainan dengan Majapahit, Melaka berbahasa Melayu dan beragama Islam. Sempat jadi pusat perdagangan di Asia Tenggara sampai dikalahkan oleh Portugis di tahun 1511. Melaka menjadi kota Katolik. Pada tahun 1641, Portugis diusir dari Melaka oleh Belanda. Semua orang Portugis diusir, dan kaum intelek di Melaka yg berbahasa Melayu diboyong ke Batavia yg saat itu masih terbelakang. Jadilah Batavia di Jawa sebagai pusat perdagangan satu Asia Tenggara. Sedikit demi sedikit Belanda menyatukan pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke. Baru tuntas di awal abad ke-20 dengan penaklukkan Bali Selatan. Kalau anda mau bilang Majapahit menyatukan Indonesia, itu juga bisa saja, dengan pengertian jalannya tidak langsung. Melainkan lewat Melaka dan Belanda. Trowulan secara simbolik digantikan oleh Melaka, lalu oleh Batavia. Dari Batavia, satu persatu wilayah disatukan. Yg terakhir masuk adalah Bali Selatan. Ini juga

simbolik sekali, wilayah tempat tinggal mereka yg mengaku sebagai keturunan langsung Majapahit. Dengan kata lain, Belanda menjalankan apa yg tidak pernah bisa dilakukan oleh Majapahit secara fisik. Sumpah Palapa, lakonnya dijalani oleh orang-orang Belanda.

Saya berpendapat yg bisa menyatukan Sabang sampai Merauke secara fisik bukanlah Gajah Mada, melainkan negara kolonial Hindia Belanda. NKRI sekarang adalah pewaris Hindia Belanda. Untung saja tidak ada satu jengkal pun warisan Belanda yg lepas dari NKRI. Itu Timor Timur bukan wilayah Hindia Belanda, melainkan bagian Portugis. Bukti bahwa orang Portugis dan Spanyol yg pertama-kali mengelilingi ini bumi milik kita bersama yg ternyata, oh bulat. Menjadi insan spiritual atau rohaniah berarti berani jujur terhadap diri sendiri dan fakta sejarah. Walaupun kita mengakui simbol Majapahit, kita juga tidak boleh menutup mata terhadap bukti fisik bahwa Sumpah Palapa yg terkenal itu baru terwujud dalam masa Hindia Belanda. Dan inilah alasannya kenapa saya memberikan Belanda bobot yg sama seperti yg diberikan kepada simbol Majapahit. Tidak ada yg perlu ditutupi atau disamarkan. Kita lihat faktanya, lalu kita interpretasikan menurut akal sehat.

Indonesia adalah komunitas yg dibayangkan, an imagined community, bisa ada yg sekarang karena sudah ada yg sebelumnya. Tanpa ada VOC dan Hindia Belanda, Indonesia tidak akan ada. Sama saja seperti tanpa ada kolonialisme Inggris di Amerika Utara, AS tidak akan ada. Tanpa ada kolonialisme Inggris di Asia Tenggara, Malaysia dan Singapura tidak akan ada. Yg perlu dibuang adalah anggapan bahwa Indonesia sudah ada sebelum Belanda datang. Itu salah. Indonesia yg kita kenal sekarang adalah warisan Belanda. Tadinya tidak ada. Itu saja anda akui, karena itu fakta. Kalau hal itu sudah masuk ke dalam pikiran anda, barulah anda bisa melihat dengan lebih jelas pilihan-pilihan yg terbuka di masa depan. Kalau yg seperti gajah di pelupuk mata itu saja anda tidak bisa lihat, anda akan terpuruk terus. Akan jadi penganut klenik. Tidak

bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Tingkatkan kwalitas anda, jangan jadi spiritualis alay. Ini abad ke 21 M, bukan jaman Majapahit. 100 tahun ke depan, mungkin Indonesia sudah akan jadi bagian dari Uni Asia Tenggara,

semacam Uni Eropa sekarang. Batas-batas negara dan kebangsaan semakin pudar. Kalau anda tetap alay, akan sangat memalukan.

Ada yg menyebut saya melakukan dekonstruksi. Menurut saya, dekonstruksi bukan berarti merombak cara berpikir, melainkan meluruskan. Misalnya, mereka yg diberi gelar pahlawan nasional saat ini, hampir semuanya bukanlah pahlawan nasional. Sama sekali bukan. Paling jauh mereka pahlawan kedaerahan. Imam Bonjol, Pattimura, Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Sultan Hasanuddin. Mereka semuanya pahlawan daerah. Dan sangatlah tidak menghargai kalau diaku-aku sebagai pahlawan nasional. Bukan berarti tidak ada pahlawan nasional. Ada, tetapi

hendaknya yg benar-benar pahlawan nasional, yg paling jauh cuma bisa ditarik dari tahun 1908. Bahkan Kartini sebagai pahlawan nasional juga meragukan. Dari tulisan-tulisannya, Kartini cuma menulis tentang orang Jawa. Mau meningkatkan kecerdasan perempuan Jawa, bukan perempuan Indonesia.

Itulah yg perlu diluruskan. Kita bukan anak SD lagi, tidak perlu meneruskan cara berpikir simplistis seperti itu. Lugu dan tidak masuk akal.

T = Mau nanya lagi, Mas Leo. Kenapa energi/ power yang saya dapatkan saat latihan meditasi bersama teman-teman cepat berkurang padahal meditasi yang sama saya juga lakukan tiap hari di rumah? Dan kenapa saat latihan bersama saya cepat sekali menyerap energi tapi saat latihan berikutnya sekitar tujuh hari kemudian energi yang saya dapat berkurang sangat jauh ketimbang energi yang teman-teman saya juga peroleh saat latihan bersama? Adakah kebocoran energi pada tubuh saya, atau tubuh saya dalam tahap penyembuhan sehingga terjadi self discharge pada diri saya?

J = Katanya anda tidak sensitif mendeteksi energi, lha ini apa? Kalau anda bisa merasakan energi anda cepat bertambah atau cepat berkurang, berarti anda sensitif. Tidak kalah sensitifnya dengan orang lain yg mengaku diri sensitif. Cuma, anda lebih banyak merasakan energi yg berkurang dibandingkan dengan energi yg bertambah. Dengan kata lain, anda relatif sedikit merasakan. Kalau ada bisa merasakan, tapi setelah itu tidak merasakan lagi. Atau, dengan istilah anda, cepat berkurang. Kenapa? Karena anda elemen tanah. Elemen tanah seperti itu. Walaupun bisa juga merasakan energi, secara umum tidak sensitif. Walaupun energinya besar, anda tidak merasakan. Dan anda curiga ada kebocoran. Tentu saja tidak. Anda bukan ban mobil, tidak bisa bocor.

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 141-148)