• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tat Tvam Asi, Andalah Itu!

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 123-128)

28. Tat Tvam Asi, Andalah Itu!

Setiap orang dari anda adalah Sabdo Palon. Artinya Palon yg bersabdo. Palon artinya kepala. Sabdo Palon. Sabda kepala. Ketika anda menggunakan kepala anda untuk berpikir, dan spontan mengucapkan apa yg muncul di dalam sana, anda menjadi Sabdo Palon. Kalau pengertin ini dilupakan, anda harus mulai dari awal lagi.

Saya tidak pernah lupa garis besarnya. Nama bisa lupa, tapi garis besar tidak. Sebagai seorang paranormal praktek, saya menerima begitu banyak rahasia yg diungkapkan kaum perempuan pemilik pria idaman lain. Dan kaum lelaki pemilik wanita idaman lain juga. Teman berselingkuh istilah kasarnya. Teman tapi mesra istilah halusnya. Dalam istilah netral disebut hubungan tanpa status antara lelaki dan perempuan. Bisa keduanya sudah berumah-tangga. Bisa pula salah satu sudah cerai. Bisa keduanya sudah cerai. Bisa keduanya belum pernah menikah walaupun sering kawin. Bahkan bisa pula berjenis kelamin sama.

Tentu saja saya tidak menghakimi. Siapapun yg datang konsultasi akan diladeni sampai puas. Puas secara mental, artinya pertanyaan-pertanyaan intelektual kaum yg secara seksual aktif itu terjawab. Mungkin puas secara emosional pula karena saya bisa mentransfer pengertiannya saat itu juga. Saya mengerti apa yg dirasakan oleh klien. Dan bagi mereka yg merasa tidak pernah dimengerti, hal itu juga bisa memberikan kepuasan emosional.

Sex cuma alibi saja. Saya ingat Mbak M di Jawa Tengah yg sering bolak-balik ke Jakarta, dan dulu selalu ingin dijawab bagaimana gerangan isi hati si Y, keponakan suaminya, usia 21 tahun, yg sering diajaknya nginap di hotel dan berhubungan gelap dengan alasan suaminya dingin sekali. Es batu barangkali.

Sex bukan penyakit. Cuma hubungan antar manusia yg menggunakan sex sebagai alibi saja. Alibi artinya alasan. Dan itu bukan penyakit nomor satu. Penyakit nomor satu yg menghinggapi mereka yg mengaku orang spiritual di Indonesia adalah iri dan dengki. Iri hati atau keculasan ada dimana-mana, nampak jelas di mereka yg mengaku orang spiritual. Anda semua bisa cerita tentang iri hati dan dengki di kalangan dekat anda.Tiba-tiba orang berubah karena anda berhasil. Itu penyakit umum, dan namanya iri hati dan dengki. Sangat marak di Indonesia. Bukan di kalangan orang spiritual saja, melainkan di semua kalangan.

Iri hati dan dengki merupakan penyakit yg sangat umum, mungkin ini penyakit paling umum di masyarakat Indonesia. Cara menghadapinya cukup mudah, yaitu harus tegas. Tanpa ketegasan, anda hanya akan jadi tempat sampah. Tempat pelemparan energi negatif orang yg dengki. Anda harus bilang tidak kepada hal seperti itu. Kalau orang mau buang energi negatif, balikkan saja. Kembalikan itu energi negatif ke orangnya. Bilang saja dengan tegas, anda tidak perlu segala macam "nasehat". Itu "nasehat" atawa kata-kata manis bersayap adalah energi negatif yg

dilemparkan kepada anda. Balikkan! Bilang anda tidak perlu. Lebih baik tidak usah kenal dengan manusia yg menjadi parasit energi. Daripada menjadi tempat pelemparan energi negatifnya, atau tempat dia menyedot energi positif karena tidak bisa memproduksi sendiri. Bagus juga bila bisa mengarahkan orang untuk buang dia punya energi negatif langsung ke tanah. Tidak perlu lewat kita, tetapi langsung saja. Bantulah orang lain untuk membantu dirinya sendiri. Kalau orang iri hati kepada anda, bantulah orang itu untuk menikmati iri hatinya sebebas-bebasnya. Asal tidak dilakukan di hadapan anda. Bisa juga dicoba bicara dari hati ke hati. Kalau tidak berhasil tidak perlu dicoba lagi. Satu kali saja sudah cukup. Kuncinya adalah fokus. Kalau anda fokus, anda akan bisa jalan terus, walaupun harus lewat comberan.

Sistem kerja tubuh manusia seperti saluran memang. Saluran darah, saluran pencernaan, saluran pernapasan, saluran pori-pori, saluran berbagai kelenjar, termasuk kelenjar sex yg sering

mengakibatkan mereka yg dianugerahi mengalami kesulitan. Kesulitan menyesuaikan diri karena hormon sex terlalu banyak. Overdosis hormon membawa ketidak-seimbangan emosi.

Kekurangan hormon juga. Masa menopause di kaum perempuan adalah masa

ketidak-seimbangan yg terparah. Mungkin lebih parah dibandingkan dengan masa puber ketika remaja putri dan putra mulai mengalami ketertarikan seksual. Masa pancaroba pertama tidak terlalu membawa kerisauan kecuali ketakutan akan kehilangan keperawanan sebelum waktunya dan hamil di luar nikah. Itu saja. Dan yg menanggung adalah si anak perempuan sendiri. Tapi masa pancaroba kedua di kaum perempuan yg menopause seringkali membawa kekacauan rumah-tangga. Emosi yg tidak terkendali membuat suami yg memang sudah terlalu bosan dengan istrinya selama beberapa puluh tahun terakhir terdorong untuk melirik perempuan lain. Dan istri resmi mulai bertingkah aneh-aneh. Semakin suaminya aneh, si perempuan semakin bertambah aneh. Merasa hidup di penjara. Tetapi kalau dilepaskan, kemungkinan akan masuk penjara lain pula. Dari satu mulut buaya ke mulut buaya lainnya. Si perempuan tidak sadar, yg membawa perilaku kebuaya-buayaan itu bukanlah cobaan Allah, melainkan hormon. Tidak ditahan akan

membuat uring-uringan. Ditahan akan membuat tambah uring-uringan lagi. Semua menjadi salah. Serba salah luar dalam. Rumah tangga menjadi retak dan pecah. Berantakan tanpa si perempuan merasa dia yg membuatnya .

Banyak sekali jenis-jenis pernikahan. Ada yg suaminya tidak pernah memberikan nafkah materi. Hanya memberikan nafkah batin berupa hubungan sex. Tapi istrinya tidak suka sex, lebih suka uang. Ada yg menikah demi uang. Ada yg menikah karena hamil duluan. Ada yg hamil dengan lelaki lain sebelum menikah. Ada yg menikah dulu, tidak punya anak, sampai akhirnya hamil dengan rekan sekerja. Anak lahir, dan menjadi kesayangan suami resmi. Banyaklah variasinya. Mungkin sebanyak jumlah pernikahan itu sendiri. Dan melahirkan berbagai jenis keturunan, dengan kategori tertentu. Yahudi, Inggris, Italia, dan lain sebagainya. Blasteran antara laut dan gunung. Asam di gunung, garam di laut, bertemunya di mulut saya.

Saya bukan orang spiritual dari gunung. Makanya saya pakai istilah gelombang otak dan kelenjar pineal. Saya malahan tidak mengerti cara bicara orang spiritual dari gunung. Cara bicara saya mungkin dianggap aneh, seperti yg berikut:

"Saya menggunakan bahasa simbolik, bukan literal. Bisa berguna bagi banyak orang yg mau belajar. Kalau anda tidak mau belajar, dan anda berusaha untuk meliteralkan segalanya, maka itu merupakan hak anda. Bukan hanya praktisi spiritualitas tradisional saja yg suka meliteralkan segalanya, orang-orang atheist juga seperti itu. Entah pura-pura tidak mengerti, atau memang benar-benar tidak mengerti."

Kalau mau jadi atheist, jadilah atheist yg mau belajar, dan tidak asal pukul rata bahwa kultivasi spiritualitas adalah hal yg jelek. Kultivasi spiritualitas melalui meditasi dan doa memiliki manfaat juga, dan itu harus diakui. Kita menjauhi ekses negatif dari agama dan budaya, tetapi kita bisa pakai praktek spiritualitas yg dimodifikasi sehingga sesuai dengan jaman. Tidak seperti orang-orang atheist yg lugu itu.

Mungkin karena terlalu banyak ditekan oleh orang beragama, biasanya keluarga dan teman-teman dekat, akhirnya orang jadi atheist. Merasa diri jadi atheist. Itu hak orang. Cuma, tahukah mereka bahwa menjadi atheist juga menuntut suatu tanggung-jawab, yaitu menjaga nama baik. Good reputation. Atheisme itu jalan hidup intelektual.

Nah, ini, simbol-simbol saja tidak mengerti. Gaya bahasa saya yg simbolik mereka tidak mengerti. Dijelaskan berkali-kali tidak mengerti juga sehingga mau tidak mau saya bilang mereka cuma orang frustrasi. Frustrasi, lalu jadi atheist. Tidak mau belajar sendiri, tidak mau mencari tahu, dan bisanya cuma melecehkan spiritualitas. Mereka bahkan tidak tahu bahwa atheisme itu juga spiritualitas.

Atheisme yg saya anggap dewasa adalah atheisme seperti Buddha Sakyamuni. Tidak ngomongin Tuhan, tapi tetap menjalankan dharma. Tahu manfaat meditasi. Tahu manfaat bhakti. Dan bukan cuma asal pamer, merasa diri sudah paska modern karena menganggap dirinya atheist. Tidak begitu.

Ada doa, dipraktekkan oleh mereka yg mengaku penganut agama. Ada meditasi yg dipraktekkan oleh orang-orang spiritual, baik beragama maupun tidak. Ada masalah medis yg harus dibawa ke dokter medis. Ada masalah spiritual yg bisa dibantu secara medis tetapi akar permasalahannya berada di ranah spiritual. Atau psikologi, kalau mau menggunakan terminologi yg lebih netral. Ada juga masalah yg berada di perbatasan. Masalah medis yg diakibatkan oleh kerohanian yg terganggu. Spiritualitas yg timpang menyebabkan badannya sakit. Nah, lalu bagaimana solusinya?

Cara terbaik, kalau bisa, digabungkan saja, karena tidak tumpang tindih metodenya. Tetapi prakteknya juga tidak semudah bicara, karena orang medis juga

beda-beda kemampuannya. Dokter belum tentu bisa menyembuhkan. Sering juga salah diagnosa. Penyembuh spiritual juga tidak semua kualitasnya sama. Inilah kehidupan nyata. Banyak yg harus dihadapi, satu persatu. Namanya ikhtiar. Walaupun tetap dengan sikap kritis.

Saya sangat kritis di antara orang-orang spiritual. Mungkin yg paling kritis. Tetapi kekritisan saya tidak sampai menyebabkan tidak bisa bergerak.

Ada yg bertanya, apa bedanya masalah spiritual dan masalah psikis?

Saya jawab: Bedanya tipis sekali, susah dijelaskan karena akan banyak makan waktu. Perlu sensitifitas yg dilatih dari praktek di lapangan. Tidak bisa teori saja. Harus praktek puluhan tahun juga. Kalau sudah praktek, kita tidak lagi membedakan istilah-istilahyg secara ilmiah bedanya tipis. Kita cuma mau ada kesembuhan secepatnya.

Berbagai praktek penyembuhan secara spiritual maupun agama termasuk pseudo science. Itu kalau dilihat dari sudut pandang tertentu. Yg pasti, apapun istilahnya, kalau memang ada hasilnya, maka itu akan terlihat. Sepanjang kita bisa mencegah ekses negatif dan bisa memperoleh hasil positif, maka bisa diteruskan. Apapun asal usul atau asal muasalnya. Buat saya sendiri tidak ada bedanya spiritualitas Barat dan Timur. Cuma, akhir-akhir ini, saya banyak menulis tentang spiritualitas Barat. Yahudi, Kristen dan Islam termasuk spiritualitas Barat, walaupun yg Islam mungkin bilang mereka bukan Barat. Kalau Timur lain lagi, termasuk disini Hindu dan Buddha. Tetapi itu juga tidak benar-benar terpisah. Banyak saling

mempengaruhinya juga. Menurut saya, aliran Buddha yg percaya Maitreya itu kena

pengaruh Kristen. Kristen sudah kemana-mana, pengaruhnya di Hindu dan Buddha juga ada. Kalau kita sekarang bicara tentang cinta kasih yg praktis, maka kita sudah bicara tentang konsep Kristen.

Walaupun asalnya kepercayaan Yahudi, Kristen sudah banyak mengambil alih pemikiran Yunani Kuno. Apa yg disebut sebagai hikmat / hidayah dalam bahasa Arab berasal dari pemikiran

Yunani yg sebelumnya juga sudah dibajak oleh Kristen. Dalam bahasa Yunani disebut sophia, artinya kebijaksanaan. Literatur tentang sophia sudah muncul beberapa ratus tahun sebelum Kristen, sehingga Kristen tinggal mengikuti saja. Makanya di literatur Kristen, sophia atau kebijaksanaan itu diagungkan. Dibilang bahwa sophia asalnya dari Tuhan. Konon sudah ada sebelum Tuhan menciptakan manusia. Saya sendiri bilang, sophia / hikmat / hidayah /

kebijaksanaan / wisdom tidak lain dan tidak bukan adalah pengertian manusia sendiri. Munculnya bisa secara tiba-tiba, secara intuitif. Hasil intuisi kita sendiri. Kalau kita rajin meditasi dan hidup apa adanya saja, maka intuisi kita akan tajam. Kalau kita ngotot dan ngoyo, intuisi kita akan tumpul. Cuma begitu saja.

Kemungkinan istilah "sufi" yg kita kenal berasal dari kata sophia yg berarti kebijaksanaan / hikmat / hidayah di bahasa Yunani. Sufi itu aslinya Yunani, bukan Arab. Tingkat-tingkat dalam Sufi adalah pemikiran Yunani, punya paralel di dalam tarekat-tarekat Yahudi dan Kristen juga. Sufi itu aslinya pemikiran dan praktek Yunani, bukan Arab, makanya luar biasa sekali.

Sayangnya banyak praktisinya sendiri tidak tahu. Sufi itu universal, paralelnya di Yahudi adalah Kabalah. Di Kristen diketemukan di aliran Gnostic yg dianggap sesat oleh gereja. Sufi,

Kabbalah, Gnostic, Kejawen... Ini semuanya secara essensial sama, ajaran-ajaran universal yg intinya cuma satu: manunggaling kawula gusti. Sebenarnya juga sama dengan ajaran Siwa-Buddha.

Buddha, Kristus, Sophia, Siwa, Gusti. Cuma beda istilah tapi maksudnya sama. Tat tvam asi, andalah itu!

T = Dari perantauanku yang blusak blusuk sana sini: para kyai yang dibilang linuwih pastilah karena ada keturunan dari orang linuwih juga. So silsilah sangat berperan dalam pembentukan orang linuwih ini di kalangan para kiyai dan para santrinya. Ini copian ato karena gender pembawan seperti ilmu IPA itu. So kalo orang yang ndak punya sisilah ato keturunan dari para orang linuwih akan kesulitan untuk merangkak naik spiritualnya karena banyak sandungan disana. Misalnya wejangan kyai pada santrinya: "Jangan coba aneh-aneh ndak sholat kayak Gus A dan sebagainya, dia itu jelas silsilahnya, kamu wong ndak punya sisilah kok neko-neko?" J = Kayak anjing ras saja pakai silsilah (stamboom).

T = Ato yang lain juga: "Jangan ngikutin gerak gerik perilaku Gus B, ndak bakalan nyampe kita dengan nalar dia, kita nggak sama dengan makomnya dia." Atau, "Jangan ngikutin Joko

Tingtong, makom seseorang berbeda, kamu yg ndak ada nasib sama sekali, jangan aneh-aneh ikut-ikutan kayak Mas Joko, dia itu wes duwur makome". Makom, derajat, tingkatan-tingkatan spiritual itu memang benar ada to?

J = Kalau menggunakan sistem kepercayaan dari kyai yg tinggal di kampung-kampung, ya jelas ada. Saya sendiri tidak pakai pengertian ala makom. Saya membantu manusia biasa untuk menjadi diri sendiri. Sama saja seperti saya, seorang manusia biasa yg menjadi diri sendiri. We don't even use the term linuwih. Linuwih itu apa sih? Bisa naik babut terbang? Bisa panggil Jin? Bisa usir Setan?

T = Apakah memang orang yang berspiritual (kyai linuwih, wali, nabi, orang yg dokdeng ahli spirituallah dan sebagainya) mesti harus dapat isaroh dulu yang aneh-aneh untuk menjadi orang yang spiritualnya paling bagus/ paling oke (dapat maok, derajat tingkatan spiritual) seperti Mas Joko liat Syeh Abdul Khodir Jailani, Dewi Kwan Im, Ganesha, Yesus ato yang lainnya?

J = Saya melihat mereka bertahun-tahun yg lalu ketika saya wirid dengan fokus di cakra gerbang alam semesta. Cakra ini tersembunyi, dan tidak banyak yg tahu. Pedahal tempatnya persis di atas kepala kita. Kalau kita angkat kedua tangan kita setinggi-tingginya di atas kepala, maka kita akan menyentuh cakra gerbang. Jadi, bukan seperti bola yg mengambang persis di atas kepala kita, melainkan lebih atas lagi. Jaraknya setinggi tangan kita. Kalau mau dicoba meditasi dengan fokus disana, mungkin teman-teman lainnya juga akan memperoleh berbagai penampakan. Coba saja, mudah sekali. Tanpa perlu makom.

+++

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 123-128)