• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Metoda berdasarkan Keefektifan

4. Hak Asasi Manusia dan Pertimbangan Hukum

4.1 Standar hak asasi manusia

Dalam hukum internasional, akses universal terhadap KB adalah hak asasi manusia: setiap orang dan pasangan memiliki “hak untuk memutuskan jumlah, jarak dan waktu untuk memiliki anak”.* Pada tahun 1994, Konferensi Internasional Mengenai Kependudukan dan Pembangunan dan pemerintah dari berbagai negara sepakat untuk membuat layanan kesehatan reproduksi tersedia untuk semua, termasuk serangkaian layanan KB lengkap. Hak untuk mencapai standar kesehatan yang setinggi mungkin mencakup “hak untuk diberi informasi dan memiliki akses ke metode- metode KB yang aman, efektif, terjangkau dan dapat diterima”. **

Hak untuk ber-KB berhubungan erat dengan hak asasi manusia lain:

• Akses ke kontrasepsi akan mengurangi

kehamilan yang tidak diinginkan dan akan membantu memastikan bahwa hak perempuan atas kesehatan dan hak untuk hidup terpenuhi.

• Semua orang memiliki hak atas privasi dan

hak atas kesetaraan dan non diskriminasi. Hak-hak ini seringkali diabaikan dalam konteks keluarga berencana ketika, misalnya, seseorang ditolak untuk mengakses kontrasepsi karena ia belum menikah.

• Setiap orang memiliki hak untuk

mengkomunikasikan dan menerima informasi mengenai Keluarga Berencana. Hak ini mencakup kesehatan reproduksi dan pendidikan mengenai seksualitas untuk remaja. Remaja memiliki hak untuk mengakses layanan KB dan informasi KB. Menolak untuk memberikan informasi mengenai KB atau kontrasepsi kepada

remaja dengan alasan usia, status pernikahan atau harus ada persetujuan orang tua atau wali dapat merupakan pelanggaran terhadap hak remaja atas kesehatan dan hak untuk tidak didiskriminasi.

• Semua orang memiliki hak untuk menikmati

manfaat dari kemajuan ilmiah dan penerapannya. Ini berarti bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh manfaat dari pengembangan teknologi kontrasepsi, seperti kontrasepsi darurat.

• Memaksa orang untuk menggunakan

kontrasepsi bukanlah keluarga berencana dan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Sebagai contoh, sterilisasi yang dipaksakan tanpa persetujuan klien melanggar hak untuk memberikan persetujuan berdasarkan informasi (informed concent), hak untuk sehat, hak atas keamanan dan kebebasan seseorang, dan hak untuk secara bebas menentukan jumlah dan jarak anak yang diinginkannya.

4.2 Tantangan dan Kesempatan

Dalam sejumlah kasus, penyedia layanan dapat menghadapi keputusan yang sulit atau dilema. Mereka mungkin akan merasa bahwa kemampuan mereka untuk memberikan informasi dan layanan KB dibatasi oleh peraturan-peraturan nasional, norma-norma sosial atau budaya atau kesalahpahaman medis. Misalnya, hal-hal berikut ini mungkin terjadi:

• Klien perempuan tidak diberi layanan KB

tanpa persetujuan suaminya.

• Klien perempuan tidak diijinkan untuk

memilih sterilisasi tanpa persetujuan suaminya atau ia harus memenuhi persyaratan-persyaratan lain sebelum ia dapat disterilisasi, seperti sudah memiliki sejumlah anak atau sudah mencapai usia tertentu.

* Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW), art. 16(1). ** Committee on Economic, Social and Cultural Rights, General Comment No. 14, para. 12.

• Klien perempuan menolak untuk mengakses

kontrasepsi tanpa persetujuan suaminya.

• Klien perempuan menolak mengakses

kontrasepsi karena ia belum menikah.

• Remaja ditolak untuk menggunakan IUD

berdasarkan klaim medis yang tidak benar bahwa IUD akan menyebabkan infertilitas kecuali jika klien dapat memperlihatkan bahwa ia sudah punya setidaknya satu anak atau sedang hamil.

• Klien perempuan dihalangi untuk

mengakses kontrasepsi darurat karena kontrasepsi ini secara salah diyakini sebagai salah satu bentuk aborsi yang berlawanan dengan norma agama dan sosial setempat. Norma, peraturan dan praktik semacam itu mungkin berlawanan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia yang diterima secara internasional. Seorang manajer kesehatan reproduksi atau penyedia layanan mungkin sekali mengalami dilema semacam itu. Anda harus menyadari posisi lembaga/organisasi anda dalam isu-isu kesehatan reproduksi ini dan memasukkannya sebagai bagian dari analisis anda terhadap situasi dan kemungkinan langkah yang akan diambil di masa datang. Ketika dihadapkan dengan situasi yang sulit, anda harus pertama-tama memprioritaskan keselamatan dan kesehatan klien dan keselamatan diri anda serta rekan- rekan sejawat anda. Kemudian, anda mungkin ingin:

• Membicarakannya dengan supervisor anda • Mendiskusikan pilihan-pilihan dengan klien

anda:

 Misalnya jika anda tidak dapat

memberikan metode kontrasepsi modern tertentu kepada seorang klien perempuan, anda dapat memberinya konseling

mengenai metode keluarga berencana alami seperti metode kesuburan dan Metode Laktasi Amenore (MLA).

• Cari tahu apakah lembaga anda terlibat

dalam advokasi isu tersebut dan bagaimana anda dapat berkontribusi

• Eksplorasi kaitan dengan dan rujukan

kepada organisasi-organisasi lokal yang mungkin dapat membantu klien anda lebih lanjut

• Dengan tetap menghormati kerahasiaan

klien anda, berkonsultasi dengan rekan sejawat dan penyedia layanan kesehatan reproduksi lain bagaimana menghindari/ menangani situasi semacam itu di masa datang.

• Ungkapkan kekhawatiran anda tersebut

dalam rapat koordinasi kesehatan

5. Monitoring

Mengadakan register/catatan aktivitas harian dan formulir-formulir klien untuk mencatat informasi dan menawarkan tindak-lanjut yang efektif. Pada populasi yang berpindah-pindah, klien mungkin ingin menyimpan salinan dari catatan mereka. Informasi berikut ini harus dicatat dalam formulir klien:

• Tanggal

• Nama pengguna – atau, jika diperlukan

untuk menjaga kerahasiaan, kode nomor

• Informasi pengguna (usia, alamat, paritas) • Jenis pengguna (baru, lama, dll.)

• Metode yang dipilih (dan nama mereknya) • Efek samping yang dialami

• Tanggal kunjungan selanjutnya (untuk tindak

lanjut)

• Tanggal dan alasan berhenti ber-KB

Formulir pencatatan harus sederhana dan sesuai untuk data yang dikumpulkan serta tingkat kemampuan membaca staf. Gunakan format nasional atau lokal yang telah dikenal oleh staf lokal dan populasi terdampak. Format ini dapat diterjemahkan untuk staf asing jika mereka yang pada awalnya memberi layanan. Latih semua staf untuk membuat catatan yang tepat dan tentang bagaimana informasi yang dikumpulkan digunakan dalam program KB mereka.

Indikator-indikator yang harus dikumpulkan –

lihat Assessment, Monitoring, dan Pengkajian untuk petunjuk indikator:

 Contraceptive Prevalence Rate (CPR). CPR adalah persentase klien perempuan (atau pasangannya) yang menggunakan suatu metode kontrasepsi di suatu titik waktu tertentu.

• Indikator yang harus dikumpulkan di tingkat

program:

 Jumlah titik layanan KB yang memiliki minimal persediaan Pil KB, suntik KB, IUD atau susuk untuk 3 bulan

 Jumlah dan persentase penyedia layanan yang secara benar menerapkan standar layanan keluarga berencana.

6. Bacaan Lanjutan

Fact sheet on the safety of levonorgestrel- alone emergency contraceptive pills (LNG KONTRASEPSI DARURATs).WHO. 2010. http://whqlibdoc.who.int/hq/2010/WHO_RHR_ HRP_10.06_eng.pdf

The Logistics Handbook: A Practical Guide forSupply Chain Managers in Family Planning andHealth Programs. John Snow Inc./

DELIVER, forthe U.S. Agency for International Development (USAID), Arlington, VA, 2004. http://deliver.jsi.com/dlvr_content/resources/ allpubs/guidelines/LogiHand.pdf

The INFO Project, USAID’s Maximizing Access and Quality Initiative IUD Toolkit. http://www. maqweb.org/iudtoolkit/index.shtml.

Training and Reference Guides for Family Planning Screening Checklists. Family Health International, 2008. http//www.fhi.org/en/RH/ Pubs/servdelivery/checklists/Guides.htm

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN 139

2. TUJUAN 141