• Tidak ada hasil yang ditemukan

apakah ada undang-undang, peraturan atau

kebijakan terkait:

• Menurunkan angka kematian ibu? • Akses terhadap layanan kesehatan

maternal dan neonatal serta penyediaan layanan?

Berikan perhatian khusus terhadap penyediaan:

 Audit dan pengkajian kematian ibu, perinatal, dan neonatal secara rutin

 Perijinan untuk penolong persalinan terampil

 Dukun bayi

 Penggunaan distribusi dan penyediaan obat-obatan esensial untuk kesehatan maternal dan neonatal

• Keharusan untuk mendaftarkan kelahiran? • Tes HIV pada ibu hamil dan pencegahan

penularan HIV dari ibu ke anak?

• Perawatan, pengobatan dan dukungan untuk ibu hamil HIV positif?

• Diperlukan ijin pihak ketiga (misalnya suami)

untuk mengakses layanan kesehatan maternal?

• Mutilasi genital perempuan (FGM/female

Genital Mutilation) atau sunat perempuan dan atau praktek berbahaya lain yang memunculkan konsekuensi yang bersifat merugikan kesehatan ibu?

• Eliminasi pernikahan dini, nikah paksa, usia

minimal untuk menikah dan/atau kebebasan dan persetujuan penuh untuk menikah?

3.2 Mengurangi hambatan-hambatan

terkait penggunaan layanan

kesehatan maternal dan neonatal

Untuk memastikan bahwa layanan yang diberikan sesuai, memiliki kualitas tinggi dan digunakan secara penuh, petugas dan manajer program kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa:

• Hambatan-hambatan terhadap

penggunaan layanan berkurang

• Komponen-komponen layanan kesehatan

maternal dan neonatal disediakan oleh staf terampil yang memiliki suplai yang memadai dan sesuai kebutuhan serta

telah menerima pelatihan penyegaran dan supervisi secara ketat

• Pemberi layanan memahami dan

mendiskusikan keyakinan-keyakinan dan praktek-praktek yang berkembang di masyarakat serta kebiasaan mencari pertolongan kesehatan terkait dengan kehamilan dan persalinan seperti gizi, posisi lahir, kehadiran anggota keluarga untuk memberikan dukungan dan praktek-praktek tradisional baik yang positif (menyusui) maupun negatif (sunat perempuan)

• Semua ibu dan keluarga mereka

mengetahui tempat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan bantuan untuk melahirkan serta cara mengenali tanda-tanda komplikasi.

Karena sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi akibat kegagalan untuk

memperoleh pertolongan tepat pada waktunya ketika terjadi komplikasi persalinan (lihat Kotak 28) maka sangatlah penting untuk memiliki suatu sistem yang terkoordinasi dengan baik untuk mengidentifikasi komplikasi kebidanan dan memastikan bahwa penanganan segera dan/atau rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas pembedahan dilakukan dengan benar. Biasanya, petugas kesehatan harus memahami bahwa semakin jauh lokasi fasilitas rujukan maka semakin dini mereka harus membuat keputusan untuk merujuk ibu dengan komplikasi persalinan.

Petugas dan manajer program kesehatan reproduksi dapat menggunakan model Tiga Terlambat untuk mengidentifikasi intervensi- intervensi relevan untuk mengurangi

hambatan terhadap penggunaan layanan di tempat mereka (lihat Gambar 7). Intervensi- intervensi ini mungkin mencakup, misalnya, memastikan adanya sistem rujukan yang sesuai dan membangun sistem komunikasi seperti radio dan telepon seluler. Suatu sistem rujukan memerlukan protokol yang menyebutkan kapan dan kemana harus merujuk dan catatan yang memadai untuk kasus-kasus yang dirujuk. Intervensi ini mengimplikasikan koordinasi dan komunikasi yang efektif serta kepercayaan dan pengertian antara masyarakat, pemberi layanan, pusat kesehatan dan rumah sakit.

3.3 Ante Natal Care (ANC)

Paket Ante Natal Care (ANC) yang ideal terdiri dari empat kunjungan antenatal untuk kehamilan tanpa komplikasi dengan kunjungan pertama di awal kehamilan, kunjungan kedua di usia kandungan 24-28 minggu, kunjungan ketiga pada usia kandungan 32 minggu dan kunjungan keempat pada usia kandungan sekitar 36 minggu. Jumlah kunjungan yang direkomendasikan mungkin bervariasi sesuai dengan kebijakan nasional negara terkait.

Kotak 27: Meningkatkan akses ke

Fasilitas Kesehatan: Rumah Tunggu

Ibu Bersalin

Rumah tunggu ibu bersalin adalah fasilitas menginap yang berada di dekat fasilitas me- dis yang memenuhi kualifikasi. Ibu yang telah dinyatakan “berisiko tinggi” dapat menunggu persalinan

mereka di tempat tersebut dan dipindahkan ke fasilitas medis yang berada di dekatnya saat menjelang persalinan, atau lebih dini jika terjadi komplikasi. Banyak pihak menganggap bahwa rumah tunggu ibu bersalin merupakan unsur kunci dari strategi untuk “menjembatani kesenjangan geografis” dalam layanan ke- bidanan antara daerah pedesaan yang sulit mendapatkan akses

fasilitas kesehatan dengan daerah perkotaan yang memiliki layanan lengkap tersebut. Se- bagai salah satu komponen dari paket layanan kebidanan komprehensif, rumah tunggu ibu bersalin dapat menawarkan cara murah untuk membawa ibu lebih dekat ke layanan kebidanan yang diperlukan.

Dari: Maternity waiting homes: a review of expe- riences, WHO, 1996. www.who.int/reproductive- health/publications/maternal_perinatal_health/ MSM_96_21/en/index.html

Kotak 28: Model Tiga Terlambat: Mengidentifikasi Hambatan terhadap

Penggunaan Layanan

Meskipun ketersediaan layanan kegawatdaruratan kebidanan diperlukan untuk mengurangi ke- matian ibu tetapi ketersediaan layanan saja tidak memadai. Setiap tempat memiliki kondisi yang mungkin menghambat masyarakat untuk menggunakan suatu fasilitas kesehatan. Bahkan ketika layanan berfungsi baik, ibu dengan komplikasi kebidanan menghadapi berbagai hambatan untuk menggunakan layanan tersebut. Beberapa dari layanan tersebut terkait dengan kondisi ekonomi, misalnya tidak memiliki uang untuk transportasi atau membayar layanan, beberapa hambatan bersifat kultural misalnya nilai nyawa perempuan yang rendah, beberapa bersifat geografis seperti jarak yang jauh dan jalan yang buruk. Apapun yang menyebabkan keterlam- batan penanganan dapat menyebabkan ibu kehilangan nyawa.

Meskipun terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan tersebut, faktor- faktor ini dapat dikelompokkan ke dalam suatu model sederhana yang disebut Tiga Terlambat. Model ini menunjukkan tiga jenis keterlambatan yang berperan terhadap kemungkinan terjadin- ya kematian ibu:

1. Terlambat di tingkat masyarakat dalam mengidentifikasi komplikasi dan memutuskan untuk mencari perawatan.

2. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan (tidak dapat memperoleh transportasi, kondisi jalan yang buruk, kondisi yang tidak aman, adanya titik pemeriksaan/check point, adanya jam malam, dll.)

3. Keterlambatan menerima perawatan yang memadai di fasilitas kesehatan (petugas kesehatan tidak di tempat, tidak adanya obat atau bahan habis pakai lain, biaya pengobatan yang mahal, adanya keharusan membayar uang muka sebelum menerima tindakan medis, dll.)

Diadaptasi dari: The Design and Evaluation of Maternal Mortality Programs, Center for Popula- tion and Family Health, School of Public Health, Columbia University. 1997.

Menangani faktor budaya/ ekonomi di tingkat masyarakat

Gambar 7: Menangani Tiga Terlambat