• Tidak ada hasil yang ditemukan

PONEK (Pelayanan Obstetrik

Neonatal Emergency Komprehensif)

• Pastikan layanan PONED dan perawatan

bayi baru lahir di semua puskesmas. Ini berarti bahwa staf adalah terampil dan memiliki sumber daya untuk menyediakan:

 antibiotik melalui infus

 obat uterotonika melalui infus (oksitosin)

 obat antikonvulsi melalui infus (magnesium sulfat)

 pengambilan secara manual hasil konsepsi yang tertinggal, dengan menggunakan teknologi yang tepat

 melakukan manual placenta

 kelahiran melalui vagina yang dibantu (dengan vakum atau forceps)

 resusitasi maternal dan neonatal

• Pastikan adanya layanan PONEK dan

perawatan bayi baru lahir di rumah sakit. Ini berarti bahwa staf adalah terampil dan memiliki sumber daya untuk mendukung semua intervensi di atas, serta untuk:

 melakukan pembedahan dengan anestesi umum (operasi caesar, laparatomi)

 memberikan transfusi darah yang aman dan rasional

diperkirakan 15% perempuan akan mengalami

komplikasi yang berpotensi mengancam nyawanya selama kehamilan atau pada saat

kelahiran dan 5% sampai 15% dari semua

kelahiran akan memerlukan operasi caesar.

WHO memperkirakan bahwa 9% sampai 15% bayi yang baru lahir akan memerlukan

perawatan darurat untuk menyelamatkan nyawanya. Untuk mencegah kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir akibat komplikasi, petugas kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa layanan PONED dan PONEK tersedia 24 jam per hari, tujuh hari per minggu (lihat Kotak 9).

PONED dan perawatan bayi baru lahir Meskipun persalinan oleh tenaga terlatih pada semua kelahiran di fasilitas kesehatan sangat ideal karena dapat membantu mengurangi kesakitan dan kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, mungkin hal ini belum dapat disediakan pada permulaan respon bencana. Namun, minimal harus dipastikan bahwa di setiap fasilitas kesehatan tersedia PONED dan intervensi perawatan bayi baru lahir (sebagaimana dijelaskan dalam Kotak 9), maupun kapasitas untuk merujuk ke rumah sakit jika diperlukan, selama 24 jam per hari, tujuh hari dalam seminggu.

Di antara 15% perempuan dengan komplikasi

kebidanan yang mengancam hidupnya, masalah yang paling sering adalah pendarahan yang parah, infeksi, eklampsia dan persalinan macet. Sekitar dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 28 hari pertama. Sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan tindakan penting yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, ibu atau anggota masyarakat lainnya. Sekitar

5% sampai 10% bayi yang baru lahir tidak

bernafas secara spontan pada saat kelahiran dan membutuhkan resusitasi. Kira-kira separuh dari bayi yang memiliki kesulitan memulai bernapas, memerlukan resusitasi. Alasan utama kegagalan bernafas antara lain kelahiran prematur dan kejadian intrapartum akut yang mengakibatkan asphyxia berat.

Untuk mencegah dan mengatasi komplikasi ini:

• Sediakan bahan-bahan dan obat-obat untuk

bidan dan penolong persalinan terlatih lainnya untuk pertolongan persalinan, untuk mengatasi komplikasi dan untuk menstabilkan perempuan tersebut sebelum dibawa ke rumah sakit, bila perlu.

• Pastikan penolong persalinan terlatih itu

kompeten untuk memberi perawatan bayi baru lahir yang rutin maupun darurat, termasuk:

 inisiasi pernapasan;

 resusitasi;

 perlindungan suhu tubuh (menunda mandi, mengeringkan, kontak kulit-ke- kulit);

 pencegahan infeksi (kebersihan,

memotong dan merawat tali pusar secara higienis, perawatan mata);

 pemberian ASI yang segera dan eksklusif;

 pengobatan penyakit pada bayi baru lahir dan perawatan bayi prematur / berat badan lahir rendah.

Supply untuk mendukung PONED dan perawatan bayi baru lahir termasuk dalam RH kit antar lembaga (lihat paragraf 3.5). Supply untuk resusitasi bayi baru lahir tersedia dalam RH kit antar lembaga 6. Ketika memesan dari sumber lain, pastikan bahwa di dalam paket kebidanan ada perlengkapan resusitasi bayi baru lahir.

PONEK dan perawatan bayi baru lahir Jika memungkinkan. dukunglah rumah sakit negara tuan rumah dengan staf terampil, infrastruktur, komoditi medis, termasuk obat- obatan dan peralatan bedah, yang diperlukan untuk menyelenggarakan PONEK dan perawatan bayi baru lahir (lihat Kotak 9). Jika hal ini tidak mungkin karena lokasi rumah sakit atau karena ketidakmampuan untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat, maka petugas kesehatan reproduksi harus bekerja dengan sektor/cluster kesehatan dan lembaga seperti ICRC atau IFRC (Federasi International Palang Merah atau Bulan Sabit Merah)

untuk mengatasi masalah, misalnya dengan mengadakan rumah sakit rujukan di dekat lokasi penduduk yang terdampak.

3.4.2 Membangun sistem rujukan

untuk keadaan darurat kebidanan

dan bayi baru lahir

Berkoordinasi dengan sektor/cluster kesehatan dan pihak berwenang di negara yang bersangkutan untuk memastikan adanya sistem rujukan (termasuk sarana komunikasi dan transportasi) sesegera mungkin di dalam situasi bencana. Sistem rujukan ini harus mendukung penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir 24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Sistem ini harus memastikan bahwa perempuan, remaja perempuan dan bayi baru lahir yang membutuhkan perawatan darurat dirujuk ke puskesmas di mana layanan PONED dan perawatan bayi baru lahir tersedia. Pasien dengan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kondisi darurat yang tidak dapat ditangani di puskesmas harus distabilkan kondisinya dan dibawa ke rumah sakit yang mempunyai layanan PONEK dan layanan perawatan bayi baru lahir.

• Tentukan kebijakan, prosedur dan praktik

yang harus diikuti di puskesmas dan rumah sakit untuk memastikan rujukan yang efisien.

• Tentukan jarak dari masyarakat yang

terdampak ke puskesmas yang berfungsi dan ke rumah sakit, serta pilihan

transportasi untuk rujukan.

• Pasang protokol di setiap puskesmas,

yang menyebutkan kapan, di mana dan bagaimana merujuk pasien dengan kondisi darurat kebidanan ke tingkat perawatan berikutnya.

• Informasikan kepada masyarakat kapan dan

di mana bisa mencari perawatan darurat untuk komplikasi kehamilan dan melahirkan secepatnya. Bertemu dan informasikan kepada tokoh masyarakat, dukun, dan lain- lain untuk mendistribusikan brosur-brosur bergambar atau melakukan pendekatan

Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) yang kreatif.

Tanpa akses ke layanan kegawatdaruratan kebidanan dan perawatan bayi baru lahir yang memadai, seorang perempuan dan bayi yang baru lahir bisa meninggal sia-sia. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk mencoba merundingkan akses ke rumah sakit rujukan. Jika layanan rujukan 24/7 tidak mungkin diselenggarakan, maka sangat penting bahwa staf yang kompeten ada setiap saat di puskesmas untuk memberikan layanan PONED dan perawatan bayi baru lahir (lihat paragraf 3.4.1). Dalam situasi ini, akan sangat membantu bila ada sistem komunikasi, seperti penggunaan radio atau telepon seluler, untuk berkomunikasi dengan personel dengan kapasitas yang lebih tinggi untuk meminta petunjuk dan dukungan medis.

Kotak 10: Mendorong Melahirkan

di Puskesmas

Adalah penting untuk menekankan bahwa jika puskesmas mempunyai penolong persalinan terlatih dan peralatan serta perlengkapan yang cukup, maka semua perempuan harus diberitahu dimana lokasi klinik-klinik itu dan harus didorong untuk melahirkan di sana. Informasi ini dapat diberikan ketika kit persalinan bersih didistribusikan, dan melalui komunikasi dengan masyarakat.

3.4.3 Kit persalinan bersih

Dalam semua situasi darurat terdapat beberapa perempuan dan gadis yang sedang hamil tua dan karena itu akan melahirkan dalam kondisi darurat. Pada permulaan respon darurat, kelahiran sering terjadi di luar puskesmas tanpa bantuan penolong persalinan. Sediakan kit persalinan bersih untuk semua perempuan yang kehamilannya sudah tampak jelas jika

terpaksa melahirkan di rumah jika akses ke fasilitas kesehatan tidak memungkinkan. Pendistribusiannya dapat dilakukan di lokasi pendaftaran, misalnya.

Dalam masyarakat di mana yang membantu kelahiran di rumah, mereka dapat diberikan kit persalinan bersih dan perlengkapan dasar tambahan. Hubungkan dukun bayi ini ke klinik kesehatan dengan penolong persalinan terlatih dimana mereka dapat mendaftar dan meminta perlengkapan mereka. Ini adalah langkah pertama untuk mengintegrasikan mereka ke dalam program kesehatan reproduksi komprehensif, dimana mereka mungkin dapat berperan sebagai penghubung antara keluarga, masyarakat dan otoritas setempat dan layanan kesehatan reproduksi. Lihat Bab 6: Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Kit persalinan bersih dan perlengkapan untuk dukun bayi dapat dipesan melalui UNFPA (RH kit antar lembaga 2A dan B, lihat paragraf

Kotak 11: Kit persalinan bersih

Paket berisi bahan-bahan yang sangat dasar:

• satu lembar plastik (sebagai alas untuk

melahirkan)

• sebatang sabun

• sepasang sarung tangan

• satu pisau cukur bersih (baru dan masih

dibungkus dengan kertas asli) (untuk memotong tali pusar)

• tiga potong benang (untuk mengikat tali

pusar)

• dua lembar kain katun (satu untuk

mengeringkan dan satu untuk menghangatkan bayi)

• leaflet berisi penjelasan dengan gambar-

gambar

3.5). Oleh karena bahan-bahan ini seringkali mudah diperoleh secara lokal dan tidak ada tanggal kadaluarsa, maka paket-paket itu dapat dirakit di tempat dan disimpan dahulu sebagai persiapan di situasi di mana paket- paket tersebut tidak harus segera tersedia. Dapat juga diadakan kontrak dengan LSM lokal untuk membuat paket-paket itu, sehingga dapat menjadi proyek yang menghasilkan pendapatan bagi perempuan-perempuan setempat.

3.5 Supply untuk melaksanakan

PPAM

Untuk melaksanakan komponen pelayanan PPAM (menyediakan layanan klinis untuk para korban/penyintas perkosaan; mengurangi penularan HIV; mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian yang tinggi pada ibu dan bayi baru lahir), Inter-agency Working Group on Reproductive Health in Crises

(IAWG)/Kelompok Kerja Antar Lembaga untuk Kesehatan Reproduksi dalam situasi darurat telah merancang paket perlengkapan yang berisi obat-obatan dan perlengkapan yang bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan layanan prioritas kesehatan reproduksi ini, yaitu

Interagency Reproductive Health Kits (RH Kit). Kit kesehatan reproduksi Antar-lembaga ini melengkapi Interagency Emergency Health Kit 2006 (IEHK), yang merupakan perlengkapan kesehatan darurat standar berisi obat-obatan penting, alat-alat dan perlengkapan untuk memberi layanan kesehatan dasar. Dalam situasi kemanusiaan, IEHK seringkali cepat tersedia, tetapi meskipun berisi bidan kit, Pil kontrasepsi darurat (Pil kontrasepsi darurat), pengobatan PEP untuk mencegah penularan HIV setelah perkosaan dan peralatan untuk tindakan pencegahan standar, IEHK tidak memiliki semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan PPAM.

RH kit dirancang untuk digunakan pada fase awal respon bencana dan berisi supply yang cukup untuk jangka waktu tiga bulan untuk jumlah penduduk yang berbeda, tergantung

pada cakupan penduduk dari layanan kesehatan untuk masing-masing kit.

13 jenis RH kits yang dibagi menjadi tiga blok, masing-masing blok menargetkan tingkat pelayanan kesehatan yang berbeda:

• Blok 1: Tingkat masyarakat dan pelayanan

kesehatan dasar: 10.000 orang/3 bulan

• Blok 2: Tingkat pelayanan kesehatan dasar

dan rumah sakit rujukan: 30.000 orang/ 3 bulan

• Blok 3: Tingkat rumah sakit rujukan:

150.000 orang / 3 bulan Blok 1

Blok 1 terdiri dari 6 kit. Barang-barang dalam paket perlengkapan ini dimaksudkan untuk digunakan oleh penyedia layanan yang memberikan layanan kesehatan reproduksi di tingkat masyarakat dan perawatan kesehatan primer. Kit ini berisi terutama obat-obatan dan bahan habis pakai. Kit 1, 2 dan 3 dibagi lagi menjadi bagian A dan B, yang dapat dipesan secara terpisah.

Blok 2

Blok 2 terdiri dari lima kit yang berisi bahan habis pakai dan bahan yang dapat digunakan kembali. Barang-barang dalam paket perlengkapan ini dimaksudkan untuk digunakan oleh penyedia layanan kesehatan terlatih dengan tambahan keterampilan kebidanan dan keterampilan kebidanan dan neonatal tertentu, pada tingkat puskesmas atau rumah sakit.

Blok 3

Dalam situasi bencana, pasien-pasien dari populasi yang terdampak dirujuk ke rumah sakit terdekat, yang mungkin memerlukan dukungan dalam hal peralatan dan

perlengkapan agar dapat memberikan layanan yang diperlukan untuk beban kasus tambahan seperti ini. Blok 3 terdiri dari dua kit yang berisi bahan habis pakai dan perlengkapan yang dapat digunakan kembali untuk memberikan layanan PONEK pada tingkat rujukan (bedah kebidanan). Diperkirakan bahwa rumah sakit

pada tingkat ini mencakup jumlah penduduk sekitar 150.000 orang. Paket perlengkapan 11 memiliki dua bagian, A dan B, yang biasanya digunakan bersama-sama tetapi dapat dipesan secara terpisah.

3.5.1 Pengadaan dan Logistik dari

RH kits

UNFPA bertanggung jawab atas perakitan dan pengiriman RH kit antar lembaga. Namun, lembaga tidak boleh bergantung pada satu sumber untuk supply dan harus memasukkan supply kesehatan reproduksi dalam

pengadaan perlengkapan medis mereka secara keseluruhan.

Pesan RH kit antar lembaga melalui UNFPA atau tetapkan sumber lain yang berkualitas untuk memastikan bahwa semua peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia untuk menyelenggarakan keseluruhan layanan kesehatan reproduksi prioritas. Koordinasikan pemesanan perlengkapan kesehatan di dalam sektor/cluster kesehatan untuk menghindari pemborosan.

Ketika merencanakan untuk memesan RH kits, buatlah rencana untuk pendistribusian RH kits tersebut di dalam negeri. Rencana ini menggambarkan berapa kits yang akan dikirim ke mitra yang mana, dalam kondisi geografis yang mana. Rencana ini juga mencakup rencana detail tentang transportasi dan penyimpanan di dalam negara, termasuk penyediaan barang-barang yang harus selalu dalam keadaan dingin (cold-chain).

Tabel 6: Kit Kesehatan Reproduksi Antar Lembaga