• Tidak ada hasil yang ditemukan

• mengumpulkan data latar belakang yang

ada

• mengidentifikasi tempat yang sesuai untuk

menyelenggarakan layanan kesehatan reproduksi yang komprehensif di masa depan

• menilai kapasitas staf untuk memberikan

layanan kesehatan reproduksi yang

komprehensif dan membuat rencana untuk pelatihan/pelatihan kembali.

Alamat UNFPA

Humanitarian Response Branch

220 East 42nd Street New york, Ny 10017 USA UNFPA Humanitarian Response Branch 11-13 chemin des Anémones 1219 Chatelaine, Geneva, Switzerland UNFPA Procurement Services Branch Midtermolen 3 2100 Copenhagen Denmark Fax +1 212 297 4915 +41 22 917 80 16 +45 35 46 70 18

E-mail hrb@unfpa.org hrb@unfpa.org procurement@unfpa.dk

Website www.unfpa.org

http://web.unfpa.org/ procurement/form_request. cfm

Informasi tentang kits atau bantuan dalam pemesanan dapat diberikan oleh Kantor lapangan UNFPA, lembaga mitra atau UNFPA Procurement Services Branch (PSB) atau UNFPA Humanitarian Response Branch (HRB)

3.6 Rencanakan untuk

mengintegrasikan layanan kesehatan

reproduksi komprehensif ke dalam

layanan kesehatan dasar

Mulailah merencanakan integrasi kegiatan kesehatan reproduksi komprehensif ke dalam pelayanan kesehatan dasar pada fase awal respon darurat. Jika tidak dilakukan, ini dapat menyebabkan penundaan yang tidak perlu dalam penyediaan layanan ini, yang meningkatkan risiko terjadinya kehamilan- kehamilan yang tidak diinginkan, penularan IMS (infeksi menular seksual), komplikasi dalam kekerasan berbasis gender, serta kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Mulailah penyelenggaraan layanan kesehatan reproduksi komprehensif segera setelah standar-standar untuk indikator PPAM telah dicapai (lihat Bab 3: Assessment, Monitoring dan Evaluasi). Ketika proses penyusunan

Kotak 12: PPAM dan Layanan Kesehatan reproduksi komprehensif

Komponen kesehatan

reproduksi (tidak berdasarkan urutan prioritas/kepentingan)

Pelayanan kesehatan reproduksi prioritas (PPAM)

Layanan kesehatan reproduksi Komprehensif

KELUARGA BERENCANA *Menyediakan alat kontrasepsi seperti kondom, pil, suntik dan IUD untuk memenuhi permintaan

Mencari supplier dan pengadaan kontrasepsi

Memberikan pelatihan untuk staf

Menetapkan program keluarga berencana yang komprehensif

Memberikan pendidikan pada masyarakat

KEKERASAN BERBASIS GENDER

Koordinasikan mekanisme-mekanisme untuk mencegah kekerasan seksual bersama sektor kesehatan dan sektor/ cluster lainnya

Memberikan perawatan klinis untuk korban/penyintas perkosaan

Memperluas bantuan medis, psikologis, sosial dan hukum bagi para korban/ penyintas

Mencegah dan menangani bentuk-bentuk lain dari kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan dalam rumahtangga, perkawinan dini /paksa, sunat perempuan Memberikan pendidikan masyarakat Melibatkan pria dan anak laki-laki dalam program kekerasan berbasis gender

PERAWATAN IBU DAN BAyI BARU LAHIR

Pastikan ketersediaan layanan

kegawatdaruratan kebidanan untuk ibu dan perawatan bayi baru lahir

Membangun sistem rujukan 24/7 untuk layanan kegawatdaruratan kebidanan Menyediakan kit persalinan bersih untuk perempuan yang kehamilannya sudah tampak jelas dan untuk penolong persalinan

Menyediakan layanan antenatal care Menyediakan layanan postnatal care Melatih penolong persalinan (bidan, perawat, dokter) dalam melakukan layanan kegawatdaruratan kebidanandan perawatan bayi baru lahir

Meningkatkan akses ke layanan PONED dan PONEK

IMS, TERMASUK PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN HIV

Pastikan praktik transfusi darah yang aman

Memfasilitasi dan menegakkan kepatuhan terhadap tindakan pencegahan standar

Menjadikan kondom gratis dan tersedia * Sediakan pengobatan sindrom sebagai bagian dari layanan klinis yang rutin untuk pasien-pasien yang datang untuk perawatan

* Sediakan pengobatan untuk pasien- pasien yang sudah berobat dengan ARV, termasuk untuk PMTCT, sesegera mungkin

Selenggarakan layanan pencegahan dan perawatan IMS yang komprehensif, termasuk sistem surveilans IMS

Berkolaborasi dalam membangun layanan HIV komprehensif sesuai keadaan

Sediakan perawatan, dukungan dan pengobatan untuk orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA)

Tingkatkan kesadaran tentang layanan pencegahan, perawatan dan pengobatan IMS, termasuk HIV

3.6.1 Pemesanan peralatan dan

perlengkapan kesehatan reproduksi

Setelah pelayanan awal minimum kesehatan reproduksi berjalan, bekerjalah bersama pihak- pihak yang berwenang di bidang kesehatan dan melalui sektor/cluster kesehatan untuk menganalisa situasi, membuat estimasi penggunaan obat-obatan dan bahan habis pakai, menilai kebutuhan penduduk dan memesan lagi perlengkapan sesuai kebutuhan. Hindari pemesanan RH kits yang terus menerus. Memesan supply kesehatan reproduksi berdasarkan permintaan akan lebih menjamin keberlanjutan program kesehatan reproduksi dan menghindari kekurangan beberapa perlengkapan maupun kelebihan perlengkapan lain yang tidak digunakan dalam situasi yang ada.

Pemesanan lebih lanjut untuk supply kesehatan reproduksi dapat dilakukan melalui jalur supply medis yang biasa di negara bersangkutan. Juga pertimbangkan jalur pengadaan yang digunakan oleh LSM atau melalui Cabang Layanan Pengadaan UNFPA (UNFPA

Procurement Services Branch - lihat paragraf 3.5.1).

Pada waktu memesan supply untuk layanan kesehatan reproduksi komprehensif,

petugas kesehatan reproduksi dan manajer program kesehatan reproduksi harus mengkoordinasikan pengelolaan komoditas kesehatan reproduksi dengan otoritas kesehatan dan sektor/cluster kesehatan agar dapat menjamin akses yang tidak terputus ke komoditas kesehatan reproduksi dan menghindari pemborosan.

• Rekruit staf yang terlatih dalam hal

pengelolaan rantai supply

• Buatlah perkiraan konsumsi bulanan obat-

obatan kesehatan reproduksi dan bahan- bahan habis pakai.

• Indentifikasi jalur supply medis. Selidiki

kualitas saluran supply lokal. Jika tidak memadai, dapatkan komoditi kesehatan reproduksi melalui pemasok global yang

terkenal atau dengan dukungan dari UNFPA, UNICEF atau WHO. Lembaga- lembaga ini dapat memfasilitasi pembelian supply kesehatan reproduksi yang bermutu baik dengan biaya rendah.

• Ajukan pesanan yang tepat waktu

melalui jalur supply yang telah ditetapkan berdasarkan estimasi stok.

• Tempatkan supply sedekat mungkin dengan

penduduk yang akan menerimanya.

3.6.2 Mengumpulkan data latar

belakang yang ada

Untuk dapat bergerak lebih jauh di luar PPAM dan membuat rencana untuk penyelenggaraan layanan kesehatan reproduksi komprehensif, petugas kesehatan reproduksi dan manajer program, dalam suatu kerjasama erat dengan para mitra di sektor/cluster kesehatan, harus mengumpulkan informasi-informasi yang ada atau membuat estimasi data yang dapat membantu dalam merancang program kesehatan reproduksi komprehensif.

• Mengidentifikasi kebijakan dan protocol

Kementrian Kesehatan yang relevan untuk perawatan terstandar, seperti manajemen IMS dengan pendekatan sindrom dan protokol keluarga berencana.

• Mengumpulkan atau membuat estimasi

data demografis dan informasi kesehatan reproduksi dari populasi yang terdampak, seperti:

 jumlah wanita usia subur (15 sampai 49

tahun) - diperkirakan 25% dari jumlah

penduduk; jumlah pria yang aktif secara

seksual- diperkirakan 20% dari jumlah

penduduk, angka kelahiran kasar -

diperkirakan mencapai 4% dari jumlah

penduduk;

 data mortalitas berdasarkan umur dan jenis kelamin, misalnya jumlah kematian pada anak perempuan remaja, angka kematian bayi baru lahir (jumlah kematian selama 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup dalam suatu periode

tertentu), data latar belakang yang ada tentang kematian ibu;

 prevalensi IMS dan HIV, prevalensi kontrasepsi dan metode-metode yang disukai, dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap dan perilaku penduduk yang terdampak.

Untuk informasi lebih lanjut, lihat Bab 3: Assessment, Monitoring dan Evaluasi.

3.6.3 Mengidentifikasi lokasi yang

cocok

Berkolaborasi dengan pihak berwenang setempat dan mitra sektor/cluster kesehatan untuk menetapkan lokasi-lokasi yang layak untuk layanan kesehatan reproduksi komprehensif, seperti klinik keluarga berencana (KB), ruang rawat jalan IMS atau layanan kesehatan reproduksi remaja. Adalah penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini (antara lain) ketika memilih lokasi yang sesuai:

• kemudahan komunikasi dan transportasi

untuk rujukan

• jarak ke tempat layanan kesehatan lainnya • kedekatan dengan penduduk yang

terdampak dan kelompok sasaran

3.6.4 Menilai kapasitas staf dan

merencanakan pelatihan

Kapasitas staf dapat diukur melalui kegiatan supervisi (misalnya daftar-periksa monitoring, observasi langsung, wawancara client yang baru keluar dari tempat layanan (client exit interview) (lihat Bab 1: Prinsip-prinsip Dasar dan Bab 3: Assessment, monitoring dan Evaluasi) atau melalui pemeriksaan formal terhadap pengetahuan dan keterampilan staf tersebut.

Ketika membuat rencana untuk pelatihan atau melatih kembali staf, bekerjalah dengan otoritas nasional, lembaga pelatihan dan

lembaga akademis dengan mempertimbangkan kurikulum yang ada. Bila memungkinkan, gunakan pelatih nasional. Rencanakan sesi pelatihan dengan hati-hati, agar tidak menyebabkan fasilitas kesehatan tanpa staf di tempat pelayanan.

4. PERTIMBANGAN HAK ASASI

MANUSIA DAN HUKUM

PPAM sebagai standar bagi pekerja kemanusiaan didukung oleh kewajiban hukum internasional setiap negara untuk menghormati dan menjamin hak-hak asasi manusia, termasuk hak reproduksi, dalam situasi bencana. Selama masa konflik, Negara diwajibkan untuk memastikan pemberian bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil bila makanan, obat-obatan dan sumber daya lainnya tidak memadai. Negara-Negara juga memiliki kewajiban untuk tidak mengganggu pemberian bantuan untuk menyelamatkan jiwa dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan. Bantuan kemanusiaan dan perlindungan hak-hak perorangan harus diadakan dan dijamin oleh Negara dan pihak- pihak lain tanpa diskriminasi.

Menyadari bahwa orang-orang dari kategori tertentu memiliki kebutuhan khusus di masa konflik dan/atau ketika mengungsi, hukum internasional memberikan perlakuan khusus dan perlindungan terhadap anak-anak dan perempuan, terutama ibu hamil dan perempuan dengan anak kecil. Negara dan para pekerja yang memberi bantuan diwajibkan memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan

kesehatan perempuan, termasuk memastikan akses ke layanan kesehatan reproduksi, termasuk pencegahan infeksi HIV, dan untuk penyedia layanan perempuan. Selain itu, hukum pengungsi internasional mensyaratkan bahwa Negara-Negara memperlakukan pengungsi yang secara sah berada di wilayah mereka sama seperti warga negara sendiri berkenaan dengan program jaminan sosial, termasuk tunjangan kehamilan dan penyakit.

Dalam keadaan darurat, Negara memiliki kewajiban kolektif dan individual untuk menjamin hak atas kesehatan dengan bekerja sama untuk menyediakan bantuan kemanusiaan, termasuk akses ke perawatan kesehatan reproduksi. Dalam respon mereka terhadap keadaan darurat, Negara-Negara diminta untuk memprioritaskan “penyediaan bantuan medis internasional ... air yang aman dan dapat diminum, makanan dan obat-obatan ... untuk kelompok-kelompok penduduk yang paling rentan atau terpinggirkan.”*

Kotak 13: Advokasi

Gunakan poin ini dalam advokasi anda dengan PBB dan para pembuat kebijakan nasional, dll, ketika PPAM dihentikan atau tidak lagi diprioritaskan dalam respon bencana.

PPAM ini:

• adalah suatu standar Sphere dan

dengan demikian merupakan standar minimum respon bencana universal yang diakui secara internasional;

• adalah intervensi yang menyelamatkan

nyawa dan suatu kriteria penyelamatan jiwa yang memenuhi syarat minimum CERF untuk pendanaan CERF;

• terintegrasi di dalam petunjuk cluster

kesehatan global.

* Committee on Economic, Social and Cultural Rights, General Comment No. 14, para. 40 (2000)

5 MONITORING

Petugas kesehatan reproduksi melaksanakan daftar-periksa PPAM untuk memonitor penyediaan layanan di setiap situasi bencana. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat dilakukan dengan laporan lisan dari manajer kesehatan reproduksi dan/atau melalui kunjungan observasi. Pada fase awal respon bencana, monitoring dilakukan setiap minggu. Setelah penyelenggaraan layanan sudah mantap, monitoring bulanan sudah cukup. Diskusikan kesenjangan dan tumpang tindih cakupan layanan di dalam pertemuan dengan para stakeholders kesehatan reproduksi dan pada mekanisme koordinasi sektor/cluster kesehatan untuk menemukan dan menerapkan solusi.