• Tidak ada hasil yang ditemukan

Atas permintaan Alasan ekonomi atau sosial Cacat pada janin Kehamilan karena pemerkosaan atau incest Untuk menjaga kesehatan mental Untuk menjaga kesehatan fisik Untuk menyelamatkan jiwa perempuan yang bersangkutan

N=195: 195 negara dilibatkan dalam penelitian Dari: World Abortion Policies. New york, UNDP. 2007.

www.un.org/esa /population/publications/2007_Abortion_Policies_Chart/2007_WallChart.pdf

Tujuan dari bab ini adalah untuk membekali petugas kesehatan reproduksi, manajer program dan penyedia layanan dengan:

• Informasi mengenai penyusunan program

layanan aborsi yang legal dan aman serta rujukan ke layanan serupa hingga batas yang diijinkan oleh hukum;

• Informasi dasar klinik untuk memandu

penyelenggaraan layanan;

• Kerangka kerja untuk mendapatkan

informasi akurat dan memahami batasan- batasan administratif dan peraturan- peraturan yang berkaitan dengan aborsi di negara dimana mereka bekerja;

• Pemahaman norma sosial, budaya, dan

agama mengenai layanan aborsi;

• Alat bantu untuk mendidik masyarakat

mengenai hak-hak mereka.

3 PENYUSUNAN PROGRAM

Bagian-bagian berikut akan menguraikan panduan dasar untuk memastikan/menjamin penyediaan layanan aborsi yang komprehensif dan berkualitas tinggi.

Penambahan layanan induksi aborsi yang aman untuk semua indikasi legal pada unsur- unsur Perawatan Pasca Aborsi menghasilkan suatu pendekatan menyeluruh yang

mendukung perempuan dalam menggunakan hak reproduksi dan hak seksual mereka. Secara ideal, layanan ini disediakan sebagai paket terpadu dan komprehensif

Kebutuhan layanan perawatan aborsi yang komprehensif tidak perlu bergantung pada ketersediaan ginekolog/dokter kandungan atau ahli bedah. Dengan pelatihan dan dukungan yang memadai, perawat, bidan dan petugas kesehatan tingkat menengah lain dapat memberikan layanan aborsi yang aman di lini depan dan perawatan pasca aborsi, bahkan untuk pasien rawat jalan. (Lihat Tabel 19)

3.1 Needs Assessment/penilaian

kebutuhan

Saat merencanakan layanan aborsi, kumpulkan informasi dan pertimbangkan kebutuhan- kebutuhan dan persepsi masyarakat, termasuk preferensi kaum perempuan terhadap jenis

2 TUJUAN

penyedia layanan dan jenis kelamin penyedia layanan serta lokasi layanannya.

Tingkat aborsi tidak aman yang tinggi sering merupakan akibat dari dibatasinya akses ke layanan aborsi oleh hukum. Meskipun demikian, bahkan bila aborsi legal, perempuan sering tidak dapat mengakses layanan aborsi yang aman dan legal. Kondisi dimana aborsi dilegalkan berbeda di berbagai negara. Di beberapa negara, akses sangat dibatasi, sedangkan di negara lainnya, layanan aborsi tersedia atas permintaan dan untuk alasan- alasan medis dan sosial. Pada hakikatnya, setiap negara di dunia mengijinkan aborsi yang aman dan legal dalam kondisi-kondisi tertentu. Petugas kesehatan reproduksi, manajer program dan penyedia layanan harus

mengetahui kebijakan dan peraturan nasional yang berkaitan dengan aborsi yang aman di negara tempat mereka bekerja:

• Apakah terdapat undang-undang/

peaturan/kebijakan mengenai aborsi/ ketersediaan dan askes ke layanan aborsi? Berikan perhatian khusus pada: u Alasan mengapa aborsi diijinkan

(misalnya alasan terapi, cacat pada janin, pemerkosaan, incest, kesehatan mental, atau alasan pribadi);

u Batas waktu dimana aborsi dapat dilakukan dan apakah terdapat situasi dimana batas waktu tersebut dapat diabaikan;

u Ketersediaan metode aborsi yang berbeda (misalnya dengan tindakan, seperti aspirasi vakum elektrik atau manual; dengan obat-obatan/medis, seperti mifepristone dan misoprostol) dan distribusi serta pemberian obat untuk aborsi dan perawatan setelah aborsi;

u Persyaratan untuk konseling; u Keadaan dimana aborsi dapat

dilakukan dan/atau tingkatan penyedia layanan yang dapat melakukan aborsi atau memberikan metode aborsi;

u Ketentuan mengenai biaya aborsi; u Aturan atau harapan yang

mengharuskan orang lain (suami, orang tua, wali) untuk memberi ijin melakukan aborsi (ijin pihak ketiga)

u Persyaratan tentang pelaporan yang wajib dilakukan

u Keharusan bagi penyedia layanan yang menolak melakukan aborsi (keberatan berdasarkan hati nurani) untuk merujuk pasien ke tempat yang bersedia memberi layanan aborsi;

• Apakah ada undang-undang yang

melarang/mengkriminalisasi aborsi? u Apakah ada undang-undang atau

peraturan mengenai perawatan pasca aborsi, termasuk perawatan setelah aborsi yang tidak aman? Berikan perhatian khusus pada syarat perujukan dan pelaporan.

• Apakah terdapat undang-undang/

peraturan/kebijakan yang menyatakan bahwa minimal harus disampaikan informasi mengenai layanan aborsi yang aman/tidak aman serta perawatan setelah aborsi?

Selain konteks sosial dan hukum, harus juga diperhatikan:

• Konteks epidemiologi

• Pelatihan kualifikasi dan kapasitas dari

staff

• Supply dan peralatan • Kondisi fasilitas kesehatan • Sistem transport darurat • Kapasitas fasilitas rujukan

3.2 Konseling dan persetujuan

sukarela / voluntary informed

consent

Penyedia layanan harus menyadari bahwa perempuan yang mencari layanan aborsi mungkin mengalami stress emosional yang berat atau ketidaknyamanan fisik. Mereka harus memastikan privasi, kerahasiaan dan adanya ijin untuk perawatan. Konseling yang baik memberikan perempuan tersebut dukungan

emosional dan meningkatkan keefektifan prosedur. Konseling yang efektif dibangun sepenuhnya berdasarkan kebutuhan dan

kepentingan perempuan tersebut serta dilakukan sebelum, selama dan setelah prosedur.

Informed consent/keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang diberikan secara sukarela, baik yang didapat secara lisan atau tertulis, memastikan bahwa perempuan tersebut memahami, dan menyetujui rencana perawatan yang diajukan, termasuk manfaatnya, risiko dan alternatifnya. Persetujuan ini berarti bahwa perempuan tersebut telah mengambil

keputusan secara bebas, tanpa tekanan atau paksaan apapun. Penyedia layanan dapat

mendokumentasikannya dengan meminta tanda tangan pada formulir persetujuan. Pada beberapa kondisi, lebih tepat untuk memastikan persetujuan secara lisan.

3.3 Penilaian klinis

Penyedia layanan harus melakukan penilaian klinis yang menyeluruh, meliputi:

• Riwayat kesehatan reproduksi yang teliti

(termasuk riwayat kekerasan seksual);

• Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

panggul yang teliti (ultrasonografi) dan tes kehamilan bukan merupakan prasyarat atau syarat minimum untuk menawarkan