• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga Berencana

Kotak 22: Langkah-Langkah Dasar Penanganan Stok Kontraseps

Pilih metode kontrasepsi. Dasar pemilihan metode-metode yang akan disediakan adalah: pemakaian kontrasepsi di masa lalu pada komunitas sasaran dan pengguna yang masih memakai metode tersebut, keterampilan penyedia layanan, praktik lokal, hukum dan budaya setempat serta kesempatan untuk menawarkan pilihan kepada klien.

Hitung jumlah yang harus dibeli. Estimasi awal biasanya didasarkan pada data Kemenkes dan selanjutnya didasarkan pada data yang diperoleh dari populasi pengungsi. Kaji ulang program dan rencana pengadaan barang secara teratur sehingga jumlahnya dapat disesuaikan untuk mencerminkan kebutuhan populasi yang mungkin berubah cepat dalam hal ukuran dan komposisinya.

Buat sistem pencatatan. Buat sebuah sistem yang mengumpulkan data logistik dari tempat- tempat penyediaan layanan dan buatlah laporan bulanan atau triwulanan ke lembaga yang bertanggung jawab untuk supply ulang. Data yang dikumpulkan dan dilaporkan harus mencakup:

 Stok yang ada saat ini di fasilitas KB

 Produk yang hilang, rusak atau kadaluarsa

 Konsumsi (angka konsumsi untuk setiap produk)

Buat prosedur manajemen logistik. Buat prosedur-prosedur untuk mengatur pengadaan dan kontrol inventaris kontrasepsi secara eisien (penyimpanan, transportasi dan distribusi). Pelaporan yang teratur dan jadwal distribusi merupakan komponen penting dalam prosedur- prosedur tersebut. Tanpa informasi yang tepat waktu mengenai jumlah persediaan dan jumlah konsumsi, pendistribusian jumlah kontrasepsi yang memadai ke penyedia layanan KB menjadi agak sulit. Hindari adanya persediaan yang berlebihan atau kekurangan stok dengan pengaturan logistik yang seksama. Tunjuk seorang supervisor (dengan satu ‘orang kedua’) yang bertugas untuk melaksanakan tugas-tugas spesiik di atas.

Contoh formulir pencatatan dan pelaporan dapat ditemukan dalam buku-buku rujukan di bagian Bacaan Lebih Lanjut.

(lihat Bab 2: PPAM, paragraf 3.5, hal. 46). Segera setelah PPAM dilaksanakan, klien harus memiliki akses ke konseling dan layanan KB dan diberikan metode kontrasepsi yang telah dipilihnya. Stok kontrasepsi tambahan dan kisaran metode yang lebih luas untuk program KB komprehensif harus dipesan. Sesegera mungkin, beralihlah dari memesan RH kit ke suatu sistem logistik terpadu, yang didasarkan pada permintaan klien, untuk memastikan ketersediaan berkelanjutan dari berbagai metode dan menghindari terbuangnya kontrasepsi. Latih atau rekrutlah staf dengan keterampilan mengelola rantai suply untuk memastikan pengiriman pesanan yang tepat waktu dan menghindari kekosongan stok. Teliti jalur supply lokal dan jika jalur tersebut tidak memadai, supply harus diperoleh melalui pemasok resmi atau dengan dukungan dari UNFPA, UNHCR atau WHO. Lembaga- lembaga ini dapat memfasilitasi pembelian kontrasepsi berkualitas baik dalam kuantitas besar dengan harga murah untuk menghindari kehabisan stok. Tempatkan supply sedekat mungkin dengan populasi terdampak.

3.4 Kesempatan untuk Layanan KB

Rancanglah layanan KB sehingga mudah diakses dan nyaman. Lakukan layanan KB di pusat kesehatan masyarakat, pos kesehatan dan melalui jalur distribusi berbasis masyarakat. Beberapa kelompok seperti remaja (lihat Bab 4: Kesehatan Reproduksi Remaja, paragraf 3.3) dan perempuan yang belum menikah mungkin memerlukan pertimbangan khusus agar mereka merasa nyaman menggunakan layanan dan terhindar dari risiko stigmatisasi oleh masyarakat. Ketersediaan kontrasepsi di tempat-tempat konsultasi merupakan hal yang sangat penting: jangan membuat layanan yang mengharuskan klien untuk memperoleh metode KB tertentu di apotik atau lokasi lain. Perkecualian adalah untuk metode-metode yang memerlukan prosedur pembedahan yang tidak tersedia di tempat layanan konsultasi (misalnya sterilisasi

sukarela). Terapkan suatu sistem rujukan untuk klien-klien yang memilih KB yang memerlukan prosedur pembedahan.

Untuk memastikan adanya integrasi KB ke dalam layanan-layanan yang lebih komprehensif, para petugas kesehatan reproduksi, manajer program dan penyedia layanan KB harus menerapkan petunjuk berikut ini:

• Pastikan bahwa informasi KB diberikan

selama konseling layanan aborsi aman atau layanan pasca aborsi sebelum prosedur apapun dilakukan dan jika klien tertarik, pilihan metode KBnya harus tersedia dalam konseling pasca prosedur.

• Ketika seorang perempuan, laki-laki atau

remaja datang untuk mendapat perawatan dan pengobatan IMS, termasuk HIV, tanyakan apakah ia menggunakan KB atau tidak, berikan konseling mengenai metode- metode spesifik dan sediakan metode yang dipilihnya. Layanan kontrasepsi untuk laki-laki masih terbatas pada kondom dan sterilisasi sukarela, tetapi mereka juga dapat terlibat dalam pemilihan metode KB lain bersama pasangan mereka.

• Ketika seorang perempuan atau remaja

putri datang untuk memeriksa kehamilan, tanya apakah ia menggunakan metode KB sebelum hamil dan apakah ia ingin melanjutkan metode tersebut atau memulai metode KB baru setelah melahirkan.

• Ketika seorang perempuan datang untuk

mendapatkan layanan nifas, tanyakan apakah ia menggunakan metode KB atau tidak, lalu lakukan konseling berdasarkan kebutuhannya.

Integrasikan konseling dan metode KB ke dalam perawatan aborsi aman (SAC/ Safe Abortion Care), perawatan pasca aborsi (PAC/Post Abortion Care), IMS, HIV, perawatan antenatal dan layanan masa nifas untuk memberikan kesempatan pada klien yang mungkin tidak terjangkau jika layanan- layanan tersebut tidak digabungkan.

3.5 Sumber Daya Manusia

• Aturlah suatu sistem supervisi layanan KB

dengan seorang perawat, bidan atau dokter yang memiliki pengalaman manajemen.

• Identifikasikan dan rekrut anggota

masyarakat yang terdampak atau staf lokal dari masyarakat setempat yang memiliki keterampilan dan pengalaman untuk memberikan layanan KB berkualitas.

• Pastikan adanya supervisi dan pelatihan

petugas lapangan untuk melaksanakan pendistribusian berbasis masyarakat. Masukkan hal-hal berikut ke dalam

pelatihan petugas lapangan: cara mengenali masalah-masalah medis yang harus dirujuk, keterampilan untuk menindaklanjuti klien, dan bagaimana cara menangani sikap dan keyakinan terhadap KB. Ciptakan kesadaran di kalangan masyarakat bahwa para petugas lapangan ini berada di bawah supervisi perawat atau dokter dan klien dapat menemui perawat atau dokter tersebut jika membutuhkan layanan klinis atau konseling.

Seperti halnya semua layanan kesehatan reproduksi, semua orang yang terlibat dalam pemberian layanan KB harus menghormati pendapat dan pilihan klien. Untuk memastikan penggunaan kontrasepsi yang berkesinambungan dan meningkatkan penerimaan layanan KB, penyedia layanan harus berjenis kelamin sama dengan klien dan memiliki latar belakang budaya yang sama dengan klien, serta memiliki keterampilan berkomunikasi yang kuat. Untuk memastikan adanya dukungan administratif, teknis dan rujukan, harus ada koordinasi dan kerjasama di dalam mekanisme koordinasi cluster kesehatan, program KB nasional dan dengan LSM-LSM serta lembaga-lembaga PBB yang terlibat dalam keluarga berencana. Kerjasama semacam ini juga akan meningkatkan

kesinambungan program KB tersebut.

3.6 Komunikasi, Informasi dan

Edukasi (KIE)

Konseling klien merupakan bagian tak terpisahkan dari layanan KB. Bahan-bahan informasi, edukasi dan komunikasi yang sesuai dan dapat diterima secara budaya akan membantu orang-perseorangan dan para pasangan dalam membuat pilihan kontrasepsi. Informasi tersebut harus

mencakup keuntungan dan keterbatasan dari metode-metode KB, penjelasan mengenai pemakaian yang benar dan metode darurat seandainya terjadi kegagalan. Selain itu, bahan-bahan bacaan dengan gambar dan contoh-contoh kontrasepsi untuk diperlihatkan pada klien juga sangat membantu, khususnya di tempat-tempat dimana tingkat melek huruf masih rendah. Pada saat program KB meluas, pastikan bahwa materi KIE diadaptasi untuk meningkatkan kualitas layanan yang disediakan. Contoh-contoh materi KIE diberikan dalam CD-ROM yang menyertai pedoman ini. Buatlah versi KIE dalam bahasa setempat atau buatlah materi dan model sendiri sesuai dengan situasi setempat.

3.7 Pelatihan Penyedia Layanan KB

Semua staf yang memberikan layanan KB harus menerima pelatihan yang memadai tentang metode-metode kontrasepsi dan konseling seperti yang tercantum dalam daftar di bawah ini. Pelatihan harus ditambah dengan penyegaran secara berkala. Pada saat program KB meluas, pelatihan magang dan praktik di bawah supervisi merupakan bagian penting untuk memastikan adanya kinerja yang berkualitas tinggi. Alat bantu dan sumber daya untuk melatih penyedia layanan diberikan dalam CD-ROM.

Unsur-unsur dari program pelatihan penyedia layanan KB terdiri dari:

1. Kompetensi teknik (3.7.1)

2. Keterampilan komunikasi dan konseling (3.7.2).

3. Keterampilan administratif (3.7.3)

3.7.1 Kompetensi Teknik

Petugas penyedia layanan harus memiliki pengetahuan mengenai hal-hal berikut:

• Gambaran metode-metode, termasuk

cara penggunaan metode secara benar, keuntungan dan kerugian metode, serta efektivitas metode (lihat Tabel 11: Membandingkan Metode Hormonal Oral dan Aplikasi Lokal, Hal. 123)

• Cara kerja, efek samping dan penanganan

efek samping, komplikasi, tanda-tanda bahaya.

• Instruksi untuk penggunaan atau cara

pemakaian

• Persyaratan medis dan interaksi obat. • Keterampilan teknis terkait dengan

pemberian setiap metode KB, misalnya pencegahan infeksi, pemasangan dan pelepasan alat KB dalam rahim (IUD) atau susuk hormonal.

• Follow up dan persyaratan supply ulang

termasuk memesan supply

• Dokumentasi dan pencatatan • Rujukan berdasarkan pengambilan

keputusan klinis

Untuk metode-metode yang memerlukan keterampilan teknis khusus seperti kontrasepsi suntik, susuk, IUD, sterilisasi sukarela laki- laki dan perempuan, dan pemasangan diafragma, penyedia layanan perlu mengikuti praktik langsung pemberian metode di bawah supervisi ketat dan mempunyai pengalaman konseling untuk metode-metode semacam itu.

3.7.2 Keterampilan Komunikasi dan

Konseling

Dalam komponen pelatihan ini, penyedia layanan KB akan memperoleh keterampilan- keterampilan berikut ini:

• Sikap tidak menghakimi terhadap pemakai

kontrasepsi dan non-pemakai kontrasepsi dengan menghormati pilihan mereka dan menjaga martabat, privasi dan kerahasiaan klien.

• Menanggapi rumor dan kesalahpahaman

dengan bijaksana dan berdasarkan bukti- bukti

• Kepekaan terhadap kebutuhan kelompok-

kelompok khusus (misalnya remaja, orang- orang cacat, ODHA)

• Teknik-teknik yang sensitif terhadap

budaya, tanpa prasangka;