• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 3: Keadaan darurat berkelanjutan

Kotak 15: Siklus Proyek

Siklus proyek menggambarkan bagaimana assessment, monitoring dan evaluasi terhubung disepanjang penyelenggaraan layanan yang berkelanjutan dan pengelolaan program. Siklus proyek membantu petugas dan manajer program kesehatan reproduksi memahami bagaimana masing-masing dapat digunakan untuk menginformasikan perihal pembuatan keputusan

sepanjang siklus rancangan program, perencanaan dan pelaksanaannya (contohnya, lihat diagram di bawah).

Kemampuan untuk melaksanakan proyek-proyek kesehatan reproduksi secara sukses dan tepat waktu dalam lingkungan respon bencana yang menantang, adalah sangat penting sekali untuk memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi dari penduduk yang terdampak dapat dipenuhi. Program kesehatan reproduksi yang paling berhasil adalah program yang dirancang berdasarkan assessment kebutuhan secara tepat di dalam populasi sasaran. Kegiatan-kegiatan program setelah itu harus dimonitor menggunakan indikator-indikator yang telah dipilih secara cermat untuk melacak perkembangan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dinyatakan secara jelas (Lihat bagian 3.2 Monitoring untuk informasi lebih lanjut mengenai pemilihan dan penggunaan indikator). Disepanjang pelaksanaan program, kegiatan-kegiatan harus dievaluasi secara memadai untuk mencerminkan tentang apa yang bekerja dengan baik dan apa yang tidak, dan untuk memberikan umpan balik ke dalam siklus kajian dan peningkatan program yang bersinambungan.

Ada sejumlah alat bantu yang tersedia untuk membantu memandu siklus perencanaan, assessment,

monitoring dan evaluasi program. Satu yang paling diakui secara luas adalah Pendekatan Kerangka Logis, atau (LFA) atau “logframe”.

memahami kebutuhan-kebutuhan penduduk yang terdampak dan untuk mempertimbangkan sumber-sumber daya yang ada serta prioritas- prioritas yang telah ditetapkan dalam sistem kesehatan yang ada. Pendekatan sistem kesehatan menetapkan sejumlah “unit

pembangun (building block)” yang membangun sistem kesehatan dan menawarkan kerangka penyusunan program yang berguna di mana komponen-komponen kesehatan reproduksi dapat direncanakan, dinilai, dipantau dan dievaluasi (lihat Kotak 14).

Istilah-istilah penting yang digunakan dalam bab ini adalah:

Assessment adalah proses untuk menentukan dan mengatasi kebutuhan atau “kesenjangan” antara kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan.

Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisa data yang sistematis dan berkelanjutan selama proyek berjalan. Monitoring ditujukan pada pengukuran kemajuan proyek ke arah pencapaian tujuan-tujuan program.

Evaluasi adalah proses untuk menentukan apakah program telah memenuhi tujuan- tujuan yang diharapkan dan/atau sejauh mana perubahan dalam hasil dapat dihubungkan dengan program.

Ketiga proses ini terhubung sepanjang penyelenggaraan layanan yang berkelanjutan yang disebut dengan siklus proyek. Siklus proyek merupakan alat bantu bagi petugas

kesehatan reproduksi dan manajer kesehatan

reproduksi memahami bagaimana tugas- tugas dan fungsi manajemen harus dilakukan selama masa pelaksanaan program kesehatan

reproduksi (lihat Kotak 15).

3.1 Assessment

Tujuan assessment adalah untuk secara cepat mengumpulkan informasi serta mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

kesehatan reproduksi penduduk dan kapasitas

sistem kesehatan yang ada untuk merespon kebutuhan-kebutuhan tersebut.

3.1.1 Kapan melakukan

assessment?

Pada fase awal respon bencana, assessment awal yang cepat dilakukan oleh para mitra kemanusiaan. Dalam sistem koordinasi sektor/ cluster kesehatan, para petugas kesehatan

reproduksi harus memastikan bahwa mereka memperoleh informasi mengenai:

• jumlah dan lokasi penduduk yang

memerlukan akses ke layanan kesehatan

reproduksi minimum;

• jumlah dan lokasi staf pelayanan

kesehatan yang memberikan, atau mampu memberikan komponen-komponen layanan PPAM;

• kesempatan-kesempatan supply logistik

medis kesehatan reproduksi;

• kemungkinan-kemungkinan pendanaan

PPAM.

Strategi dan rencana disesuaikan dengan itu, berdasarkan informasi yang diperoleh. Penyebab dari kesakitan dan kematian yang paling penting terkait dengan kesehatan

reproduksi telah diagendakan oleh PPAM dan tidak perlu dinilai pada fase awal respon bencana (lihat Bab 2). Ketika tujuan 2, 3 dan 4 PPAM tercapai, assessment yang lebih mendalam dilaksanakan sebagai bagian dari tujuan 5, perencanaan untuk pelaksanaan layanan kesehatan reproduksi komprehensif. Disepanjang waktu program, assessment berkala dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya menuju pencapaian tujuan.

3.1.2 Alat bantu apakah yang ada

untuk melakukan assessment?

Empat metode penting untuk mengumpulkan data dalam assessment mencakup:

a. Pengkajian informasi yang ada

b. Wawancara informan kunci dan diskusi kelompok fokus

sejak permulaan keadaan darurat, kecukupan layanan-layanan kesehatan reproduksi saat ini dan kebutuhan-kebutuhan prioritas

kesehatan reproduksi penduduk. Wawancara informan kunci bisa dalam bentuk terstruktur (terdiri dari seperangkat pertanyaan yang ditanyakan dalam suatu urutan khusus) atau tidak terstruktur (terdiri sebagian besar dari pertanyaan terbuka yang dapat diubah atau disesuaikan selama pelaksanaan wawancara). c. Diskusi kelompok berfokus

Tujuan diskusi kelompok berfokus adalah untuk memperoleh informasi mengenai kepercayaan dan sikap kelompok terhadap suatu persoalan atau masalah kesehatan tertentu. Diskusi kelompok berfokus berbeda dari wawancara informan kunci karena memungkinkan interaksi di antara semua anggota kelompok. Jika diskusi dilakukan pada suatu sub-kelompok dalam populasi –seperti wanita usia subur atau remaja laki-laki– maka hasilnya dapat memberikan informasi yang berguna yang mewakili kelompok khusus tersebut. d. Assessment fasilitas kesehatan Assessment fasilitas kesehatan merupakan inventarisasi tempat-tempat dimana layanan kesehatan dapat diberikan beserta layanan- layanan yang ada di tempat tersebut. Daftar-periksa yang terstruktur mengenai topik-topik dapat membantu memberikan gambaran tentang fasilitas kesehatan itu, termasuk inventaris layanan-layanan kesehatan reproduksi yang diberikan; data staf dan cakupan; serta inventaris peralatan dan supply kesehatan reproduksi. Assessment ini dapat juga mencakup kajian statistik rutin mengenai layanan-layanan kesehatan reproduksi untuk menentukan apakah protokol standar telah diikuti untuk menjamin kualitas layanan. c. Assessment fasilitas kesehatan

d. Survei cepat

a. Pengkajian informasi yang ada Sebagai bagian dari assessment untuk merencanakan pengenalan komponen- komponen layanan kesehatan reproduksi komprehensif, suatu kajian yang menyeluruh atas sumber-sumber data sekunder harus dilakukan untuk mengumpulkan informasi

kesehatan reproduksi tentang populasi yang terdampak. Data tersebut akan tersedia dari Kementrian Kesehatan, lembaga-lembaga PBB dan LSM-LSM. Contoh data tersebut termasuk:

• Survei Demografi dan Kesehatan atau

Demographic and Health Survey (DHS) ataupun data survei lain yang tersedia;

• Ketersediaan layanan-layanan kesehatan

reproduksi, distribusi geografis serta fungsi mereka;

• Data pengawasan/surveilans rutin atau

data fasilitas kesehatan seperti apa yang dilaporkan kepada sistem informasi kesehatan tingkat kabupaten atau nasional;

• Rencana strategis nasional dan/atau

assessment oleh UN Development Assistance Framework/Kerangka Kerja Pembangunan UN (UNDAF).

b. Wawancara informan kunci

Tujuan wawancara informan kunci adalah untuk mengumpulkan informasi dari banyak kalangan masyarakat –termasuk para pimpinan masyarakat, profesional atau penduduk– yang memiliki pengetahuan langsung mengenai populasi yang terdampak. Informasi yang dikumpulkan selama assessment harus mencakup pandangan informan kunci mengenai kondisi dan praktek sebelumnya, situasi saat ini, perubahan dalam praktek

e. Survei cepat

Survei cepat dapat berguna untuk mengumpulkan informasi berbasis

penduduk secara cepat selama assessment. Survei tersebut harus singkat dan

memuat pertanyaan-pertanyaan hanya mengenai informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan kesehatan reproduksi dasar (lihat Kotak 16). Survei berbeda dari diskusi kelompok berfokus, karena survei tidak mengijinkan peserta untuk memberikan rincian opini mengenai topik. Untuk contoh alat bantu yang diuraikan di atas, silahkan lihat Bacaan Lebih Lanjut.

3.1.3 Siapa yang bertanggungjawab

untuk melakukan assessment?

Tim assessment dapat terdiri dari satu atau tiga orang dengan keahlian klinis, riset, manajemen dan kesehatan masyarakat. Jumlah tim yang diperlukan akan bergantung pada besarnya area yang dicakup, akses yang ada serta situasi keamanan dan metode assessment yang akan digunakan. Ketika memilih tim, harus memperhatikan gender, usia, suku dan status sosial para anggotanya harus dipertimbangkan. Contohnya, di beberapa negara bisa jadi tidak pantas bagi laki-laki