• Tidak ada hasil yang ditemukan

1292012 Laporan Tahunan

Dalam dokumen AR Indosat 2012 Indonesia. pdf (Halaman 131-133)

INDOSAT Ekonomi Indonesia

Kami percaya bahwa pertumbuhan industri telekomunikasi Indonesia sebagian didorong oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir-akhir ini, dan permintaan atas jasa-jasa tersebut akan berlanjut, karena perekonomian Indonesia terus berkembang dan kian modern. Kinerja dan kualitas serta pertumbuhan jumlah pelanggan dan penawaran layanan kami tergantung pada kesehatan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Transaksi Penjualan Menara

Pada tanggal 7 Februari 2012, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pembelian Aset dengan Tower Bersama, dimana Perusahaan setuju untuk menjual 2.500 dari menara telekomunikasi miliknya kepada Tower Bersama sebesar US$518,5 juta, yang terdiri dari pembayaran dimuka dengan nilai wajar sebesar US$406,0 juta dan pembayaran potensial maksimal sebesar US$112,5 juta yang masih ditangguhkan. Pembayaran dimuka mencakup pembayaran secara tunai dan saham baru TBIG tidak kurang dari 5% dari peningkatan modal saham TBIG (setelah penerbitan saham baru oleh TBIG).

Berdasarkan perjanjian tersebut, Perusahaan juga setuju

untuk menyewa kembali lahan (spaces) di 2.500 menara

telekomunikasi untuk jangka waktu 10 tahun dengan tarif sewa bulanan tetap sebesar US$1.300 per menara.

Pada tanggal 2 Agustus 2012, Perusahaan dan Tower Bersama menyelesaikan transaksi penjualan dan penyewaan kembali dari 2.500 menara telekomunikasi. Pembayaran yang dilakukan pada saat penutupan adalah sebesar US$429,4 juta yang dibayar secara tunai sebesar US$326,3 juta dan 5% kepemilikan saham di TBIG, yang memiliki nilai wajar sebesar US$103,1 juta.

Total pembayaran diterima pada saat penutupan sebesar US$429,4 juta (senilai dengan sekitar Rp4.070.187 juta) dialokasikan untuk penjualan aset tetap sebesar Rp3.870.600 juta dan sisanya dialokasikan untuk sewa lahan prabayar dan kontrak sewa menara yang ada atas 2.500 menara. Total jumlah dari komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari transaksi pada tanggal penutupan adalah sejumlah Rp1.534.494 juta, yang mencakup jumlah aset tetap tercatat dijual pada tanggal penutupan transaksi sebesar Rp1.372.674 juta. Pada tanggal penutupan, Perusahaan

ikhtisar 2012 profil perusahaan laporan manajemen tinjauan usaha tata kelola perusahaan faktor-faktor risiko

hasIL-hasIL usaha - likuiditas dan sumber permodalan - penelitian dan pengembangan, paten dan lisensi, dan lain-lain - tren informasi -

mencatat kelebihan harga penjualan atas jumlah tersebut sebesar Rp2.535.693 juta (termasuk Rp2.497.926 juta dari penjualan aset tetap) sebagai “Laba dari Penjualan Menara” sebesar Rp1.125.192 juta, dan “Laba dari Penjualan dan Sewa Kembali yang Ditangguhkan” sebesar Rp1.410.501 juta. Per tanggal 31 Desember 2012, Perusahaan mencatat total laba dari penjualan menara sebesar Rp1.183.963 juta (US$122,4 juta) sebagai “Laba Penjualan Menara”. Transaksi penjualan dan sewa kembali telah dicatatkan sebagai sewa pembiayaan. Sebesar Rp58.771 juta (US$ 6,1 juta) dari pendapatan yang ditangguhkan telah diamortisasi dalam laporan laba rugi pada tahun 2012. Per tanggal 31 Desember 2012, saldo dari pendapatan yang ditangguhkan dari transaksi penjualan dan sewa kembali adalah sejumlah Rp 1.351.730,0 juta. Laba yang ditangguhkan akan diamortisasi atas jangka waktu sewa untuk periode selama 10 tahun.

Pengeluaran Barang Modal

Penyediaan jasa telekomunikasi bersifat padat modal. Untuk dapat terus bersaing, kami harus terus-menerus melakukan perluasan, melakukan modernisasi dan memperbarui teknologi kami, yang memerlukan pengeluaran barang modal yang besar. Untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 dan 2012, pengeluaran barang modal konsolidasi aktual kami masing-masing berjumlah Rp5.951,8 miliar, Rp6.511,3 miliar, dan Rp8.396,6

miliar (US$868,3 juta). Untuk tahun 2013, kami berencana

untuk mengalokasikan kurang lebih Rp8.627,5 miliar (US$898,7juta) untuk pengeluaran barang modal baru, yang bila memperhitungkan estimasi pengeluaran barang modal yang direalisasi untuk tahun 2013 untuk komitmen pengeluaran barang modal dari periode sebelumnya, akan menghasilkan jumlah aktual pengeluaran barang modal sekitar Rp11.358,7 miliar (US$1.174,6 juta) untuk tahun 2013, dimana kami bermaksud untuk menggunakannya bagi pengembangan aset tetap dalam segmen usaha selular, data tetap dan telekomunikasi tetap kami. Lihat “-Pengeluaran Barang Modal”.

Sebelumnya, kami telah membiayai pengeluaran barang modal melalui sumber internal dan arus kas dari kegiatan usaha Perusahaan, dan juga dari hutang pembiayaan melalui pinjaman bank dan pasar modal. Kami mengharapkan untuk terus membiayai pengeluaran barang modal melalui sumber- sumber tersebut. Selain itu, kami juga mengaplikasikan sebagian dari pendapatan tunai dari Transaksi Penjualan Menara yang selesai pada tahun 2012 untuk membiayai

pengeluaran barang modal kami. Kami menghadapi

risiko likuiditas apabila peristiwa-peristiwa tertentu

terjadi, termasuk namun tidak terbatas pada, lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dari yang kami harapkan, menurunnya peringkat hutang kami, atau menurunnya kinerja keuangan atau rasio keuangan kami. Apabila kami tidak mendapatkan jumlah yang dibutuhkan untuk mendukung rencana pengeluaran barang modal kami untuk tahun 2013, kami mungkin tidak dapat memperbaiki atau memperluas infrastruktur telekomunikasi selular kami atau memperbarui teknologi kami yang dibutuhkan untuk tetap bersaing dalam pasar telekomunikasi Indonesia, dimana hal tersebut dapat berdampak bagi keadaan keuangan, hasil usaha serta prospek kami.

Selain itu, perubahan yang tidak diharapkan dalam teknologi, permintaan kapasitas jaringan yang lebih besar dari pelanggan kami dan sebagai tanggapan atas aktivitas dan inovasi produk dari pesaing kami dapat mengharuskan kami untuk meningkatkan pengeluaran barang modal kami, yang dapat berdampak bagi pendapatan, hasil usaha dan keadaan keuangan kami.

Ketidakstabilan Nilai Tukar Valuta Asing

Nilai mata uang Rupiah telah meningkat secara signifikan selama dekade terakhir dari nilai terendah yaitu sekitar Rp17.000 per Dolar AS selama krisis keuangan Asia. Selama periode antara tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan tanggal 31 Desember 2012, nilai tukar Rupiah/Dolar AS berkisar dari nilai terendah Rp9,707 per Dolar AS sampai dengan nilai tertinggi yaitu Rp8.460 per Dolar AS dan selama tahun 2012, nilai tukar Rupiah/Dolar AS berkisar dari nilai terendah Rp9.707 per Dolar AS sampai dengan nilai tertinggi yaitu Rp8.892 per Dolar AS. Nilai tukar Bank Indonesia yang berlaku

pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp9.670per

Dolar AS. Meskipun sebagian besar dari pendapatan usaha kami dalam mata uang Rupiah, sebagian pendapatan usaha kami dalam mata uang Dolar AS. Selain itu, sebagian besar dari pinjaman, pengeluaran barang modal dan beban usaha

Perusahaan, termasuk pembayaran bunga untuk Guaranteed

Notes Jatuh Tempo Tahun 2020 dan Fasilitas Pinjaman Sindikasi ING/DBS, adalah dalam mata uang selain dari Rupiah, terutama Dolar AS. Pada tanggal 31 Desember 2012, 47,9% dari pinjaman kami adalah dalam mata uang Rupiah, dan sisanya adalah dalam mata uang Dolar AS. Melemahnya nilai Rupiah terhadap Dolar AS mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha kami karena, antara lain nilai Rupiah dari

131

Dalam dokumen AR Indosat 2012 Indonesia. pdf (Halaman 131-133)