• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewasa ini tayangan program televisi semakin beragam ditengah persaingan industri media televisi Indonesia. Televisi memiliki jutaan penggemar, jutaan pasang mata menonton televisi setiap harinya untuk mendapatkan informasi, menambah wawasan, atau sekedar mendapatkan hiburan. Karena itulah semua stasiun televisi berlomba membuat dan menayangkan program yang berbeda, unik, dan mempunyai ciri khas tersendiri. Demi meraih share dan rating yang tinggi, stasiun televisi tidak ragu menampilkan sesuatu acara dengan tema yang fenomenal.

Sebelas Duabelas merupakan salah satu acara talkshow yang berani tampil beda dibanding program lainnya. Program ini merupakan salah satu dari sekian program televisi yang masuk pada klasifi kasi tayangan dewasa. Sesuai dengan nama programnya, jam

tayang program ini adalah dari jam 23.00 – 24.00 WIB dan dipandu oleh komika Indonesia yaitu Pandji Pragiwaksono. Walaupun tayang di jam yang seharusnya digunakan masyarakat untuk beristirahat, namun talkshow ini tetap dijadikan salah satu pilihan tontonan masyarakat. Pada tanggal 21 September 2014, Sebelas Duabelas mengusung tema “I’m Sexy and I Know it” dan mengundang bintang tamu Roro Fitria dan Five V. Dalam tema tersebut yang dibahas adalah artis wanita yang memiliki dada besar.

Menurut Wisni (2012: 247) dalam buku Mesin Pencuci Otak ada pernyataan mengenai defi nisi seksi. Dijelaskan bahwa seksi itu

cantik, semua orang sepertinya setuju akan pernyataan tersebut. Akan tetapi dengan perkembangan masyarakat sekarang, ekspresi seksualitas terkadang justru berlebihan bahkan tidak sesuai dengan nilai moralitas yang ada. Paradigma bahwa seksualitas adalah hal sensitif yang tabu untuk dibicarakan kini mulai bergeser dengan budaya seni dan kebebasan berekspresi. Lebih jauh, seksualitas mulai dianggap sebagai hal normal-normal saja untuk

dipertontonkan. Hal ini tentu bertentangan dengan sifat bangsa yang luhur dan menghormati budaya ketimuran.

(Gambar 2.1 dan 2.2 Program Acara Sebelas Duabelas Kompas TV, Roro Fitria menjadi bintang tamu Sebelas Duabelas)

Konten acara berbau pornografi secara jelas dilarang oleh KPI,

namun pihak televisi banyak yang mengabaikan dengan alasan bahwa hal inilah yang disukai penonton sehingga salah satu sarana untuk menaikan rating televisi. Sehingga dewasa ini masih banyak program televisi yang dengan santai mengeluarkan program berbau seks dan pornografi untuk menarik perhatian penonton. Program

Sebelas Duabelas merupakan klasifi kasi tayangan dewasa, namun

pada kenyataannya program ini tidak mencantumkan kriteria kelompok usia penonton di layar televisi, sehingga mungkin saja ada kecolongan penonton yang masih dibawah umur untuk menonton program ini. Penulis bahkan mengira ini adalah acara

talkshow biasa karena tidak adanya klasifi kasi kelompok usia

penonton di layar televisi, namun setelah mengamati konten isi siaran, barulah penulis sadar bahwa ini masuk klasifi kasi dewasa.

Padahal berdasarkan standar program siaran (SPS) Komisi Penyiaran Indonesia, pasal 33/2012(1) huruf b yang berbunyi, “Klasifi kasi program siaran sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) harus ditayangkan dalam bentuk karakter huruf dan kelompok usia penontonnya, yaitu: P (2-6), A (7-12), R (13-17), D (18+), dan SU (2+) secara jelas dan diletakkan pada posisi atas layar televisi sepanjang acara berlangsung untuk memudahkan khalayak penonton mengidentifi kasi program siaran”. Dari peraturan

sudah ada karena tidak mencantumkan klasifi kasi program siaran.

Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2008 tentang pornografi disebutkan bahwa pornogra ialah gambar,

sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Kini kata “porno” tak lagi banyak orang yag menghiraukan mengenai unsur apa yang terdapat di dalamnya. Penjabaran kata “porno” saat ini lebih pada ke arah seks yang bisa dilihat secara fi sik yakni telanjang

bulat.

Dari tema yang dibahas pada malam itu sudah jelas bahwa bintang tamu yang diundang pun memiliki tubuh yang seksi, terlebih memiliki keseksian pada bagian dadanya. Karena itulah hampir semua pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara tidak jauh dari dari keseksian tubuh artis tersebut, walaupun tidak sedikit pula pertanyaan lain yang ditanyakan oleh Pandji. Berkaitan dengan tema yang diusung pada episode itu, sang artis juga tidak ragu menunjukan keseksian lekuk tubuhnya di hadapan penonton. Bahkan beberapa kali sang artis memancing obrolan dengan guyonan nakal dewasa.

(Infografi s Pelanggaran 2.1 Pornogra Sebelas Duabelas 21 September

2014)

Penulis mengamati beberapa kali pelanggaran pornografi di

mengejutkan bahwa hasil pelanggaran yang dilakukan dalam taraf tinggi. Di awal kedatangan sang artis, dengan sengaja mereka lari lalu menggoyang-goyangkan dadanya, lalu menggeolkan pinggulnya dan mengibaskan rambutnya agar semakin terlihat seksi. Bahkan ketika menyapa Pandji dengan ciuman di pipi kanan kiri, mereka sengaja membungkukan badannya agar nampak jelas lekuk bokong dan pinggulnya. Walaupun sudah ada beberapa kata yang di sensor namun masih saja ada kata yang luput disensor. Bahkan bagian dada dari Five V tidak luput dari sensor pihak televisi karena Five V menggunakan pakaian yang mempunyai belahan dada lumayan rendah. Padahal seorang artis alangkah baiknya jika memberikan contoh yang baik di hadapan khalayak, bukan justru mengajarkan dan menyajikan hal – hal yang tidak sepantasnya ditonton.

(Gambar 2.4 Roro Fitria mencium pipi Padji Pragiwaksono dengan sengaja membungkuk sehingga membentuk lekukan pinggul)

(Gambar 2.5 Five V duduk di sofa lalu kembali berdiri sambil memegangi bokongnya dan mendesah “aduh..”)

Dua gambar dalam adegan tersebut sengaja dilakukan oleh bintang tamu seolah-olah ingin menunjukan bahwa dirinya memang seksi dan menarik. Padji Pragiwaksono juga tampak menikmati adegan tersebut, bahkan dari pengamatan penulis terkadang pembawa acara tersebut beberapa kali tampak menelan ludah dan matanya tidak lepas dari arah pandangan dada sang bintang tamu. Pandji juga beberapa kali menyebutkan kata-kata yang kurang sopan seperti bokong, pantat, bra, payudara, bom seks, icon sex, kolor, celana dalam, lipatan celana dalam untuk bahan obrolan. Hal itulah yang memancing reaksi penonton untuk tertawa dan menganggap hal itu sebagai lelucon biasa dan wajar.

Pada segmen dua, Pandji meminta Roro mengajarkan cara berdansa, dikarenakan Roro sendiri adalah atlet dansa. Di saat itulah badan Roro dan Pandji berdekatan bahkan dada Roro nampak bersenggolan dengan dada Pandji. Karena hal itulah membuat muka Pandji nampak berubah jadi canggung ketika harus berdekatan dan memegang punggung Roro. Bahkan ada ucapan Pandji yang disensor oleh pihak televisi dikarenakan melihat goyangan pinggul Roro ketika sedang berdansa, namun Roro hanya tertawa kecil menanggapi obrolan Pandji.

Di segmen tiga, Pandji mengajak Roro Fitria dan Five V untuk bermain sebuah game suara hati dengan menghadirkan Gilang yang merupakan komik jebolan dari Stand Up Comedy Kompas TV. Pada segmen itu Gilang ditantang pura-pura berkenalan dengan Roro Fitria dan Five V yang sedang berada di sebuah klub malam. Awalnya nampak Roro Fitria asyik menari sambil loncat-loncat kecil, lalu disusul dengan tarian dari Five V yang menggoyangkan pantatnya dari atas ke bawah sehingga menjurus ke arah erotis bahkan ada adegan Five V kembali memegangi pantatnya lalu menggoyangkan pinggulnya sambil mengibaskan rambutnya lalu menjilat bibirnya dengan lidahnya. Hal inilah membuat Gilang kaget dan menelan ludah, bahkan selanjutnya Gilang berpura- pura menjadi mimisan setelah melihat adegan itu. Melihat adegan itulah membuat semua penonton di studio tertawa dan dianggap sebagai lelucon biasa padahal adegan yang dilakukan Five V sudah menjurus ke arah pornografi .

yang dilakukan oleh Five V dan Pandji. Berikut ini adalah beberapa cuplikan obrolan mereka:

(Segmen 2 membahas jodoh impian)

Pandji : Mungkin kita bisa promosikan sodara-sodara, bapak- bapak, ibu-ibu..

Five V : Kalau aku yang gedong (tertawa nakal) Pandji : Gedong apanya?

Five V : Maksudnya penghasilannya... (berkilah)

(Segmen 4 membahas masa lalu di program “Ngelenong Yok”) Five V : Adul waktu itu masih sek... eh eksis ya... (tertawa kecil) Pandji : Wah, pasti seneng ya sama yang kecil-kecil gitu ya? Five V : Ah enggak dong, nanti gak bisa manjat... (sambil memperagakan dan senyum nakal)

(Segmen 4 saat kuis memperagakan judul fi lm horor)

Five V : (memperakan adegan seperti dukun dan memakai celana) Roro : Mantra... Pakai Celana...

Pandji : Celana ada, dapet satu.

Five V : (menunjuk bagian lipatan celana yang nampak di rok hijaunya)

Roro : Kolor ijo... Ehm lipatan celana? (tertawa) Celana bau? Pandji : (tertawa) bukan, dikit lagi...

Roro : Setan Celana? Bau? Celananya setan bau?

Pandji : Gini judulnya yang bener itu “Pelet Celana Dalam”. Tadi Five V itu maksudnya lagi pakai celana dalam, dipegang-pegang buat nunjukin “nih kolor gue”... (tertawa)

Secara jelas hal tersebut sudah melanggar dalam Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia, pasal 22/2012 (d, h, i) yang mengatakan bahwa, “Pelarangan menampilkan suara yang menggambarkan berlangsungnya aktivitas seks dan/atau persenggamaan; mengeksploitasi dan/atau menampilkan bagian- bagian tubuh tertentu, seperti paha, bokong, payudara, secara close

up dan/atau medium shot; menampilkan gerakan tubuh dan/atau tarian erotis”.

Dalam buku Televisi, Kekerasan dan Perempuan yang ditulis oleh Sunarto (2009:119-120) realita menunjukan, adanya pengabaian lembaga penyiaran terhadap pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) kreasi KPI yang di dalamnya terdapat aturan khusus untuk melindungi kepetingan anak-anak (Pasal 66), remaja dan kaum wanita (Pasal 43, 44, 550, 51) oleh stasiun penyiaran menunjukan kurang tajamnya pedang KPI dalam menebas persoalan seks, kekerasan dan sadisme dalam program siaran.

Selanjutnya dalam hal perlindungan terhadap kepentingan kaum wanita untuk terbebas dari kekerasan, KPI berada satu jalur dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan). Bedanya apabila Komnas Perempuan menangani kegiatan adokasi untuk pencegahan dan penanggulangan terhadap semua bentuk kekerasan terhadap wanita secara aktual maupun simbolis, KPI hanya berurusan dengan bentuk-bentuk kekerasan simbolikal saja. (Sunarto, 2009:121).

Acara tersebut memang acara yang masuk klasifi kasi dewasa,

namun alangkah lebih bijaknya apabila pihak dari televisi juga menyeleksi bintang tamu dan konten yang akan dibawakan agar tidak melanggar ketentuan yang sudah ada. Dan sebaiknya pada layar televisi diberikan penulisan kategori program acara agar semakin jelas bahwa ini masuk klasifi kasi dewasa. Pada

dasarnya diri sendiri memang perlu menyaring tayangan yang layak ditonton ataupun tidak, namun peran orang tua juga sangat penting untuk memperhatikan dan menyeleksi tayangan yang ada di media televisi, terlebih terhadap tontonan anak - anak mereka, jangan sampai anak dibawah umur menonton tayangan klasifi kasi

Kebiasaan atau Kebinasaan?