• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola pergerakan paksa dan fase sejarah aliran gen

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 83-87)

Genetik Ternak 1 Pendahuluan

2 Pola pergerakan paksa dan fase sejarah aliran gen

Aliran gen ditentukan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang luas - budaya, militer, organisasi, institusi, politik, pasar, teknologi, penelitian, penyakit dan peraturan. Kepentingan relatif dari faktor-faktor tersebut sudah berubah selama perjalanan sejarah. Secara luas, tiga periode berbeda dapat dibedakan dalam pola aliran global gen.

Prasejarah sampai abad ke- 18. Fase ini merentang sekitar 10.000 tahun, dari awal domestikasi sampai akhir abad ke-18. Selama waktu tersebut, gen tersebar sebagai hasil dari penyebaran ternak domestik dengan cara difusi secara gradual, migrasi, perang, eksplorasi, kolonisasi dan perdagangan

Abad ke-19 sampai abad pertengahan ke-20. Selama periode ini mulai dari awal abad ke-19 sampai sekitar pertengahan abad ke-20, organisasi breeding dibentuk di Utara. Organisasi tersebut diformalkan dengan adanya sejumlah breed, tercatat pedigreenya/asal usulnya dan performannya dan difasilitasi

perbaikan output yang cepat. Aliran gen terutama diantara negara-negara di Utara (aliran Utara-Utara), dan dari Utara ke Selatan. Kekuatan yang berada di belakang pergerakan ini adalah perkembangan teknologi, permintaan untuk ternak produksi tinggi, dan awal dari komersialisasi breeding ternak di Utara.

Pertengahan abad ke-20 sampai sekarang. Selama fase ini, aliran gen didorong oleh adanya perusahaan yang melakukan breeding secara komersil di Utara, adanya perbedaan produksi antara Utara dan Selatan dan globalisasi yang cepat. Terjadinya proses teknologi maju memungkinkan untuk mengirim semen dan embrio dari ternak hidup. Akhir-akhir ini, memungkinkan untuk memindahkan seluruh sistem produksi - untuk menciptakan lingkungan terkontrol di bagian lain dunia. Selanjutnya memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengisolasi gen. Fokus bergeser pada gen individu dari pada sifat atau seluruh genotipe. Usaha perlu dimulai untuk timbulnya kerangka kerja legal internasional yang mengatur mekanisme pertukaran materi genetik, dan hak kekayaan intelektual.

Tren atau kecenderungan tersebut sekarang sedang berjalan dan mempengaruhi bagian dunia yang berbeda dalam tingkat yang berbeda. Contohnya, banyak terjadi di dunia, breeding bibit masih diperdagangkan tanpa melibatkan organisasi breeding, paling tidak perusahaan yang spesialisasi pada breeding. Sekalipun demikian, pendekatan breeding modern mengalami peningkatan yang digunakan di Selatan, dan meningkatkan penyebaran breed yang dikhususkan dan sistem produksi.

2.1 Fase 1: prasejarah sampai abad ke-18 Pada awal fase breeding ternak, ternak yang didomestikasi disebar melalui difusi secara bertahap dari pusat domestikasinya (lihat bab A). Satu pusat domestikasi utama berada di Asia barat dan timur Mediterania. Selama waktu yang diketahui sebagai ”revolusi Neolithic”, empat spesies ternak mamalia utama - domba, kambing, sapi dan babi - adalah ternak yang

pertama kali didomestikasi di wilayah ini. Pusat domestikasi yang lainnya adalah Asia Tenggara (babi, kerbau lumpur, dan mungkin ayam), Lembah Indus (ayam dan kerbau sungai), Amerika Utara (sapi dan keledai), dan Pegunungan Andes di Amerika Selatan (Ilama, alpaca dan marmut/guinea pig). Dari pusat-pusat ini ternak yang didomestikasi menyebar secara bertahap dari tetangga ke tetangga dan juga bersama dengan kepindahan pemeliharanya ke area yang baru. Pemeliharaan ternak menyebar dengan cepat ke seluruh dunia tua, dengan perkecualian dari sub-sahara Afrika, dimana pergerakannya sangat lebih lambat, mungkin karena penyakit endemik (Clutton-Brock, 1999).

Domestikasi dan penyebaran berkontribusi pada peningkatan variabilitas di dalam tiap spesies. Bersamaan dengan ternak beradaptasi pada lingkungan baru dan diarahkan pada tekanan seleksi yang berbeda, populasi dengan pengembangan karakteristik baru. Bahkan pada awal sejarah baru, seleksi tidak hanya alami, tetapi juga dipengaruhi oleh preferensi budaya. Proses ini membawa pada perkembangan beberapa breed lokal (Valle Zárate et al., 2006). Peperangan dan perdagangan merupakan penggerak penting untuk penyebaran ternak seperti kuda dan unta yang dipakai untuk transportasi dan hewan tunggangan. Menghasilkan kuda yang bagus merupakan elemen vital dari kekuatan militer, dan spesies ini mendominasi perdagangan dalam sumberdaya genetik selama berabad-abad.

Kolonialisasi daerah baru merupakan suatu pola penting lainnya untuk aliran gen. Orang Roma berinvestasi pada breeding ternak, dan pengembangannya terdapat pada bukti arkeologinya, breed dengan ukuran yang lebih besar disebarkan negara yang didudukinya. Akan tetapi dengan menurunnya kerajaan Romawi, peningkatan ternak ini menjadi berkurang. Penjajahan juga mempunyai peran pada waktu belakangan: ketika bangsa Eropa menjajah benua baru mereka selalu membawa ternaknya bersama dengan mereka (Kotak 7). Sudah diamati bahwa orang Eropa membangun

tempat yang tetap dan dominasi budaya hanya di iklim sedang dimana ternak Eropa juga berkembang dengan subur (Amerika Utara, bagian selatan Amerika Selatan, Australia, New Zealand dan Afrika Selatan). Wilayah tersebut sekarang mendominasi expor ternak dan produk ternaknya, meskipun 500 tahun yang lalu di daerah tersebut tidak ada sapi, domba, babi atau kambing (Crosby, 1986).

Kotak 7

Aliran gen, akibat adanya penjajahan

Spesies utama yang didomestikasi sampai di dunia baru dan Australia sebagai akibat kedatangan penjelajah dan penjajah Eropa. Columbus membawa 8 ekor babi dari pulau Canary ke West Indies pada tahun 1493, dimana mereka berkembang dengan cepat. Ternak babi kemudian mengikuti penyebaran Pizarro ke kerajaan Inca. Penjelajah dan lainnya melepaskan babi ke pulau terpencil untuk memastikan persediaan makanan untuk generasi berikutnya dari orang Eropa yang lewat. Seringkali populasinya berkembang bahkan sebelum pulaunya diberi nama dan didokumentasikan. Columbus juga membawa sapi, yang turunannya berkembangbiak menjadi kelompok breeding di West Indies (1512), Mexico (1520an), wilayah Inca (1530 an) dan Florida (1565). Di area yang lembab mereka membawa beberapa generasi ternak agar dapat beradaptasi, di lingkungan yang baik populasi mereka menjadi dua kali lipat setiap 15 tahun. Sebagian besar sapi di Amerika mungkin menjadi liar dari abad ke-16 ke abad ke-19. Sapi keturunan Iberia mempunyai tanduk panjang dan lebih aktif dibanding breed Inggris dan Perancis yang belakangan diperkenalkan ke Amerika Utara.

______

Sumber : Crosby (1986)

2.2 Fase 2: abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20

Sampai akhir abad ke-18, petani Eropa umumnya tidak banyak memberikan penekanan pada breeding ternak. Perkenalan kuda Arab ke Inggris merangsang pengembang biak ternak untuk meniru praktek breeding Arab seperti seleksi secara hati-hati dan mempertahankan turunan murninya. Setelah mempelopori kerja Robert Bakewll (1725-1795), pemuliabiakan Inggris memulai untuk menerapkan prinsip yang

sama pada sapi dan dombanya, sehingga pada terbentuk komunitas breeding dan buku peternakan pada awal abad ke-19. Sejak tahun 1850 dan setelahnya, aliran gen dalam bentuk tetua hewan yang terdaftar menjadi lebih komersil (Valle Zárate et al., 2006). Awalnya komunitas pemuliaan berfokus pada pembuatan standar untuk karakteristik luar; sedangkan testing performan hanya dimulai pada awal abad ke-20.

Persyaratan penting untuk seleksi performan tinggi hanya pada intensifikasi pertanian dan peningkatan pakan. Pertukaran sumberdaya genetik difasilitasi oleh penemuan kapal api. Pada akhir abad ke-19, negara-negara Eropa juga mengembangkan legislasi untuk mendukung peraturan perkawinan (breeding)

ternak. Banyak aliran gen terjadi di antara negara-negara Eropa dan negara koloninya, tetapi ada juga pertukaran gen di dalam Eropa dan dari Selatan ke Selatan. Karena breed sapi

Eropa tidak bisa berproduksi baik di iklim tropis lembab, sapi Ongole India dan Gir dibawa ke Brasil, dan sapi Sahiwal dari India dan Pakistan dikenalkan di Kenya.

2.3 Fase 3: pertengahan abad ke-20 sampai sekarang

Sejak sekitar pertengahan abad ke-20, serangkaian teknologi maju memfasilitasi aliran gen. Pemanfaatan semen secara komersial berawal pada tahun 1960, embrio pada tahun 1980, dan sexing embrio pada pertengahan 1990 (Valle Zárate et al., 2006). Kurangnya

peliputan inseminasi buatan (IB) yang berarti lebih lambatnya aliran gen di negara berkembang dan di daerah terpencil

Menjelang akhir abad ke-20, aliran gen ke Selatan mulai dipercepat oleh meningkatnya jumlah konsumen dengan selera dan dengan kemampuan untuk membeli, daging, susu, keju dan telur - bahkan di negara yang tidak bisa mengkonsumsi susu. Hasil perluasan sistem produksi ternak secara intensif di negara berkembang diberi istilah ”revolusi peternakan”. Ternak monogastrik (babi dan unggas)

meningkat jumlah kepentingannya karena mereka secara efisien mengubah pakan menjadi daging atau telur. Ruminansia kecil, terutama domba kehilangan lahan dengan menurunnya sumber padang rumput dan permintaan wool (FAO, 1999).

Berbagai macam faktor yang membentuk aliran gen ternak melintasi perbatasan nasional. Di antaranya termasuk:

Permintaan untuk performan yang optimum. Aliran gen dipengaruhi oleh keinginan produsen dan pemulia untuk mendapatkan genotipa yang berproduksi optimum pada lingkungan produksi tertentu yang diberikan (Peters and Meyn, 2005). Expor menghasilkan keuntungan, yang membantu membayar aktivitas breeding dan dapat diinvestasikan kembali dalam program breeding. Pada negara pengimpor, motif untuk mengimpor gen dapat bervariasi. Negara seperti China dan Brasil dalam proses untuk membangun program sistem intensif dan program breeding. Negara-negara Eropa Timur perlu untuk meningkatkan performan sapi perahnya, sementara negara Mediterania, Timur Tengah dan sekitarnya dan negara Afrika secara tradisional mengimpor karena tingginya biaya untuk pengembangan program breedingnya.

Breeding organisasi. Pasar untuk genetika ternak sangat tinggi kompetisinya. Permintaan berdasarkan performan yang sudah terbukti - suplier dapat menjual semen sapi pejantannya hanya apabila pejantan tersebut sudah menghasilkan anak yang performannya superior. Hal ini berarti organisasi yang efisien sebagai perusahaan breding adalah hasil yang jelas. Perlu waktu lama untuk mengembangkan strain atau hibrida yang mempunyai performan tinggi, sehingga hanya sedikit perusahaan dan negara yang mempelajari program atau pelaku lain mendapatkan sulit untuk berkiprah. Breeding dan aliran gen global pada unggas dan babi didominanasi oleh sedikit perusahaan besar yang mempunyai bisnis sejak tahun 1960. Konsentrasi juga meningkat pada sektor breeding sapi. Pada domba, hibrida yang mempunyai produksi banyak macam (multi-

tiered) kurang umum saat ini. Sebagai contoh di perusahaan kerjasama Awasi Australia, didirikan untuk mensuplai domba hidup ke Timur Tengah untuk dipotong (Mathias and Mundy 2005) di beberapa bagian di Selatan, pola dari struktur skala besar untuk breeding belum dikerjakan. Perubahan preferensi/kesukaan konsumen: perubahan preferensi konsumen dan timbulnya permintaan pasar baru mempengaruhi aliran gen. Sebagai contoh, permintaan untuk daging sapi yang tumbuh secara alami menyebabkan impor breed sapi potong Inggris dan Perancis ke Jerman. Ada prediksi bahwa tekanan dari lobi animal welfare (kesejahteraan ternak) akan merangsang pemeliharaan babi dalam kondisi lebih ekstensif, termasuk sistem outdoor. Hal ini memerlukan pengembangan strain baru yang dapat hidup pada kondisi tersebut (Willis, 1998). Menurunnya permintaan wool mempercepat penyebaran domba rambut.

Kesehatan hewan dan standar higienis. Tingginya standar higienis dan status bebas penyakit membuat suatu negara dapat berpartisipasi lebih mudah di pasar untuk materi genetika. Australia sebagai contoh, negara yang bebas penyakit dan tidak menghadapi hambatan pada expor material genetiknya. Pada waktu yang sama, hal ini memaksa diberlakukan standar karantina yang ketat untuk menjaga statusnya dan menerima semen dan embrio transfer dari binatang hidup. Negara berkembang pada kondisi kurang beruntung karena mereka tidak dapat memenuhi standart yang diperlukan. Sebagai contoh Philipina mengimpor germplasma kerbau perah dari Bulgaria dari pada India – sumber yang lebih dekat dan lebih murah – disebabkan India tidak dapat memenuhi standar sanitasi internasional. Kebijakan pemerintah. Pemerintah sering mensubsidi ekspor nasional genetikanya untuk membantu peternaknya, atau mereka mendukung impor dari genetika eksotik (asing) untuk membangun sistim produksi nasional. Hal yang terakhir ini sering dibiayai oleh bantuan bilateral atau internasional. Alternatifnya, pemerintah kadang-kadang membatasi expor

genetikanya dalam usaha untuk memonopoli genetikanya, sebagai contoh negara-negara Amerika Selatan yang melarang expor unta/camelids. Akan tetapi, sejarah menunjukkan usaha untuk membatasi penyebaran sumberdaya genetika sangat sulit dipertahankan. Domba Merino menyebar ke seluruh dunia setelah jatuhnya monopoli Spanyol, Negara Turki tidak dapat mencegah distribusi global kambing Angoranya, dan Afrika Selatan tidak dapat mencegah transfer sumber daya genetika burung untanya ke negara-negara lain. Sekarang sejarah berulang dengan sendirinya pada sektor komersial, sebagai perusahaan tidak mungkin untuk menghindari ”bocornya” gen dari pelanggan utama pada seluruh industri, meskipun ada perjanjian kontrak yang melarang breeding murni (perkawinan murni) dengan hewan di luar sumbernya (Schäfer and Valle Zárate, 2006; Alandia Robles et al., 2006; Musavaya et al., 2006).

Pelayanan ekologi. Penggunaan ternak pada perlindungan pertamanan dan konservasi keragaman hayati -utamanya di Eropa - membawa pada pemintaan baru akan toleransi iklim, breed dengan input rendah yang dapat dipelihara di luar bahkan pada saat musim dingin yang keras.

Pencarian karakteristik spesifik. Ketertarikan ilmiah pada perilaku genetika yang spesifik yang berhubungan dengan resistensi terhadap penyakit, fertilitas dan kualitas produk, juga berkontribusi pada aliran gen, meskipun dalam skala relatif kecil. Ayam Fayoumi dari Mesir contohnya dibawa ke Amerika Serikat dalam tahun 1940 karena daya tahannya terhadap penyakit virus, dan tahun 1996 Universitas Göttingen mengimpor embrio beku domba Dorper untuk mempelajari kesesuaiannya untuk produksi daging di Jerman (Mathias and Mundy, 2005). Demikian juga Kambing Boer dibawa ke Universitas Gissen (juga di Jerman).

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 83-87)