• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan sistem produks

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 185-190)

Respon Sektor Peternakan

1 Sistem produksi industrialisasi tanpa lahan

1.1 Tinjauan sistem produks

Gambaran dari sistem produksi industrialisasi tak terelakkan melibatkan diskusi tentang arah yang kuat menuju tipe produksi ternak seperti ini. Industrialisasi sektor peternakan dalam merespon pertumbuhan permintaan terhadap produk ternak – yang dikenal dengan “revolusi peternakan” – telah mendapat perhatian yang besar dari masyarakat dan kalangan ilmiah dan dalam istilah ekonomi, yang paling penting pengembangan saat ini didalam sektor peternakan dan didalam pertanian secara keseluruhan. Industrialisasi pertanian terus- menerus dijalankan di negara maju sejak tahun 1960-an. Pada pertengahan tahun 1980-an, tren mulai mempengaruhi negara berkembang, dan telah dipercepat pada dasawarsa terakhir (Tabel 45). Tren sangat nyata pada produksi daging monogastrik (Gambar 39).

TABEL 45

Tren produksi daging dan susu di negara berkembang dan negara maju

Produksi Negara berkembang Negara maju

1970 1980 1990 2000 2002 1970 1980 1990 2000 2002

Produksi daging pertahun perkapita (kg) 12 14 19 27 28 28 40 60 99 105 Produksi susu pertahun perkapita (kg) 31 34 40 49 51 65 77 83 80 82 Produksi total daging (juta ton) 31 47 75 130 139 70 90 105 105 108 Produksi total susu (juta ton) 80 112 160 232 249 311 353 383 346 353

Andil produksi daging 31 34 42 55 56 69 66 58 45 44

Andil produksi susu 21 24 29 40 41 79 76 71 60 59

GAMBAR 39

Produksi daging dari ruminansia versus monogastrik di negara berkembang dan negara maju

Juta ton

Sumber : FAO (2002a).

Catatan : Daging ruminansia = daging sapi dan kambing/domba; daging monogastrik = daging babi dan unggas

Dalam skala global, sistem produksi industri sekarang diperkirakan produksi daging dari unggas mencapai 67%, produksi daging babi 42%, produksi telur 50%, produksi daging sapi dan anak sapi 7% dan 1% produksi domba dan kambing (Tabel 46).

Di negara-negara yang pertumbuhan perkembangan ekonominya cepat dan perubahan demografi menimbulkan pasar baru untuk produk ternak. Suplai rantai makanan terintegrasi vertikal dan pengecer besar memerlukan standar kualitas makanan dan standar keselamatan tertentu. Permintaan dari tumbuhnya pasar cocok untuk produksi secara industri, yang mana dapat mengambil keuntungan skala ekonomi dan kemajuan teknologi dalam bidang peternakan, pemrosesan makanan dan transport. Pengembangan produksi unggas khususnya, “terputus” yaitu

cirinya tidak ada pertumbuhan organik (organic growth) dimana peternak kecil unggas secara bertahap memperluas dan intensifikasi produksi mereka. Segera munculnya pasar perkotaan, infrastruktur transport dan servis berkembang, investor kadang tidak mempunyai hubungannya dengan produksi ternak, melangkah masuk dan mendirikan unit industri skala besar diintegrasikan dengan metoda pemrosesan dan pemasaran modern (FAO, 2006f).

Kemunculan produksi ternak secara industri tergantung ketersediaan pasar yang siap untuk produk ternak, dan ketersediaan input yang diperlukan, terutama pakan, dengan biaya rendah. Lingkungan kebijakan yang baik, termasuk misalnya investasi publik di sektor peternakan, liberalisasi perdagangan dan pembebanan standar keselamatan pangan yang tinggi menyumbang kecepatan pengembangan

200 175 150 125 100 75 50 0 1988 1998 2015 2030 1988 1998 2015 2030

Negara berkembang Negara maju

Ruminan Monogastrik

TABEL 46

Jumlah ternak dan sistem produksi ternak di dunia – rataan untuk tahun 2001-2003

Sistem produksi ternak Total penggembalaan tadah hujan,

campuran

campuran, irigasi

industri Jumlah ternak (juta ekor)

Sapi 406,0 618,0 305,4 29,1 1358,5

Sapi perah 53,2 118,7 59,7 - 231,6

Kerbau 0 22,7 144,4 - 167,1

Domba dan kambing 589,5 631,6 546 9,2 1776,3

Produksi (juta ton)

Total daging sapi dan anak sapi 14,6 29 10,1 3,9 57,6

Total daging domba dan kambing 3,8 4,0 4,0 0,09 11,8

Total daging babi 0,9 12,5 42,1 39,8 95,3

Total daging unggas 1,2 8,1 14,9 49,7 73,9

Total telur 0,5 5,6 23,3 29,5 58,9

Total susu 71,6 319,2 203,7 - 594,5

Sumber: FAO (1996a) diperbarui oleh FAO (2004).

ini. Cina, India dan Brasil – tiga besar negara berkembang yang sangat berperan di daerah (region) masing-masing, tetapi perbedaan struktur ekonomi dan sektor peternakan merupakan kontributor terbesar pola menuju industrialisasi. Ketiga negara ini sekarang, memproduksi total dua pertiga daging dan lebih dari separuh susu di negara berkembang (Tabel 47). Tujuh puluh persen pertumbuhan produksi daging dan susu berada di ketiga negara tersebut (FAO, 2006f). Sistem industrialisasi landless di ketiga negara tersebut utamanya berkontribusi pada produksi daging unggas, babi, sementara produksi daging sapi, daging sapi muda dan susu terkonsentrasi di padang

penggembalaan (grassland-based) dan sistem pertanian campuran.

Proses industrialisasi dapat dikarakterisasikan sebagai kombinasi dari tiga pola utama: Intensifikasi, scaling up dan konsentrasi regional.

Intensifikasi

Intensifikasi produksi ternak memerlukan paling banyak input. Efisiensi pakan terutama, telah diperbaiki sejak dekade akhir-akhir ini. Pakan berserat tradisional dan kaya energi relatif menurun, pakan kaya protein dan pakan tambahan yang inconvensional, yang meningkatkan efisiensi pakan. Pada intensifikasi produksi ternak, maka penggunaan sumber pakan seperti sumber hijauan lokal, limbah TABEL 47

Negara berkembang dengan produksi daging dan susu paling tinggi (2004)

Grup negara/negara Daging Susu daging susu

(juta ton) (%) Negara berkembang 148,2 262,7 100 100 China 70,8 22,5 47,8 8,6 India 6,0 90,4 4,0 34,4 Brazil 19,9 23,5 13,4 8,9 “Tiga besar” 96,7 136,4 65,2 51,9 Sumber: FAO (2006f)

pertanian, sisa limbah rumah tangga. Menjadi makin berkurang. Pakan konsentrat yang diperdagangkan baik secara domestik maupun internasional menjadi bertambah penting. Pada tahun 2004, total 690 juta ton sereal diberikan pada ternak (13% total panen dunia) dan 18 juta ton oilseed (terutama kedele). Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat (lihat grafik 40 tentang sereal). Tambahan pula, 295 juta ton limbah industri pertanian kaya protein atau limbah dari pemrosesan pangan telah digunakan untuk pakan (terutama bran, oilcakes dan tepung ikan). Babi dan unggas paling efisien dalam penggunaan pakan konsentrat. Konversi pakan yang paling baik (menguntungkan) dicapai pada sektor unggas. Ruminansia hanya diberi pakan konsentrat di negara dengan ratio harga grain/daging rendah. Bila ratio ini tinggi, terutama di negara yang kekurangan biji-bijian atau sereal, pemberian pakan biji-bijian untuk ruminansia tidak menguntungkan.

Intensifikasi mendatangkan perbaikan teknis, seperti genetik, kesehatan ternak dan pengelolaan usaha taninya. Penggunakan tingkat yang tinggi input eksternal untuk mengubah lingkungan produksi, termasuk kontrol penyakit, kualitas dan kuantitas pakan, suhu, kelembaban, cahaya dan ruangan yang tersedia, menciptakan kondisi dimana potensi genetik jenis ternak yang mempunya output yang tinggi dapat tercapai. Jenis ternak yang sedikit digunakan dan fokus pada memaksimalkan produksi satu produk. Kemajuan teknik sedang disebarkan sebagai hasil meningkatnya dukungan dari penyedia layanan eksternal dan spesialisasi produk. Ini dibarengi dengan pergeseran yang nyata dari sistem pertanian dilahan kebun dan pertanian campuran menjadi komersial dengan mengoperasikan satu produk. Sebagai hasilnya, efisiensi penggunaan sumber daya alam dan output per ternak meningkat banyak sekali. GAMBAR 40

Perubahan jumlah sereal yang digunakan sebagai pakan (1992-1994 dan 2020)

Juta ton

Sumber : FAOSTAT for the1992-1994 and 2001-2003 figures; and FAO (2002a) for the 2020 figures. 1000 800 600 400 200 0 1992-94 2001-03 2020

GAMBAR 41

Perubahan distribusi ukuran peternak babi di Brazil (1985 – 1996)

Share

Sumber : De Camargo Barros et al. (2003).

Selama 24 tahun antara 1980 sampai 2004, offtake daging babi, daging ayam dan susu per unit stock bertambah dengan 61%, 32% dan 21% untuk masing-masing komoditas tersebut (FAO, 2006d)

Intensifikasi produksi, membuat penggunaan semua teknologi yang tersedia untuk perbaikan, tanpa menuju industrialisasi. Intensifikasi dapat juga merupakan strategi yang efektif untuk petani kecil memperbaiki penghidupannya, jika didukung oleh kebijakan dan infrastruktur yang baik (menguntungkan). Sebagai contoh, produksi susu di India berlanjut, berbasis petani kecil. Gerakan koperasi, yang didukung oleh the National Dairy Development Board telah berhasil menjembatani petani kecil dengan pasar perkotaan dan telah mensuplai pakan dan input kesehatan hewan dan juga pengetahuan dasar tentang intensifikasi (FAO, 2006f). Pengembangan ini bertolak belakang dengan situasi di Brazil, dimana jumlah peternak sapi

perah skala kecil menurun saat produksi nasional meningkat (FAO, 2006e).

Scaling Up (peningkatan skala produksi) Disamping intensifikasi, proses industrialisasi di iringi dengan scaling up produksi. Skala ekonomi – pengurangan biaya dicapai melalui perluasan skala kapasitas – pada berbagai tingkat proses produksi menimbulkan penciptaan unit produksi yang besar. Sebagai hasilnya, jumlah produser secara cepat berkurang walaupun sektor secara keseluruhan melebar (meluas). Di banyak pertumbuhan ekonomi yang cepat, rata-rata ukuran kapasitas meningkat cepat dan jumlah produser ternak menurun secara tajam. Sebagai contoh Gambar 41 memperlihatkan bahwa Brazil antara tahun 1985 –1996, terdapat peningkatan yang besar pada proporsi petani yang memelihara 200 lebih induk babi.

Dimana kesempatan alternatif pekerjaan terbatas, maka biaya tenaga kerja rumah tangga

1985 1996 50 40 30 20 10 0 Skala kepemilikan

rendah, dan memelihara ternak masih pilihan menarik secara ekonomi bagi keluarga miskin. Tetapi dimana kesempatan kerja sektor lain membaik, upah tenaga kerja naik dan usaha tani keluarga skala kecil menjadi tidak menguntungkan. Petani penyewa dan pemelihara ternak tanpa lahan akan secara bertahap mencari pekerjaan bahkan sampai area perkotaan. Pemilik lahan sempit akan menjadikan lahannya dapat menguntungkan dengan menjual atau menyewakan lahannya daripada digunakan untuk bertani sendiri.

Komoditas yang berbeda dan tahapan proses produksi yang berbeda menunjukkan potensi perbedaan untuk skala ekonomi. Cenderung tinggi pada sektor pasca panen (misalnya pemotongan hewan, pemerahan susu). Produksi unggas adalah sektor yang paling mudah untuk mekanisasi dan menunjukkan tren menuju bentuk industri di least-developed countries. Pada kasus produksi babi di Asia, potensi untuk skala ekonomi lebih besar di produksi finished- pig dari pada produksi piglet (Poapongsakorn et al., 2003). Produksi sapi perah terus didominasi oleh produksi berbasis keluarga sebab memerlukan kebutuhan tenaga kerja yang tinggi, dan biasanya cocok dengan penggunaan tenaga kerja keluarga, dengan upah dibawah upah minumum. Tetapi perluasan produksi peternak kecil diluar tingkat semi-subsisten terhambat oleh sejumlah kendala, kurang kompetitif dan faktor resiko.

Konsentrasi secara geografi

Distribusi secara geografi produksi ternak menunjukkan pola umum di kebanyakan negara berkembang. Secara tradisional, produksi ternak didasarkan pada sumber pakan yang tersedia, terutama yang terbatas atau tidak ada nilainya lagi, seperti pastura alam dan limbah tanaman (pertanian). Distribusi ternak ruminansia dapat diterangkan oleh ketersediaan pakan tersebut, sementara distribusi babi dan unggas mengikuti pola seperti manusia karena peranannya sebagai pengubah limbah.

Ketika urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi meningkat sampai permintaan yang besar (“bulk” demand) produk pangan dari ternak, operator skala besar muncul yang mana awalnya terletak dekat dengan kota kecil dan kota besar. Produk ternak adalah mudah busuk dan pengawetan tanpa pendinginan dan pemrosesannya merupakan masalah serius. Dalam rangka mengurangi biaya transpor, ternak dipelihara didekat pusat permintaan. Jadi produksi ternak, secara fisik ternak dan produksi terpisah dari sumber pakan. Dalam fase selanjutnya, infrastruktur dan teknologi cukup berkembang untuk menjadikan kemungkinan memelihara ternak jauh dari pasar dimana produk dijual. Produksi ternak bergerak menjauh dari pusat perkotaan, digerakkan oleh beberapa faktor seperti harga tanah dan upah rendah, akses pakan mudah, standar lingkungan lebih rendah, insentif pajak dan problem penyakit lebih sedikit.

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 185-190)