• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem berbasis padang penggembalaan

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 195-200)

Respon Sektor Peternakan

3 Sistem berbasis padang penggembalaan

3.1 Tinjauan sistem produksi

Sistem produksi berbasis padang penggembalaan berada di lokasi dimana lahan tidak cocok atau marginal untuk budidaya tanaman, sebagai akibat rendahnya curah hujan, udara dingin atau area yang gundul atau dimana lahan pertanian yang terdegradasi telah dikonversikan menjadi padang penggembalaan. Sistem gembalaan dapat ditemukan di daerah dengan iklim temperat, subhumid dan humid terutama banyak dijumpai di daerah arid (kering) dan semi arid. Breed ternak yang dipelihara dengan sistem penggembalaan harus beradaptasi dengan lingkungan, tujuan dan pengelolaan dari peternak pemeliharaannya. Lingkungan yang gundul, kering berarti bahwa penghidupan kadang sulit dan pengelolaan ternak harus beradaptasi untuk menghadapi iklim yang ekstrem, dan keterbatasan sumber pakan.

Sepertiga populasi ruminansia kecil di dunia, hampir sepertiga populasi sapi dan 22% sapi perah ditemukan pada sistem berbasis padang penggembalaan (Tabel 46). Ternak-ternak tersebut memproduksi 25% dari produksi global daging sapi dan daging anak sapi, 12% total

produksi susu, dan 32% produksi domba dan kambing. Sementara produksi ruminansia kecil proporsional terhadap jumlah, tetapi untuk sapi lebih rendah dibanding sistem yang lain.

Sistem penggembalaan diketemukan di daerah arid dan semi arid termasuk sistem pastura di Sub Sahara Afrika, Afrika utara, Timur Tengah dan sekitarnya dan Asia Selatan (Tabel 49) dan sistem ranch ditemukan di bagian yang lebih kering di Australia, USA dan bagian selatan Afrika. Ranch dicirikan oleh kepemilikan pribadi (individu, organisasi komersial atau kelompok). Produksi berorientasi pasar, biasanya sapi, yang dijual sebagai penggemukan pada sistem lain. Domba dan kambing dipelihara untuk serat (fibres) atau kulit bulu di daerah subtropik. Sebaliknya tradisional pastoralism, kebanyakan berorientasi subsisten, yang didasarkan pemeliharaan sapi, unta dan/atau ruminansia kecil. Salah satu tujuan adalah menjamin produksi susu sepanjang tahun untuk konsumsi. Tujuan lain adalah memproduksi ternak hidup untuk dijual. Ini mungkin menjadi penting dengan meningkatnya permintaan produk ternak. Mobilitas sekumpulan ternak di padang penggembalaan memberikan penggunaan sumber pakan yang efisien, ketersediaanya tergantung dari pola curah hujan yang tidak menentu. Lembaga tradisional lokal,

telah mengatur akses padang penggembalaan komunal dan sumber air.

Sistem padang penggembalaan juga diketemukan di beberapa daerah subhumid atau humid, kebanyakan di Amerika Selatan, juga Australia dan beberapa di Afrika. Produksi sapi yang ekstensif kebanyakan untuk daging, sistem ranch kerbau terjadi di daerah yang sangat humid dan domba penghasil wool dipelihara di subtropik Amerika Selatan, Australia dan Afrika Selatan (FAO, 1996a). Sistem ini cenderung terkonsentrasi di lokasi dimana produksi tanaman terbatas yang disebabkan alasan biofisik atau tidak adanya/kurangnya akses ke pasar.

Dalam sistem penggembalaan di daerah temperat, digunakan ternak yang sangat terseleksi, bersamaan dengan penggunaan berbagai teknologi untuk memaksimalkan produksi. Breed dari negara beriklim sedang juga cocok untuk negara tropis, dataran tinggi. Tetapi dimana produksi secara subsisten lebih banyak dilakukan atau pada ketinggian yang tinggi maka breed dan spesies yang sudah beradaptasi adalah penting peranannya. Di Andes, Selatan Amerika, misalnya, spesies camelid yang telah beradaptasi adalah penting. Demikian juga yak adalah mempunyai arti yang penting bagi penghidupan masyarakat lokal di pegunungan di Asia.

TABEL 49

Perkiraan jumlah pastoralis di berbagai daerah geografi

Daerah Jumlah pastoralis (juta)

Proporsi terhadap populasi pedesaan (%)

Proporsi terhadap total populasi (%)

Sub-Sahara Afrika 50 12 8

Asia Barat dan Afrika Utara 31 18 8

Asia Timur 20 3 2

Negara baru merdeka 5 12 7

Asia Selatan 10 1 0,7

Amerika Tengah dan Selatan 5 4 1

Total 120

Sumber : FAO (2006h)

3.2 Isu-isu lingkungan

Penggembalaan ternak mempunyai reputasi yang buruk pengaruhnya terhadap lingkungan. Seperti di semua sistem produksi, ternak ruminansia dipelihara dengan sistem penggembalaan merupakan sumber gas metan dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Dimana kadang ternak tergantung pada sumber hijauan pakan yang berkualitas rendah, yang berarti ternak memproduksi metan dalam jumlah banyak relatif terhadap tingkat produksi yang diperoleh. Tetapi ini mungkin isu penggembalaan yang berlebihan (overgrazing) dan pengrusakan hutan tropis, yang membuka jalan bagi sapi di ranch, yang memunculkan kepedulian dalam sistem penggembalaan.

Dalam kasus penggembalaan berat dapat menyebabkan komposisi vegetasi berubah, dengan palabilitas yang menurun. Pengambilan tanaman penutup melalui penggembalaan berat dan penginjakan dapat menyebabkan erosi dan tanah kehilangan kesuburannya. Beberapa tahun terakhir, terlihat adanya perubahan dalam sistem penggembalaan di daerah arid (kering). Area penggembalaan di daerah kering (Arid rangeland) dipandang sebagai sistem yang tidak seimbang dimana faktor abiotik (khususnya curah hujan), merupakan penggerak yang mempengaruhi pola vegetasi yang menutup tanah dibanding kepadatan ternak (Behnke et al., 1993). Jumlah ternak, sebaliknya memberikan respon terhadap ketersediaan padang penggembalaan. Seperti cara tradisional, sistem bergerak dipertimbangkan sebagai sistem yang tepat pengelolaan ternak yang efisien menggunakan sumber daya padang penggembalaan di daerah arid (kering). Di daerah yang tidak terlalu kering, ketersediaan padang penggembalaan, kepadatan populasi ternak lebih tinggi dan pertanaman lebih tersebar luas. Ternak yang dipelihara cenderung tidak berpindah pindah (menetap). Tekanan penggembalaan, sepertinya faktor yang mempengaruhi luasnya vegetasi yang menutupinya. Dalam keadaan penggembalaan yang berlebihan (overgrazing), bersamaan

dengan budidaya tanamanan di area yang rentan dan pemgambilan kayu bakar yang berlebihan dapat menuju problem yang serius masalah erosi tanah dan kehilangan keragaman hayati (FAO, 1996b).

Masalah bertambah buruk oleh kecenderungan yang membatasi mobilitas pastoralis (lihat sub bab berikutnya). Pengembangan air yang tidak tepat atau ketersediaan biji-bijian yang disubsidi untuk pakan ternak dapat juga membawa kedalam situasi yang mana ternak berada di suatu area terlalu lama, yang menghambat regenerasi pastura. Faktor lain adalah tidak berlakukanya lagi aturan tradisional pengelolaan akses ke padang penggembalaan komunal. Kondisi ini membawa situasi kontradiksi antara kepemilikan ternak oleh individu dan akses ke padang penggembalaan, artinya tiap individu pemelihara ternak akan termotivasi untuk menggembalakan ternak lebih banyak walaupun akan menyebabkan degradasi pastura (FAO, 1996a).

Di Amerika Latin, khususnya perluasan ranch sapi pada pastura yang dibudidayakan di area humid merupakan penggerak yang penting kerusakan hutan hujan, yang merupakan ekosistem yang paling lengkap di bumi. Sebagai tambahan skala hilangnya habitat, area hutan yang tersisa, melahirkan masalah yang serius untuk keragaman hayati. Penggundulan hutan akan melepas milyaran ton karbon dioksida ke atmosfer tiap tahun.

Problem lebih diperburuk oleh kebijakan, termasuk pembangunan jalan diarea hutan yang tidak tepat; kebijakan pajak dan subsidi yang dirancang untuk mendorong produksi daging sapi dan ekspor; proyek migrasi dan kolonisasi yang memindahkan populasi yang miskin ke area dengan kepadatan populasi yang rendah dan rencana hak milik tanah yang memberikan penyebaran penggembalaan ternak cara murah dan mudah untuk menentukan hak kepemilikan (ibid.). Di banyak negara subsidi meningkatkan perluasan ranch, sekarang terus dilanjutkan, tetapi produksi ternak berlanjut sebagai pendorong terjadinya penggundulan hutan.

Diperkirakan 24 juta hektar lahan di Amerika Tengah dan Amerika Selatan tropis, area yang pada tahun 2000 merupakan hutan akan digunakan untuk penggembalaan pada tahun 2010 – berarti bahwa dua pertiga lahan yang digunduli di area-area ini diharapkan dikonversikan menjadi pastura (ibid.). Kebijakan selanjutnya diperlukan untuk memperlambat perluasan dari garis batas pertanian dan ditingkatkan menjadi penggunaan lahan yang lebih berkelanjutan pada lahan penggembalaan. Paket teknologi (kombinasi perbaikan pengelolaan penggembalaan, genetik, kesehatan ternak dll) perlu dikembangkan dan ditingkatkan dalam rangka pemelihara ternak lebih produktif menggunakan padang penggembalaan yang sudah ada. Bertambahnya perhatian terhadap produksi silvopastura, dalam program ini menyediakan pembayaran untuk biaya pelayanan ekosistem seperti carbon squestration, konservasi keragaman hayati, dan pengelolaan daerah aliran sungai (FAO, 2006b).

Pengaruh dari penggembalaan yang tidak tepat dapat juga menjadi perhatian di negara temperat – contohnya di habitat dwarf shrub dan woodland. Tetapi penggembalaan yang dikelola terlihat sebagai alat yang penting dalam konservasi. Di Inggris, misalnya penggembalaan digunakan untuk meningkatkan keragaman hayati padang penggembalaan yang kaya akan spesies tanaman, habitat heath dan wetland (Harris, 2002). Beberapa spesies tanaman dapat hidup dibawah tekanan penggembalaan, sedang sebagian yang lain tidak bisa hidup di habitat yang digembala, sementara spesies tanaman lain dapat hidup bila tidak digembala selama periode pertumbuhan. Itu sangat mungkin menggunakan penggembalaan yang dikelola untuk mengontrol distribusi tanaman, dalam hubungannya dengan tujuan konservasi. Pola injakan dan pengeluaran kotoran mempengaruhi juga vegetasi, harus dipertimbangkan dalam pengelolaan konservasi. Sayangnya tanaman yang ingin dikontrol oleh manager konservasi tidak selalu jenis yang disukai ternak. Problem ini

dapat diatasi dengan penggunaan kebiasaan makan yang berbeda dari spesies dan breed ternak. Dalam kontek ini, adanya peranan penting breed yang secara ekonomi tidak dapat hidup (viable) dalam produksi konvensional. Breed-breed ini sangat beradaptasi dengan penggembalaan dan makan vegetasi dengan kualias rendah, dan dapat hidup dibawah kondisi lingkungan yang keras dan dengan tingkat intervensi pengelolaan yang rendah. Lokasi konservasi bermacam-macam, kadang dikelola untuk menyediakan habitat yang mosaik bagi satwa liar. Penggembalaan yang diperlukan sangat spesifik dan keuntungan dapat dimaksimalkan jika karakteristik breed cocok dengan yang dibutuhkan. Sesuatu pengembangan yang menarik di proyek5 penggembalaan di Inggris, yang menyediakan informasi tentang breed spesifik terhadap preferensi penggembalaan, juga karakteristik breed yang relevan dengan konservasi penggembalaan, seperti daya tahan, persyaratan untuk peternakan, interaksi dengan masyarakat dan kemampuan pasar.

3.3 Pola produksi

Seperti telah didiskusikan di sub chapter sebelumnya, keberlanjutan banyak sistem penggembalaan terancam oleh tekanan pada sumber daya alam dan gangguan pengelolaan secara tradisional. Pada saat yang sama, populasi ternak yang besar secara tradisional tergantung pada produksi ternak yang subsisten, yang secara terus-menerus mencari penghidupan dari rangeland. Pada umumnya, produktivitas padang penggembalaan jauh ketinggalan dibanding area budidaya, walaupun detil estimasi sulit dibuat. Sejumlah faktor berkontribusi terhadap tren ini. Pertama, intensifikasi padang penggembalaan secara teknis sulit dilakukan dan tidak menguntungkan. Kendala umumnya berhubungan dengan kondisi iklim, topografi, tipisnya lapisan tanah, kemasaman tanah dan tekanan penyakit.

Kondisi sulit untuk mengkarakteristik padang penggembalaan telah ditunjukkan oleh pastoralist dan agropastoralist area arid dan semi- arid, sub-Sahara Afrika. Kendala-kendala dapat diatasi dengan investasi secara besar- besaran pada berbagai aspek; sedikit demi sedikit intervensi tidak akan memberikan pengaruh. Ditambahkan lagi, di banyak negara Afrika dan Asia, kebanyakan pastura dibawah kepemilikan umum, yang menyulitkan bila dilakukan intensifikasi. Tanpa, dikelola secara kelembagaan, investasi swasta sulit dilakukan sebagai imbalan kepada perseorangan, secara proporsional dengan jumlah ternak yang dipelihara di lahan komunal. Tidak adanya infrastruktur di area yang terpencil ini, menambah kesulitan dalam memperbaiki produktivitas melalui investasi perseorangan. Secara global keterbatasan-keterbatasan ini direfleksikan dalam pertumbuhan yang lambat dari produksi daging pada sistem padang penggembalaan dibanding dengan sistem industri (FAO, 1996a).

Meskipun di area terpencil, sistem produksi pastura dipengaruh oleh perubahan skala makro ekonomi, politik dan sosial dan juga adanya perkembangan teknologi dan infrastruktur. Bertambahnya perdagangan global, sebagai contoh pemasaran produk dari sistem pastura dipengaruhi oleh kompetisi adanya daging impor atau dengan bertambahnya persyaratan ketat tentang kesehatan (FAO, 2001c). Penanganan konflik secara modern, endemik pada beberapa zona pastura, mengganggu aktivitas penggembalaan, dan memindahkan populasi. Transportasi menggunakan motor atau mesin (motorisasi), memungkinkan ternak berpindah mencari angonan atau ke pasar, kondisi ini menjadi umum di daerah Timur Tengah dan sekitarnya (FAO, 1996b). Ini juga dapat berpotensi mengganggu cara tradisional dalam pengelolaan penggembalaan, pengembangan ini dapat berpengaruh terhadap permintaan sumber daya genetik, menurunnya kesukaan terhadap karakteristik seperti kemampuan berjalan dan meningkatkan lebih berorientasi pasar dalam

tujuan produksi. Motorisasi juga berarti peranan hewan beban, seperti unta atau keledai menurun dalam peruntukkannya. Introduksi modern obat- obatan hewan dapat meningkatkan ukuran jumlah ternak (FAO, 2001c) dan mungkin memudahkan introduksi sumber genetik eksotik yang kurang beradaptasi dengan tantangan penyakit lokal.

Sejumlah faktor mengancam sistem pastura bergerak. Perluasan lahan untuk tanaman pada bekas penggembalaan adalah salah satu ancaman – kadang digerakkan oleh adanya pertumbuhan populasi dalam sistem produksi tanaman (FAO, 1996b). Gangguan, terutama adanya budidaya tanaman di lahan penggembalaan pada musim kemarau, yang merupakan elemen kunci strategi penggembalaan pastura bergerak (mobile). Pengembangan program irigasi, juga meningkatkan perluasan area untuk budidaya tanaman (FAO, 2001c). Apalagi beberapa komunitas pastoralist yang memproduksi tanaman sudah umum dilakukan, sebagai respon terhadap ketidak amanan penghidupan yang berbasis peternakan dan sebagai hasil komunitas yang tidak berpindah-pindah (Morris, 1988).

Ada perpindahan dari pastoralis menuju agropastoralis (istilah yang kurang jelas mengenai sistem produksi di lingkungan arid dan semi-arid yang menkombinasikan tanaman dan ternak, tetapi ternak tergantung pada penggembalaan di rangeland). Di sub-Saharan Afrika, misalnya Thornton et al., (2002) memprediksi adanya pergeseran yang besar dari sistem pastoral ke sistem agropastoral selama 50 tahun kedepan. Di daerah pegunungan di Asia, rute perpindahan juga terganggu oleh adanya perluasan pertanaman (FAO, 2003). Pemagaran area padang penggembalaan tradisional juga merupakan problem bagi pemelihara ternak bagian Andes (lihat kotak 102, bagian 4, bab F6)

Kebijakan peningkatan sistem tidak berpindah- pindah, pengaturan stocking rate atau pengembangan tipe ranch individu juga

memegang peranan (FAO, 1996b). Khususnya di Afrika, pembukaan wildlife reserve (suaka margasatwa) yang dimotivasi baik oleh tujuan konservasi maupun potensi ekonomi untuk turis, dapat meniadakan pastoralis dari lahan penggembalaa tradisional (FAO, 2001c). Sekolah dan alternatif pekerjaan (contoh penyebab migrasi ke daerah perkotaan) membatasi ketersediaan tenaga untuk penggembalaan dan meningkatkan pola tidak berpindah-pindah atau menetap (ibid.).

Sementara perbedaan kekuatan penggerak bervariasi dari tempat satu ketempat lain. Pola yang luas adalah menuju adanya jumlah yang lebih besar masyarakat mencari kehidupan dari area penggembalaan terbatas, kadang tidak dikelola dengan baik. Dibawah tekanan yang hebat, penggembala mungkin terpaksa melepaskan penghidupan pastoral. Ini mungkin dengan beralih breed atau spesies ternak yang digunakan, sebagai peternak mereka beradaptasi dengan situasi yang sulit. Sebagai contoh, bila sumber daya pastura berkurang mereka beradaptasi dengan melepas sapinya dan berganti dengan ruminansia kecil atau unta. Pola perbedaan sosial juga banyak tersebar. – peningkatan oleh perbedaan kemampuan untuk merespon gangguan sistem pastoral dan mengambil keuntungan kebijakan dan perkembangan teknologi. Skala besar, kadang, bukan pemilik ternak disatu pihak populasi orang miskin meningkat di sekitar pemukiman perkotaan, di lain pihak mungkin tidak lama lagi atau tidak mempunyai keinginan untuk melanjutkan penghidupan di pastoral. Breed ternak di area pastoral tidak hanya beradaptasi dengan lingkungan akan tetapi telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi peternak, adanya perubahan tersebut akan memberikan efek yang siknifikan terhadap SDGT.

Garis besar/skema pola menuju menghilangnya sistem produksi ternak tradisional bergerak, beberapa faktor countervailing perlu diperhatikan. Makin meningkatnya pengakuan bahwa “pastoralis

tetap merupakan suatu sumber daya, suatu sistem produksi daging dan susu yang murah di suatu lahan yang sulit untuk mengekploitasi” (FAO, 2001c). Juga diakui bahwa kebijakan pengembangan yang tepat untuk rangeland diperlukan, jika sistem seperti ini adalah untuk keberlangsungan hidup (ibid.) Seperti pada lokasi terpencil, prospek untuk kemunculan alternatif pendapatan terbatas dan mengais kehidupan dari memelihara ternak, adalah sedikit yang tersisa untuk pilihan mata pencaharian bagi masyarakat lokal (FAO, 2003). Perluasan tanaman mungkin tidak selalu berkelanjutan dalam jangka panjang, terutama jika pengembangan pengairan yang tepat tidak diimplementasikan dan menjalankan lagi peternakan pastoral di beberapa tempat tidak dapat dikesampingkan (FAO, 2001c). Salah satu bagian di dunia yang akhir-akhir ini kembali ke sistem penggembalaan tradisional adalah Asia Tengah, dengan adanya penurunan usaha pertanian kolektif dan infrastruktur yang dibuat selama era Soviet (ibid.)

Sistem ranch ekstensif di Amerika Latin dan Carribean juga mengalami perubahan. Subsidi yang meningkatkan perluasan peternakan ranch (kadang atas biaya hutan hujan) sebagian besar telah berakhir (FAO, 2006b). Permintaan perkotaan akan tanaman bahan pokok kebutuhan dan perbaikan infrastruktur jalan meningkatkan pertanian campuran di area padang penggembalaan (FAO, 1996a). Pada saat yang sama, meningkatnya jumlah insentif digunakan untuk meningkatkan konservasi sumber daya alam dan pelayanan lingkungan yang diperlukan (FAO, 2006b). Salah satu pemikiran pengembangan adalah sistem silvopastura (ibid.).

Dekade yang akan datang, sistem penggembalaan sepertinya dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan pola curah hujan sehubungan dengan perubahan iklim global. Sulit diprediksi secara tepat pengaruh perubahan iklim global terhadap produksi peternakan. Tetapi perubahan lamanya periode pertumbuhan diharapkan menggeser batas zona yang cocok

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 195-200)