• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem skala kecil tanpa lahan 1 Tinjauan sistem skala kecil

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 193-195)

Respon Sektor Peternakan

2 Sistem skala kecil tanpa lahan 1 Tinjauan sistem skala kecil

Dalam istilah ekonomi, kontribusi produksi pangan dari sistem skala kecil tanpa lahan, dimanapun juga sama pentingnya dengan sistem industri. Pada kenyataannya, kontribusinya belum pernah dievaluasi pada tingkat skala global. Tetapi pemelihara ternak skala kecil dipinggiran kota, sekarang mendapat perhatian dari pemerintah, dan pelaku penelitian dan pengembangan di banyak negara miskin maupun negara kaya. Survei di beberapa kota Afrika, Asia dan Amerika Latin menunjukkan

secara mengejutkan adanya jumlah pemelihara ternak di perkotaan, bahkan ada beberapa pemelihara adalah penduduk yang mampu (Waters-Bayer, 1996; FAO, 2001b). Secara keseluruhan, tidak adanya skala keuntungan ekonomi, yang mana peternakan perkotaan menyediakan bagi pemeliharanya, juga tidak adanya kontribusi mereka terhadap ketahanan pangan secara lebih luas. Kurangnya pengetahuan ini, lebih besar dalam kasus produksi peternakan pedesaan, tanpa lahan.

Pemelihara ternak skala kecil, tanpa lahan dicirikan dengan tidak mempunyai lahan pertanian, dan tidak mempunyai akses ke komunal padang penggembalaan yang luas. Pemelihara ternak seperti ini diketemukan di area perkotaan dan peri-urban, dan di area pedesaan yang didominasi oleh sistem pertanian campuran, terutama di area populasi penduduk padat atau distribusi kepemilikan lahan tidak sama.

Peternak di pedesaan, tanpa lahan, kadang sangat tergantung pada pekerjaan diluar pertanian (off-farm), dalam bentuk buruh harian. Pakan untuk ternak diperoleh dari berbagai sumber termasuk mencari dan merumputkan ternaknya di lahan marginal, penggunaan limbah pangan (pertanian), limbah industri, sistem potong angkut, dan membeli. Dibandingkan dengan yang mempunyai lahan, peternak pedesaan, tanpa lahan lebih banyak mempunyai problem dalam penyediaan pakan untuk ternaknya. Tujuan produksi peternakannya juga berbeda, kurangnya kemampuan mereka untuk menggunakan segera pupuk kandangnya dan tenaga tarik. Pada umumnya, peternak kecil, tanpa lahan memelihara breed ternak lokal atau persilangan yang ada diarea tersebut. Tetapi jika mereka memasuki aktivitas yang lebih komersial, maka perlu dipelihara, breed ternak dengan output yang lebih tinggi.

Karakteristik yang paling berbeda dari sistem produksi perkotaan adalah tempat yang dekat dengan jumlah konsumen yang besar, yang mana mengurangi perlunya transport produk yang mudah rusak (busuk), dibanding tansport

jarak jauh. Karena itu pemelihara ternak di dalam dan sekitar perkotaan telah dipraktekkan sejak dulu. Alasan-alasan untuk memelihara ternak di area perkotaan sangat beragam dan termasuk mendapatkan pendapatan dari penjualan; kesenangan memelihara ternak dan kesempatan melanjutkan kegiatan tradisional sebagai mata pencaharian; akumulasi dari modal yang ditaruh sebagai bentuk jaminan atau untuk membiayai proyek yang akan datang; sebagai suplementasi makananannya dengan produksi rumah susu, telur atau daging; dan kesempatan untuk menggunakan sumber yang tersedia, seperti limbah pangan. Ternak dapat juga menyediakan input seperti pupuk kandang dan tenaga mengolah tanah untuk produksi tanaman pangan di perkotaan. Tetapi lingkungan perkotaan, banyak kendala untuk pemelihara ternak. Terutama jika ternak besar yang dipelihara, ruang yang terbatas merupakan masalah, seperti halnya untuk dapat memperoleh cukup pakan dengan murah. Sistem produksi perkotaan kadang mempunyai banyak hubungan dengan area pedesaan yang ada disekitarnya, apakah dalam bentuk penyediaan pakan, suplai ternak, atau aliran tradisi dan pengetahuan tentang pemeliharaan ternak. Saudara atau pengembala ternak yang diupah di area pedesaan ikut memelihara ternaknya penduduk perkotaan. Ternak, seperti sapi perah atau kerbau mungkin di pindah ke area pedesaan saat fase tidak produktif, dalam rangka untuk memdapatkan pakan murah (Schiere et al., 2006b). Tipe breed yang dipelihara dalam sistem ini tergantung spesies, produk yang laku dipasaran, dan kekuatan hubungan pedesaan-perkotaan.

2.2 Isu-isu lingkungan

Produksi ternak skala kecil di area pinggiran kota atau perkotaan menghadapi masalah dasar lingkungan yang sama seperti sistem industri (misalnya pembuangan limbah, kontaminasi sumber air). Skala masalah mungkin sama berartinya seperti skala besar, jika unit skala kecil jumlahnya besar terkonsentrasi dalam

suatu area terbatas (sempit). Tambahan pula, kontrol regulasi lingkungan mungkin lemah, dan infrastruktur pengelolaan limbah buruk. Karakteristik lain dari sistem ini adalah bahwa manusia dan ternaknya hidup berdekatan satu dengan yang lain. Ini berisiko hubungannya dengan penyebaran penyakit zoonosis seperti flu burung. Masalah ini lebih buruk dengan standar kontrol kesehatan hewan dan ketiadaan skill (ketrampilan) pengelolaan yang diadaptasikan pada lingkungan perkotaan. Peternakan dapat juga menyebabkan gangguan seperti suara, kotor, penyumbatan sistem pembuangan, kemacetan lalu lintas, dan kerusakan terhadap kepemilikan. Masalah pemeliharaan ternak di perkotaan cenderung lebih besar di dekat pusat kota, seperti diketahui konsentrasi ternak dan manusia tinggi, kemungkinan untuk menggunakan lahan kosong untuk penggembalaan rendah dan jarak dengan lahan pertanian atau padang penggembalaan jauh (Schiere et al., 2006b).

Seperti lingkungan perkotaan, beberapa pemelihara ternak pedesaan, tanpa lahan juga meghadapi masalah kesehatan, yang muncul dari memelihara ternak dekat tempat tinggal manusia dan keterbatasan akses untuk kesehatan ternaknya. Kedekatan dengan lahan pertanian, mengurangi masalah dalam pembuangan pupuk kandang. Tentu saja, pupuk kandang adalah produk yang dapat dijual. Peningkatan jumlah ternak menyebabkan tekanan pada area penggembalaan yang digunakan oleh peternak yang tidak punya lahan dan berkontribusi terhadap degradasi sumber daya tersebut, walaupun area tersebut ukurannya kecil.

2.3 Pola produksi

Pada umumnya, produksi skala kecil, tanpa lahan relatif memiliki pilihan yang terbatas untuk pengembangannya. Tetapi, jumlah penduduk perkotaan miskin masih meluas sebagai hasil masih adanya migrasi di dalam mencari pekerjaan. Seperti adanya keterbatasan pekerjaan yang tersedia dan ketidakamanan,

potensi jumlah yang memasuki pemelihara ternak skala kecil atau pertanian di perkotaan cenderung bertambah. Kedekatan hubungan pedesaan dan perkotaan adalah penting untuk mengatasi kekurangan pakan dan menggunakan kelebihan masing-masing lokasi. Peternak miskin perkotaan umumnya tidak dilayani dengan baik oleh pelayanan kesehatan hewan dan pelayanan lainnya dan di beberapa kota dan kota besar, aktivitas peternakan konflik dengan perundang undangan. Akses ke pasar formal mungkin terbatas dengan isu yang hubungannya dengan kualitas dan kesehatan. Ada pengakuan, pentingnya produksi skala kecil perkotaan dan kebutuhan mengembangkan kebijakan yang tepat untuk meminimalkan efek negatif dan untuk mendukung penghidupan pemelihara ternak.

Peningkatan permintaan produk ternak kelihatannya menawarkan kesempatan bagi beberapa peternak perkotaan atau peri-urban, skala kecil untuk mengintensifkan produksi mereka. Contohnya India, telah berhasil dalam mengintegrasikan peternak kerbau skala kecil, tanpa lahan dan pemelihara sapi kedalam program pengumpulan susu sekitar pusat perkotaan. Contoh lain adalah intensifikasi diluar sistem industri skala besar, ditemukan pada produksi unggas. Sebagai contoh, di Burkina Faso, Laos, Myanmar dan Kamboja, produksi daging unggas meningkat masing-masing 166%, 84%, 1530% dan 106% sejak tahun 1984-2004; yaitu masing-masing 17, 8, 153 dan 17 ribu ton (FAOSTAT). Pertumbuhan in berasal dari sistem intensifikasi skala kecil di peri-urban, dengan perbaikan pakan, genetik dan pengelolaannya. Tetapi mungkin intensifikasi semacam ini tidak kekal. Segera setelah volume permintaan cukup tinggi dan terkonsentrasi, mencapai skala ekonomi besar, penambahan skala terjadi dengan munculnya perusahaan besar. Kasus seperti ini telah diamati di Kamboja.

Di area pedesaan yang padat di Asia, populasi terus meningkat sedang lahan untuk pertanian tidak dapat diperluas lagi. Adanya

keterbatasan, alternatif pilihan penghidupan diluar pertanian, pemeliharaan ternak masih merupakan kegiatan penting untuk masyarakat miskin pedesaan yang tidak punya lahan. Bila ada akses pasar, mungkin ada kesempatan menjalani aktivitas yang lebih berorientasi komersial, seperti usaha sapi perah. Ini terjadi pada kasus gerakan koperasi susu di India, dimana proporsi susu banyak dimasukkan ke pabrik susu, diproduksi oleh peternak kerbau, pedesaan, tanpa lahan atau pemelihara sapi yang berpartisipasi dalam program perbaikan genetik. Tetapi peternak, tanpa lahan menghadapi kendala yang sangat untuk memperbanyak output dari ternaknya, dalam hal penyediaan pakan.

3 Sistem berbasis padang

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 193-195)