• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tren sektor ternak : faktor ekonomi, sosial dan kebijakan

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 145-150)

Ancaman Terhadap Keragaman Genetika Ternak

2 Tren sektor ternak : faktor ekonomi, sosial dan kebijakan

Harapan pada suatu breed tergantung pada besarnya sebaran dan peranannya kini dan di masa datang dalam sistem peternakan. Penurunan pada fungsi ternak tertentu karena tersedianya berbagai alternatif, sering menimbulkan ancaman yang subtansial. Contoh yang jelas adalah breed khusus untuk tenaga kerja terancam oleh ekpansi mekanisasi di bidang pertanian (FAO, 1996); lihat juga laporan India (2004) dan laporan Malaysia (2003). Hal yang sama pada breed yang dikembangkan

untuk produksi wool dan serat terancam oleh ketersediaan bahan-bahan alternatif. Ketersediaan sumber alternatif pada pemupukan atau pelayanan finansial juga menggeser tujuan peternak dan dapat mempengaruhi pilihan mereka pada breed.

Meningkatnya ternak yang dipelihara permintaan akan produk ternak mendorong negara berkembang untuk meningkatkan hasil daging, telur dan susu di pasaran (Delgado et al., 1999). Penggantian breed lokal dengan beberapa breed ternak yang berproduksi tinggi

adalah konsekuensi dari usaha untuk meningkatkan hasil (pada kenyataannya terdapat pengurangan dalam keragaman breed

di banyak breed ternak lintas batas internasional). Perkembangan yang pesat dalam sistem produksi ternak babi dan unggas di suatu wilayah seperti Asia Timur yang keragaman besar pada breed babi asli (indigenous) dan

ayam menjadi suatu kekuatiran. Persilangan

breed dengan hewan luar (exotik) sudah banyak

dipratekkan sebagai suatu cara untuk meningkatkan produksi. Jika ini sering dilakukan secara sembarangan, dapat menjadi ancaman besar pada breed lokal. Persyaratan yang ketat

untuk keseragaman produksi dan kebersihan makanan akan membatasi berbagai jenis produk ternak yang dapat dipasarkan dan juga

membatasi kondisi produksi dimana ternak itu diusahakan (FAO, 2006b). Sebagai contoh laporan dari Zimbabwe (2004) mencatat bahwa sistem pengklasan (grading) karkas sekarang mendiskreditkan ternak berukuran kecil, sehingga menghambat produksi beberapa breed

sapi asli. Tren lain pada sisi permintaan

konsumen yang dapat mengancam breed yang

tidak mensuplai produksi sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Sebagai contoh, konsumen lebih memilih daging yang kurang lemaknya telah mengakibatkan penurunan breed

babi yang mempunyai karkas dengan kandungan lemak tinggi (Tisdell, 2003).

Sistem produksi tidak hanya dipengaruhi oleh permintaan pasar lokal tetapi juga tren pada

tingkat internasional (FAO, 2005a). Globalisasi ekonomi berkontribusi dalam beberapa cara terhadap erosi genetik: adanya dorongan spesialisasi regional sehingga dapat mengakibatkan penurunan breed spesial pada

region tertentu yang berhubungan dengan tipe produksi yang tidak disukai; adanya dorongan

tren ke arah spesialisasi pada produk tunggal di tingkat petani sehingga mengancam breed yang bersifat multiguna; adanya dorongan untuk mengendalikan kapasitas lingkungan produksi, selanjutnya menggunakan kisaran yang breed

sempit; dan adanya fasilitas transfer bahan genetik lintas batas internasional (Tisdell, 2003). Faktor terakhir ini juga mendorong beroperasinya apa yang disebut ”efek dominan Swanson” (Swanson dominance-effect”). Istilah ini menguraikan suatu situasi dimana pilihan yang dilakukan pada awal perkembangan masyarakat sangat mempengaruhi pengembangan akhir di tempat lain. Dalam rangka menghadapi keperluan peningkatan produksi secara cepat maka pilihan breed lintas batas yang telah dilakukan bertahun-tahun dilakukan perbaikan genetik secara intensif dimana dihasilkan bahan genetik yang siap tersedia digunakan terbukti menarik para produser ternak dan pembuat kebijakan di negara-negara berkembang. Bahkan meskipun pengembangan breed lokal dalam jangka

Kotak 15

Rusa kutub Mongolia terancam

Sudah ribuan tahun, rusa kutub menjadi basis matapencaharian dan budaya orang pengembara di Taiga dan Tundras dari Eurasia. Orang Tsataan, atau Dukha di Mongolia, contohnya, untuk transportasi mereka bergantung pada ternaknya – rusa dinaiki dan digunakan sebagai penarik barang dan untuk bahan makan – sebagian besar dalam bentuk susu. Waktu rusa di culling, daging dan kulitnya dan juga setiap bagian tubuhnya dimanfaatkan. Sebagai masyarakat pengembara, berbagai macam faktor mengancam cara hidup tradisional masyarakat Dhuka’s – meliputi menurunnya jumlah rusa yang terjadi selama puluhan tahun terakhir.

Beberapa ancaman terhadap kumpulan rusa kutub sudah diidentifikasi. Area untuk kehidupan populasi liar menurun karena perburuan komersil. Tidak adanya perlombaan perburuan liar, petenak dipaksa untuk memotong ternaknya pada tingkat yang tidak sustainable. Perkembangan ekonomi lainnya seperti pertambangan adalah ancaman berikutnya, karena area merumput dirusak atau pola migrasi diganggu. Penurunan mobilitas peternak yang tinggal dekat dengan kota memberi kelebihan pada layanan pendidikan dan akses ke konsumen barang memberi pengaruh negatif pada nutrisi rusa, karena mereka tidak dapat masuk ke grazing area yang terpencil. Pengetahuan tradisional berhubungan dengan breeding dan peternakan mungkin sudah hilang selama periode kolektif, yang berarti bahwa peternak pribadi baru kurang mengerti pengelolaan rusa dibanding pendahulunya. Dalam waktu yang sama, masalah yang berkaitan dengan kesehatan rusa diperparah dengan menurunnya pelayanan kesehatan hewan oleh pemerintah dan tindakan pengawasan pada predator.

Ada juga usulan yang menyatakan bahwa inbreeding

berkontribusi pada penurunan rusa, dengan meningkatnya kerawanan terhadap penyakit seperti brucellosis. Pada tahun 1962, dan lagi pada akhir tahun 1980, pemerintah Mongolia membawa rusa kutub dari Siberia untuk mengisi lagi kawanan rusa. Sejak akhir era Soviet tidak ada rusa yang masuk lagi seperti sebelumnya. Proposal yang menyarankan untuk impor rusa kutub atau semen rusa kutub, dari Siberia atau tempat yang lebih jauh jaraknya seperti Scandinavia atau Canada, sudah memicu perdebatan. Argumentasi sudah diberikan bahwa perkawinan silang mempunyai potensi untuk

mengembalikan sifat yang menguntungkan yang sudah menurun selama waktu ini, meliputi resistensi terhadap penyakit, produksi susu yang tinggi, dan tubuh yang besar dan ukuran tanduk. Sebaliknya yang lain membantah bahwa introduksi material genetik exotik mungkin tidak sesuai, karena rusa kutub lokal sudah diseleksi untuk kebutuhan lokal, khususnya untuk ditunggangi dan pengangkutan barang. Studi molekuler mengindikasikan bahwa kawanan rusakutub Dhuka’s tidak lagi inbreeding

dibanding dengan banyak populasi rusa yang lain, Penelitian lebih jauh sedang dilakukan oleh berbagai peneliti dari LSM/NGO, dan pemerintah Mongolia untuk mengeksplore/menggali lebih dalam cara pendekatan yang paling baik untuk mengatur sumber daya genetik rusa kutub. Berbagai macam usaha dibuat untuk mengakses kebutuhan kesehatan dari ternak Dhuka dan memberi perawatan kesehatan hewan yang lebih baik. ____________

Saran pada penyiapan teks, kotak ini diberikan oleh Brian Donahoe, Morgan Keay, Kirk Olson and Dan Plumley.

Untuk informasi lebih jauh lihat: Donahoe and Plumley (2001) and 2003); Haag (2004); Owen (2004); Matalon (2004).

panjang dapat memberikan adaptasi ternak lebih baik (ibid). Sesungguhnya, proses yang sama dapat beroperasi untuk mengurangi keragaman dalam breed pada breed ternak lintas batas yang

berproduksi tinggi - contohnya banyaknya penggunaan stok bibit genetik Amerika Utara pada sapi Holstein-Friesian Eropa.

Pada konteks peningkatan perdagangan internasional, sifat dari produksi ternak dan pilihan breed dapat dipengaruhi oleh faktor

seperti tren pasar pada negara pengimpor,

peningkatan persaingan produk impor, fluktuasi harga dari input yang diimpor, dan batasan perdagangan yang berhubungan dengan

tindakan zoosanitary (karantina). Pada peternak skala kecil sering diperlakukan buruk dalam merespon tantangan dan peluang yang dihadapi dengan adanya pengembangan tersebut dan dapat mengakibatkan hilangnya kompetisi dengan pada penghasil skala industri (FAO, 2006). Kerangka kerja legal yang mempengaruhi perdagangan internasional pada ternak dan produk ternak akan dibahas lebih detail pada Bagian 3 – Bab E.

Ancaman akibat dorongan permintaan, terhadap keaneka ragaman genetika ternak bervariasi antar lokasi, yang paling berarti adalah di lokasi dimana akses ke pasar lebih mudah.

Disini peningkatan permintaan dan persaingan adalah dorongan yang paling penting pada transformasi atau marginalisasi/penurunan sistem produksi tradisional. Lokasi yang lebih terpencil (tidak dapat diakses) mungkin kurang terpengaruh oleh ancaman yang berhubungan dengan permintaan pasar. Akan tetapi sistem produksi di wilayah ini, yang sering merupakan tempat sumberdaya genetik spesifik yang teradaptasi, menghadapi ancaman lain. Degradasi dari sumberdaya alam dasar, diperburuk oleh meningkatnya tekanan dari populasi dan tidak adanya metoda yang cocok dan strategi untuk mengurus padang rumput atau kesuburan tanah, dapat mengancam keberlangsungannya (FAO, 1996). Kurangnya hak untuk mengakses lahan padang rumput dan sumber air mengancam strategi perawatan ternak oleh para penggembala (Köhler- Rollefson, 2005). Perubahan iklim juga faktor potensial yang berkontribusi. Penurunan curah hujan diprediksi pengaruhi terutama pada zona semi-arid Afrika, yang berpotensi mempengaruhi mata pencaharian para penggembala di area ini (Hiemstra et al., 2006). Terlepas dari masalah yang berhubungan dengan sumberdaya alam, pembatas yang berhungan dengan produksi (seperti penyakit endemik), pemasaran, ketersediaan dari input eksternal, dan kekurangan infrastruktur penting dan layanan untuk perbaikan breed, semua hal tersebut dapat

menurunkan kalangsungan hidup ekonomi dari sistem produksi tersebut. Migrasi ke daerah perkotaan dalam rangka untuk mencari pekerjaan mungkin menyebabkan hilangnya tenaga kerja dan pengetahuan tradisonal berhubungan dengan pemeliharaan ternak (Daniel, 2000; Farooquee et al., 2004). Pengaruh dari keterbatasn tersebut pada SDGT cenderung menjadi dua ujung: sementara mungkin mereka menghambat keberlanjutan ekonomi, mereka normalnya meningkatkan penyimpanan breed

asli karena merupakan satu-satunya komoditas yang dapat bertahan/berkembang dalam kondisi produksi yang sulit.

Perlu dicatat bahwa kelihatannya perubahan minor dan yang merusak pada praktek produksi dapat membawa pada penurunan breed atau

strain yang teradaptasi pada sistem spesifik. Dýrmundsson (2002) melaporkan bahwa di Iceland, peningkatan produksi hay dan silase selama pertengahan abad ke-20 mengakibatkan penurunan populasi strain “domba utama” yang unik yang mempunyai peran penting selama grazing di musim dingin.

Pembahasan di atas mengindikasikan bahwa peningkatan permintaan dan globalisasi yang lebih besar cenderung berpihak pada sistem produksi industrial dan penggunaan berbagai sumber genetik yang lebih sempit dengan produksi tinggi di bawah sistem produksi tersebut. Sementara proses ini merupakan ancaman pada keragaman SDGT, dia juga berkontribusi besar dalam peningkatan suplai makanan asal ternak dalam menghadapi permintaan yang bertumbuh cepat. Sehingga mungkin dapat dibantah bahwa penurunan dalm keragaman SDGT sepertinya bukan masalah besar. Jelaslah pandangan ini memberi bobot kecil pada potensi ke depan yang menguntungkan yang mungkin akan hilang apabila variasi keragaman genetik yang lebih luas tidak dipelihara. Namun, bahkan dari perspektif jangka pendek, masih mungkin untuk mengidentifikasi sejumlah faktor yang mungkin menyulitkan pilihan breed breed exotik yang

mempunyai produksi tinggi. Faktor tersebut adalah: kekurangan informasi – kurang pengetahuan berkaitan dengan performan relatif dari breed eksotik versus breed lokal

menyebabkan pilihan eksotik breed yang tidak

sesuai; kegagalan pasar: adanya biaya external atau keuntungan yang berhubungan dengan pemeliharaan breed tertentu atau bentuk praktek produksi ternak dalam bentuk tertentu (seperti kerusakan lingkungan dikaitkan dengan sistem produksi industri); perubahan kebijakan yang mempromosikan alokasi sumberdaya pada sektor peternakan yang tidak efisien (FAO, 2002)

Subsisdi pemerintah yang tersembunyi seringkali mendorong majunya perkembangan

Kotak16

Penyimpangan kebijakan yang mempengaruhi erosi sumberdaya genetik babi di Vietnam

Ada sekitar 25 breed babi di Vietnam –15 breed lokal dan 10 eksotik. Breed exotik diimpor untuk memperbaiki performan dari breed lokal melalui perkawinan silang. Dari perkiraan 21,5 juta babi di Viet Nam, sekitar 28 persen breed lokal, 16% breed impor, dan 56% berbagai

macam persilangan. Di antara breed lokal, tiga breed

secara teknis dianggap punah, empat diklasifikasikan sebagai kritis-penurunan, dua sebagai terancam punah- penurunan, dan empat sebagai rentan- penurunan / kemunduran (laporan dari Vietnam, 2003). Pada tahun 1994, breed lokal terdiri dari sekitar 72 % dari populasi babi yang ada di utara Vietnam. Pada tahun 1997 komposisi ini menurun menjadi 42 %. Penurunan breed

lokal ini disebabkan oleh tekanan pasar dan

penyimpangan kebijakan pemerintah pada keuntungan relatif dari produksi yang menggunakan breed lokal atau

breed impor.

Pemerintah mengakui pentingnya untuk

memelihara/mempertahankan breed lokal supaya dapat melestarikan keragaman genetik dan memberikan materi untuk program pekawinan silang. Dukungan dan kredit diberikan pada stasiun breeding, organisasi dan individu

yang memelihara breed lokal (ACI/ASPS, 2002). Akan tetapi, tingkat dukungannya rendah untuk breed lokal bila dibandingkan insentif yang diberikan pada peternak babi

breed exotik yang berorientasi pada ekspor.

Breeding program ternak dari Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (Ministry of Agriculture and Rural Development/MARD) dicocokan ke arah kepastian suplai breed kualitas bagus untuk produksi domestik dan

juga untuk diekspor. Pada akhirnya, dua breeding farm yang dimiliki oleh pemerintah disubsisdi untuk memberi

breed eksotik dan persilangannya untuk dijual kepada produsen babi komersil (Drucker et al., 2006). Sejumlah perjanjian/aturan yang sudah dikeluarkan oleh MARD juga lebih berpihak pada peternakan babi yang berorientasi ekspor. Tindakan ini termasuk lebih disukainya untuk penanaman modal insentif dari Export Support Fund; pinjaman dari Development Assistance Fund mencapai 90 % nilai investasi kapital untuk projek yang termasuk di dalamnya pembagunan produksi babi untuk ekspor; dan insentif dari VND (Viet Nam Dong) 280 (US$0.02) per US$1 nilai ekspor induk babi menyusui, dan VND900 (US$0.06) per US$1 nilai ekspor daging babi (ACI, ASPS, 2002a,b).

Studi terakhir (Drucker et al., 2006) didasarkan pada

studi kasus di propinsi Son La dan interview/wawancara dengan informan kunci pada tingkat pemerintah lokal dan nasional dikaji tentang arti dari subsidi pemerintah untuk

breed babi berkualitas tinggi. Total subsidi diperkirakan sekitar US$31/induk/year (VND460 000/induk/year). Sebelas tipe subsidi yang teridentifikasi adalah: lebih dari setengah dari total (54%) datang dari subsidi langsung untuk memelihara breeding stock. Sumber lain yang

berarti termasuk subsidi langsung untuk membeli breeding

stock (sumbangan pemerntah dari nasional dan provinsi) (17%); Subsidi pinjaman untuk membeli babi dan infrastruktur peternakan (16%); dan subsidi untuk pelayanan IB (9%). Diperkirakan bahwa

subsidi/induk/tahun mungkin terdapat antara 19% dan 70% dari keuntungan kotor.

___________

Diberikan oleh Achilles Costales.

Untuk informasi lebih jauh lihat: ACI/ASPS (2002); Drucker et al. (2006).

sistem industrial dengan mengorbankan produsen skala kecil. Di beberapa negara, keputusan kebijakan sektor peternakan sangat kuat dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan ekspor produk peternakan (lihat Kotak 16). Subsisdi ini dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk grant (pemberian bantuan tanpa pengembalian) dan pinjaman untuk modal investasi), subsidi input seperti bahan pakan impor, pemeberian layanan dalam bentuk gratis atau subsidi (contohnya IB), dukungan harga untuk produk ternak (Drucker et al., 2006).

Lebih luas lagi, kesadaran akan arti pelestarian dan keberlanjutannya penggunaan SDGT sering hanya terbatas pada tingkat

kebijakan (lihat Bagian 3 – Bab A). Kelemahan ini berkontribusi pada keadaan saat ini dimana tidak cukup dilakukan karakterisasi lokal, dan kurangnya pertimbangan dari SDGT dalam semua keputusan kebijakan. Lebih jauh, investasi di sektor umum dalam pembangunan SDGT makin menurun. Terdapat peningkatan penekanan pada bioteknologi dan perhatian kurang diberikan pada kegiatan perbaikan breed

secara lebih menyeluruh yang meliputi rancangan program breeding, pemantapan dan

dukungan skema pencatatan ternak, percobaan dari SDGT alternatif, dan keterlibatan peternak lokal dan breed tradisional (FAO, 2004c). Sebagai hasilnya bahwa perkembangan

Kotak 17

Breed sapi perah yang mana untuk peternak kecil di negara tropis?

Pengembangan sapi perah peternak kecil di Kenya mempromosikan/memajukan penggunaan sapi perah exotik. Studi terakhir menunjukkan bahwa ternak tersebut mempunyai potensi produksi susu yang lebih tinggi dibanding yang dari negara iklim tropis dan sumber pakannya cukup tersedia untuk mendukung produksinya.

Model nutrisi dan keseimbangan energi breed sapi persilangan Friesians dan Zebu pada unit

penggembalaan nol menunjukkan produksi susunya di atas 18 liter tidak dapat didukung oleh kepadatan energi dari sumber pakan yang tersedia. Peningkatan kualitas pakan dapat meningkatkan produksi di atas 22 liter, tetapi akan menghasilkan lebih banyak panas dibanding yang hilang (dissipate), meskipun di daerah dingin di dataran tinggi. Sehingga nafsu makannya menurun dan dia akan mengambil energi dari persediaan dalam badannya untuk mendukung produksi yang tinggi. Di daerah pantai, nutrisi pakannya jelek dan sapi hanya berproduksi 11 liter perhari menderita terus menerus, pada musim panas mengalami stress menengah/moderat. Untuk menghindari pengaruh jelek ini, produksi harian sebaiknya tidak melebihi 20 liter di dataran tinggi dan 14 liter di daerah pantai, dengan produksi maksimal tahunan secara berurutan 4.500 dan 3.000 liter.

Kekurangan dari produksi yang melebihi batasan tersebut tidak kelihatan pada awal laktasi, pada waktu induk dengan produksi harian 35 liter misalnya,

mempunyai biaya langsung per liter terendah, dan jumlah tersebut cukup untuk dijual, konsumsi sendiri dan biaya buruh keluarga. Akan tetapi, penurunan yang sangat tajam pada laktasi menunjukkan adanya

defisit/kekurangan energi, yang menyebabkan infertilitas dan jarak beranak yang lebih panjang menjadi 460 hari.

Akibat dari reproduksi yang jelek adalah menurunnya penjualan culling dan kegagalan perkawinan dara untuk pengganti induk, lama produktivitas hidupnya akan diperpendek kurang dari 4 tahun oleh karena stress dan kurang nutrisi. Sebagai hasilnya adalah total biaya yang tinggi per liter dan penurunan ukuran kelompok. Defisit energi yang dihadapi oleh produksi tinggi sapi Friesians menjelaskan mengapa rataan produksi susu tahunan di peternak kecil pada kondisi zero-grazing (tanpa digembalakan) hanya 1.500 liter di dataran tinggi dan hanya 1.000 liter di pantai, tingkat penggantian dara yang meninggalkan kelompoknya untuk dikawinkan setiap 2 tahun.

Produksi susu tahunan breed Friesian tidak lebih

bagus dibanding dengan sapi perah Boran, Nandi dan Jiddu dengan kondisi manajemen yang diperbaiki 50 tahun yang lalu, dimana fertilitasnya dan umur panjangnya termasuk jelek. Penampilan sapi asli digambarkan dalam study sapi Zebu persilangan. Sapi ini mempunyai produksi susu tahunan 1.570 liter dengan maksimum produksi harian 11 liter dengan biaya langsung yang tinggi, tetapi kerugian ini tertutupi oleh kelahiran 2 anak betina dengan interval 317 hari, sehingga memberikan total biaya terendah tiap liter. Contoh ini menunjukkan bahwa sistem dengan output rendah, produktivitas induk harus diarahkan seefisien mungkin dengan menggunakan input rendah, peningkatan hidup kelompok/herd dan jumlah anak, dengan kurang menekankan pada produksi maksimum susu harian.

___________

Diberikan oleh John Michael King.

Untuk informasi lebih jauh lihat : King et al., (2006).

SDGT ditinggal oleh sektor komersial, karena berfokus pada (utamanya di daerah temperate)

breed lintas batas internasional. Ada juga

keprihatinan bahwa bila penelitian sektor publik difokuskan lebih berat pada bioteknologi yang mahal, hal ini mungkin mengurangi ketersediaan sumberdaya untuk penelitian ke dalam aspek yang lebih luas dari pengelolaan SDGT.

Pada skala internasioanl, kerangka kerja peraturan untuk SDGT meliputi pertukaran, akses dan pembagian keuntungan (Access and Benefit Sharing = ABS) munculnya relatif lambat dibandingkan dengan perkembangan dalam sektor tanaman (lihat Bagian3 – Bab E:1 untuk diskusi dari kerangka kerja utama internasional

yang mempengaruhi SDGT). Pilihan kebijakan semakin banyak didiskusikan (Hiemstra et al.,2006). Jelas bahwa ada potensi untuk

mengembangkan bidang ini yang memberi dampak pada penggunaan sumberdaya genetik tertentu, atau berdampak pada keberlanjutan sistem produksi ternak tertentu, akan tetapi hanya sedikit telihat bukti nyata tentang bagaimana kerangka perubahan regulasi dapat meningkatkan atau menghilangkan ancaman terhadap keragaman SDGT.

Ancaman yang disebutkan di atas oleh perkawinan silang yang tidak pandang bulu, dapat juga diperburuk oleh tindakan kebijakan. Keamanan makanan pada tingkat nasional

adalah faktor merupakan pendorong yang kuat untuk kebijakan pengembangan peternakan di negara berkembang. Keinginan untuk mencapai kemajuan yang cepat berarti bahwa penggunaan material genetik dari breed exotik yang berproduksi tinggi sering lebih disukai. Kebijakan yang mendorong penggunaan IB juga meningkatkan tingkat penggunaan plasmah nutfah breed exotik germplasm yang dapat disebarkan. Faktor yang memperburuk dapat berupa promosi plasma nutfah exotik oleh perusahaan breeding dari negara berkembang; dalam beberapa kasus hal tersebut didukung oleh agen-agen pengembangan yang mempromosikan penggunaan produk nasionalnya (Rege and Gibson, 2003). Dengan tidak adanya ukuran untuk memastikan bahwa penggunaan materi genetik exotik telah direncanakan dengan baik, maka dampaknya pada breed lokal dapat menjadi serius.

Selanjutnya perkawinan silang yang tidak pandang bulu dengan ternak yang tidak beradaptasi dengan lingkungan lokal mungkin tidak dapat mencapai apa yang diinginkan seperti peningkatan produksi, dan mungkin meninggalkan produsen skala kecil dalam posisi yang lebih rentan (contohnya dalam hubunganya dengan masalah kesehatan ternak). Problem kesehatan tersebut secara ringkas diuraikan dalam laporan dari Botswana (2003):

”Seksi breeding ternak dariDAHP [Department of Animal Health and Production]

memfasilitasi impor semen sapi untuk peternak yang menginginkan IB. Semennya juga disubsidi untuk membantu usaha

peternak meningkatkan materi genetik dengan breed yang tumbuh cepat. Tidak ada

monitoring yang dilakukan dalam hal bagaimana turunannya (progeny), dari pejantan IB berpenampilan dalam hal

ketahanan hidupnya dan tingkat pertumbuhan dalam sistem produksi kelompok. Impor semen dan pejantan hidup menghasilkan perkawinan silang yang tidak terkontrol dari sapi potong dan sebagai hasilnya sapi asli Tswana terancam”

Seperti dicatat di atas, mata pencaharian dari para penggembala ternak di daerah agak kering mengalami banyak gangguan, yang pada gilirannya mengancam breed ternak yang digembala. Masalah ini sering diperparah oleh tindakan kebijakan. Akses ke sumberdaya padang rumput adalah isu kunci. Produksi tanaman pertanian, taman kehidupan liar (wildlife park), dan penggalian tambang sering mempengaruhi keputusan kebijakan tentang penggunaan lahan (FAO, 2001a). Pembangunan seperti ini menghambat strategi penggembalaan tradisional, yang memungkinkan para gembala menggunakan secara efektif vegetasi pada padang gembalaan. Pengembangan air yang

Dalam dokumen status dunia trkini Sumber Daya Genetik (Halaman 145-150)