• Tidak ada hasil yang ditemukan

RASA MALU, RASA BERSALAH, PENUDUHAN

Dalam dokumen Tak kenal Menyerah (JOHN BEVERE) (Halaman 110-114)

ADA SIAPA DI BALIK MASALAH KITA

RASA MALU, RASA BERSALAH, PENUDUHAN

Jika Anda menyaring rasa malu, rasa bersalah, dan penuduhan dengan Yohanes 10:10, tak ayal hal itu termasuk dalam kategori berasal dari si pencuri, bukan dari Allah.

Namun, agar kita yakin sepenuhnya, mari kita menyelidikinya dengan lebih dalam. Pemazmur menulis, “Pujilah (dengan segenap hati, dengan penuh rasa syukur) TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan [satu pun dari] segala kebaikan-­Nya! Dia yang mengampuni segala [tiap-­tiap] kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu” (Mazmur 103:2-­3, AMP).

Pikirkanlah orang yang paling Anda percayai yang Anda kenal. Apakah itu pasangan Anda, salah satu orangtua atau kakek atau nenek Anda, atau dokter Anda? Orang ini tidak pernah menipu atau membohongi Anda. Saya berharap Anda memiliki orang seperti ini dahulu atau saat ini. Bayangkan orang ini menjanjikan hal-­hal yang baru saja Anda baca. Bukan hanya itu, ia juga memiliki kemampuan untuk memenuhinya.

Nah, gambarkanlah begini: Allah itu jauh lebih layak dipercaya daripada orang yang baru saja Anda pikirkan. Dia memerintahkan kita untuk tidak melupakan satu pun dari segala kebaikan-­Nya. Tidak satu pun. Dan kebaikan pertama-­Nya adalah Dia sudah mengampuni tiap-­ tiap kesalahan Anda. Menakjubkan! Sungguh suatu kebaikan, rahmat, dan kasih yang luar biasa! Jika Anda belum melakukannya, ingatlah baik-­baik hal ini sekarang: Anda sudah diampuni di dalam Kristus Yesus. Tidak ada dosa yang Anda lakukan yang tidak dihapuskan oleh darah-­Nya yang tercurah. Maka, jika rasa malu, rasa bersalah, atau penuduhan muncul dalam jiwa Anda atas sesuatu yang Anda pikirkan, Anda katakan, atau Anda lakukan pada masa lalu Anda dan Anda sudah meminta pengampunan Allah, jelaslah bahwa bukan Allah yang berada di balik perasaan yang mengerikan itu. Dengarkanlah perkataan tegas Paulus dalam hal ini:

Siapakah yang akan menggugat kita orang-­orang pilihan Allah? Allah? Tidak! Dia malah membenarkan kita. Siapakah yang akan menghukum kita? Kristus Yesus? Tidak! Dia telah mati bagi kita, dan bahkan lebih lagi: Dia telah bangkit, juga duduk di sebelah kanan Allah, dan malah menjadi Pembela bagi kita! (Roma 8:33-­34, NLT)

Hal itu dinyatakan dengan sangat tegas. “Siapakah yang akan menggugat kita... Allah? Tidak! ... Siapakah yang akan menghukum kita? Kristus Yesus? Tidak!” Pikirkanlah: Allah mengutus Yesus Kristus untuk mati bagi Anda ketika Anda masih menjadi musuh-­Nya. Yesus bersedia melakukannya, dan Roh Kudus membuatnya terjadi. Kenapa Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus sekarang harus menuduh dan mempermalukan atau menanggungkan rasa bersalah pada Anda ketika Anda bukan lagi seorang musuh, melainkan salah seorang anak Allah? Dan mengapa Dia harus menghukum Anda, padahal Dia sudah menanggungkan hukuman itu Anak domba yang dikorbankan-­Nya? Apakah korban Yesus tidak cukup baik? Apakah korban-­Nya tidak bersifat kekal?

Penulis kitab Ibrani meneguhkan pada kita,

Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-­Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-­perbuatan yang sia-­sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (Ibrani 9:14)

Darah Kristus bukan hanya menghancurkan dosa kita di hadapan Allah, tetapi juga menyucikan hati nurani kita dari penuduhan, rasa bersalah, dan rasa malu akibat dosa. Maka, jika Anda hidup bagi Dia dan berusaha untuk menaati keinginan-­Nya, namun masih dihantui oleh pemikiran dan perasaan ini, hal itu bersumber dari musuh dalam upayanya menjatuhkan Anda. Anda perlu menghadapi sumber itu dengan gigih. Bagaimana caranya? Persis seperti cara Yesus menghadapi musuh yang mencobai-­Nya di padang gurun: dengan Firman Allah!

6D\DDNDQPHPEDKDVQ\DVHFDUDOHELKVSHVLÀNGDODPEDEVHODQMXWQ\D

Tetapi jika, dan saya sungguh-­sungguh memaksudkan jika, Anda hidup dalam ketidaktaatan kepada Allah, maka hati nurani Anda sendiri yang akan menuduh Anda. Yohanes menulis, “Kita tahu, bahwa kalau kita disalahkan oleh hati kita, pengetahuan Allah lebih besar dari pengetahuan hati kita, dan bahwa Ia tahu segala-­galanya. Jadi, Saudara-­saudaraku yang tercinta, kalau hati kita tidak menyalahkan kita, kita dapat menghadap Allah dengan keberanian” (1 Yohanes 3:20-­ 21, BIS). Kata menyalahkan dalam ayat ini bukan berarti “menjatuhkan

KXNXPDQWHUWHQWXµ\DQJPHPDQJELVDEHUDUWLEHJLWX1DPXQGHÀQLVL

kata bahasa Yunani kataginosko adalah “menuding, menunjukkan kesalahan, atau mempersalahkan.”

Hati kita menjaga dan melindungi kita agar tidak keluar dari persekutuan dengan Allah. Jika kita berada dalam keadaan ini dan tidak mengalami kemajuan, Roh Kudus akan menegur kita seperti bapa yang penuh kasih: “Anak-­Ku, perhatikanlah baik-­baik ajaran Tuhan, dan janganlah berkecil hati kalau Ia memarahimu” (Ibrani 12:5, BIS). Dia memperbaiki kesalahan kita untuk memulihkan persekutuan kita dengan Dia dan menjadikan kita makin serupa dengan Dia—bukan dengan maksud mencuri, membunuh, atau menghancurkan kita.

Ingatlah selalu bahwa penuduhan dan perbaikan kesalahan itu sama-­sama menimbulkan perasaan tidak enak—hal itu menyakitkan! “Memang tiap-­tiap ganjaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita” (Ibrani 12:11). Akan tetapi, ada perbedaan besar di antara keduanya. Penuduhan tidak menyediakan jalan keluar bagi Anda;; hanya membuat rasa malu dan rasa bersalah terus-­menerus menghantui Anda. Perbaikan kesalahan memberi Anda jalan keluar: namanya pertobatan.

Pada dasarnya, jika hati Anda tahu bahwa Anda tidak taat, maka Allah mengetahuinya juga karena Dia lebih besar dari hati Anda. Jangan memperpanjang masalah dengan Dia;; langsunglah bertobat atas ketidaktaatan Anda dan akuilah kepada-­Nya. Dia akan mengampuni Anda. Sesederhana itu.

Yohanes menulis, “Anak-­anakku! Saya menulis ini kepada kalian supaya kalian jangan berbuat dosa. Tetapi kalau ada yang berbuat dosa, maka kita mempunyai seorang pembela, yaitu Yesus Kristus yang adil itu;; Ia akan memohon untuk kita di hadapan Bapa” (1 Yohanes 2:1, BIS).

Perhatikan bahwa Yohanes tidak berkata “ketika kamu berbuat dosa.” Bukan, maksudnya adalah agar Anda tidak berbuat dosa. Kesadaran akan dosa akan menggelincirkan Anda kembali ke dalam dosa, tetapi kesadaran akan kebenaran kita di hadapan Allah akan menjadikan Anda kuat untuk melawan dosa. Kesadaran ini akan menolong Anda mengingat bahwa kuasa dosa telah dihancurkan di dalam hidup Anda dan bahwa anugerah telah disediakan bagi Anda agar dapat hidup sepenuhnya bebas dari dosa secara lahir dan batin. “Sebab dosa tidak akan berkuasa lagi atas kamu,” kata Paulus, “karena kamu... di bawah anugerah” (Roma 6:14).

Jadi, tujuannya adalah agar kita tidak berbuat dosa. Anugerah Allah memampukan kita untuk mencapai tujuan itu. Tetapi kalau (dan sekali lagi saya menekankan: kalau) kita berbuat dosa, kita dapat langsung menanganinya dan memercayai janji Firman Allah: “Jika kita mengaku

dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Setia berarti Dia akan mengampuni setiap saat, tidak peduli berapa kali pun Anda melakukan pelanggaran. Adil berarti Dia akan melakukannya tidak peduli siapa pun Anda atau apa yang sudah Anda lakukan. Maka, ketika Dia menyucikan Anda dari segala kejahatan, yang berarti kejahatan apa saja, maka Anda suci di hadapan Dia, seolah-­olah Anda tidak pernah berdoa. Darah Yesus membuang dosa sejauh timur dari barat!

Salah satu hambatan terbesar bagi orang percaya untuk memerintah di dalam hidup ini adalah kesadaran akan dosa. Jika kita terus melawan rasa malu, rasa bersalah, atau penuduhan atas dosa yang sudah kita tinggalkan dan kita akui di hadapan Allah, hal itu akan melemahkan kita. Saya sudah melihat sekian banyak orang meninggalkan iman mereka akibat rasa bersalah atau rasa malu dari musuh, bukan dari Allah, yang terus menghantui mereka. Mereka merasa mereka sudah berdosa terlalu banyak, atau mereka sudah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni. Meskipun Allah tidak menuduh mereka, Iblis memakai pikiran mereka yang tidak diperbarui untuk menjerumuskan mereka ke dalam rasa bersalah, rasa malu, dan keputusasaan yang semakin parah. Jadi, mereka hanya akan meninggalkan iman atau mereka bertahan dengan iman yang tidak mendatangkan buah dan dikerumuni perasaan bersalah. Alih-­alih memerintah dalam hidup ini, mereka diperintah oleh kehidupan.

Tanamkanlah dalam hati Anda saat ini juga: jika Anda berbuat dosa, tetapi sudah bertobat dengan sungguh-­sungguh dan mengakuinya kepada Tuhan, Anda berdiri di hadapan Allah seakan-­akan Anda tidak pernah melakukan dosa itu lagi. Oleh anugerah-­Nya yang menakjubkan, Dia menjadikannya begitu sederhana. Anda dapat memercayainya!

Sangat pentinglah kita menambahkan catatan ini. Jika Anda benar-­ benar anak Allah, Anda rindu untuk menyenangkan hati-­Nya melebihi apa pun, karena benih-­Nya ada di dalam diri Anda. Tetapi orang yang dengan sengaja terus hidup dalam ketidaktaatan tidak sungguh-­ sungguh lahir dari Allah. Jika Anda mencari surat izin untuk berbuat dosa, Anda berada di wilayah yang sangat berbahaya dan menyesatkan. Terus terang saja, Anda tidak sungguh-­sungguh diselamatkan. Alkitab menegaskannya: “Setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.... barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis” (1 Yohanes 3:6-­8).

Dalam dokumen Tak kenal Menyerah (JOHN BEVERE) (Halaman 110-114)