• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandidat Doktor Administrasi Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK: Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami kepemimpinan kepala sekolah yang pantas dikembangkan dalam menghadapi di era society 5.0; mempersiapkan diri seorang kepala sekolah dalam jabatannya sebagai seorang pemimimpin dalam mempersiapkan diri pada era Society 5.0; dan memiliki kompetensi strategi dalam meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam mempersiapkan era society 5.0. Makalah ini dilakukan dengan metode literatur dimana data dan segala informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pembuatan makalah ditelaah kemudian diambil sesuai dengan topik yanng dibahas.

Dari hasil telaah tersebut penulis menyimpulkan bahwa (1) Gaya kepemimpinan untuk era society 5.0 adalah semua gaya kepemimpinan yaitu servant leadership, transactional leadership, emotional leadership dan transformastional leadership yang mau berubah untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi (jaman); (2) Kepala sekolah harus mampu mengembangkan diri serta megikuti perkembangan zaman dalam hal ini adalah society 5.0 salah satuya adalah mampu memanfaatkan berbagai macam informasi yang melimpah dengan alat digital, dan (3) kepala sekolah mampu menggerakan guru dan tenaga kependidikan tugas dan kewenangannya sebagai seorang pemimpin dengan strategi yang dimilikinya.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Society 5.0

sekali. Studi ini membandingkan kemampuan matematika, membaca, dan kinerja sains dari tiap anak. Untuk kategori kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 6 dari bawah alias peringkat 74. Skor rata-rata Indonesia adalah 371, berada di bawah Panama yang memiliki skor rata-rata 377. Lantas, untuk kategori matematika, Indonesia berada di peringkat 7 dari bawah (73) dengan skor rata- rata 379. Indonesia berada di atas Arab Saudi yang memiliki skor rata-rata 373. Kemudian untuk peringkat satu, masih diduduki China dengan skor rata-rata 591. Sedangkan peringkat pertama diduduki oleh China dengan skor rata- rata 555. Posisi kedua ditempati oleh Singapura dengan skor rata-rata 549 dan Makau, China peringkat tiga dengan skor rata-rata 525.

Sementara Finlandia yang kerap dijadikan percontohan sistem pendidikan, berada di peringkat 7 dengan skor rata-rata 520.

Kemudian disisi lain, awal Januari 2019 (Republika.co.id, 2019) telah beredar gagasan baru yang muncul dari peradaban Jepang yaitu society 5.0. Gagasan tersebut disampaikan pada Forum Ekonomi Dunia 2019 di Davos, Swiss. Society 5.0 yang merupakan respon atas revolusi Industri 4.0 sebagai keberartian dari perkembangan teknologi, tetapi peran masyarakat sangat menjadi pertimbangan atas terjadinya revolusi industri 4.0.

Society 5.0 menawarkan masyarakat yang berpusat pada manusia yang membuat seimbang antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat menghubungkan antara dunia maya dan dunia nyata. Peran seorang kepala sekolah sangat penting keberadaannya bagaimana mereka untuk bisa memberikan argumentasi- argumentasi yang tepat dalam pemakaian device teknologi untuk memecahkan masalah tersebut yang mampu diterapkan oleh guru-guru dalam menyelesaikan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas mereka, membuat strategi-strategi yang menarik yang dapat diterapkan kepada guru-guru serta tenaga kependidikan dan siswanya di sekolah. Sistem pelaporan, penilaian, evaluasi dan lainnya dilakukan secara digital, dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Hanya dalam hal ini, untuk pelaksanaan proses pembelajaran tetap dilaksanakan secara

langsung dengan bimbingan guru menggunakan teknologi yang dimiliki dan mungkin beberapa pertemuan bisa dilakukan melalui jarak jauh (online). Guru tidak bisa tergantikan oleh teknologi secanggih apa pun.

Bagamaina caranya kepala sekolah dalam menghadapi tantangan society 5.0 di depan? Hal ini merupakan tanggung jawab kita semua dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan, sehingga lulusan mempunyai daya saing yang kuat dalam meghadapi era tersebut, tidak ketinggal oleh negara-negara yang sudah terlebih dahulu memimpin. Bila mempunyai sumber daya manusia yang ideal, bangsa ini tidak akan ketinggalan dalam kemajuan teknologi dan tidak akan menjadi mangsa bagi negara-negara yang sudah maju. Seorang kepala sekolah yang kreatif dan inovatif akan mampu menjawab semua tantangan-tantangan didepan melalui sumber daya yang dimilikinya untuk dimanfaatkan dalam rangka menghadapi era tersebut.

TEORI KEPEMIMPINAN 1. Siapa Pemimpin Itu?

Berbicara tentang kepemimpinan sebenarnya telah memancing kesenangan tersendiri dan minat sejak dahulu. Ketika orang berpikir tentang kepemimpinan, bayangan muncul di benak individu-individu dinamis adalah sesuatu yang kuat yang memimpin pasukan dan kemudian memenangkan sebuah pertempuran, membentuk sejarah bangsa-bangsa atau kekuatan sebuah organisasi pemerintah maupun swasta.

Terdapat beberapa alasan, kenapa pemimpin itu penting yaitu:

a. Keberhasilan karier individu dan nasib organisasi ditentukan oleh keefektifan perilaku pemimpin. Kepemimpinan dianggap penting untuk keberhasilan, dan beberapa peneliti berpendapat bahwa itu adalah unsur yang paling penting.

b. Chief Executive Officers (CEOs) memahami bahwa mereka tidak dapat menjalankan organisasi sendiri; rahasianya adalah menumbuhkan mentalitas kepemimpinan di seluruh organisasi.

Tidak ada definisi kepemimpinan yang universal karena kepemimpinan itu kompleks,

dan karena kepemimpinan dipelajari dengan cara berbeda yang memerlukan definisi yang berbeda. Menurut Lusier (2010) kepemimpinan adalah proses yang mempengaruhi pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi melalui perubahan. Lusier ini menitik beratkan pada perubahannya. Hal ini dimaksudkan bahwa pemimpin harus mampu mengikuti perubahan yang berada di lingkungannya.

Sementara menurut Klingborg (2006) bahwa konsep kepemimpinan modern adalah berbeda dengan definisi kepemimpinan tradisional yang menitik beratkan pada seorang pemimpin yang berkarismatik. Menurutnya, istilah kepemimpinan telah berevolusi sehingga karakteristik pemimpin yang lebih baru ke arah pembangun tim, memiliki pemikiran kreatif dan keterampilan strategis, menunjukkan kejujuran dan integritas, dan memiliki kemampuan untuk memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bertindak.

Pemimpin yang efektif tidak hanya dilahirkan atau diciptakan, mereka dilahirkan dengan kemampuan kepemimpinan dan kemudian mengembangkannya. Jadi kemampuan kepemimpinan alami sebenarnya menawarkan keuntungan. Tetapi, setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, dan kemampuan keterampilan kepemimpinan dapat dikembangkan. Jika keterampilan kepemimpinan tidak dapat dikembangkan, atau pemimpin tidak diciptakan, pemerintah atau perusahaan besar tidak akan menghabiskan jutaan dolar untuk melaksanakan berbagai peltihan dan pengembangan kepemimpinan setiap tahunnya. tentang pelatihan kepemimpinan setiap tahun.

2. Ciri-Ciri Dan Etika Kepemimpinan

Teori sifat dari kepemimpinan adalah dasar teori untuk studi kepemimpinan dan berusaha mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki para pemimpin yang efektif (Lusier, 2010).

Peneliti sifat kepemimpinan memeriksa kepribadian, kemampuan fisik, dan karakteristik sosial dan yang terkait dengan pekerjaan.

Mengapa sebagian orang bersikap ramah dan pemalu, keras dan pendiam, hangat dan dingin, agresif dan pasif? Sifat-sifat perilaku tersebut adalah sifat-sifat individu. Ciri-ciri

membedakan karakteristik pribadi satu dengan yang lainnya. Kepribadian adalah kombinasi dari sifat-sifat yang mengklasifikasikan perilaku seseorang. Kepribadian juga memengaruhi keputusan yang kita buat. Memahami kepribadian orang penting karena kepribadian memengaruhi perilaku serta persepsi dan sikap.

Mengenal kepribadian membantu dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku dan kinerja pekerjaan orang lain. Sebagai contoh sederhana, jika kita mengetahui seseorang merasa ingin tahu terhadap sesuatu, dia tentunya orang yang tidak pemalu dan cenderung untuk selalu bertanya. Kita juga akan memprediksi bahwa dia akan selalu bertanya dan tidak merasa malu bila ada sesuatu yang harus dia tanyakan kepada orang lain walau pun yang dia hadapi adalah orang yang baru. Kepribadian yang ada pada diri kita merupakan faktor keturunan yang terbawa sejak lahir dari ibu bapak kita. Selain itu, kepribadian bisa terbentuk dari hasil kebersamaan kita dengan lingkungan keluarga, teman, sosial, sekolah, pekerjaan dan lain-lain yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi.

Sementara, etika sangat penting sehingga beberapa organisasi besar memiliki petugas etika yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menerapkan kode etik.

Etika adalah standar benar dan salah yang memengaruhi perilaku. Perilaku yang benar dianggap etis, dan perilaku yang salah dianggap tidak etis. Etika bisnis, dan kode etik, membimbing dan membatasi perilaku bisnis sehari-hari.

3. Motivasi dan Perilaku Kepemimpinan Keberhasilan karier dan organisasi individu didasarkan pada seberapa efektif perilaku para pemimpin. Definisi kepemimpinan menekankan pentingnya memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi melalui perubahan (Lusier, 2010). Meskipun menurut para ahli teori perilaku berfokus pada perilaku, penting untuk menyadari bahwa perilaku para pemimpin didasarkan pada sifat dan keterampilan mereka.

Sifat dan sikap kepemimpinan secara langsung memengaruhi perilaku dan hubungannya dengan staf. Sifat prilaku pemimpin menjadi sebuah contoh untuk dapat diturut oleh bawahannya

atau menjadi figur yang baik bagi bawahannya.

Staf atau bawahan tidak akan mencari contoh yang jauh kecuali terhadap atasannya langsung.

Sehingga di sini seorang pemimpin tidak akan terlalu banyak mengeluarkan energi untuk memberikan pembinaan perilaku bagi bawahannya.

Sementara, motivasi menurut Lusier (2010) adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perilaku dalam mengejar hasil tertentu. Motivasi adalah pencarian untuk keuntungan pribadi. Jadi mengapa kita sering melakukan hal-hal yang kita lakukan? Karena kita cenderung berusaha untuk memuaskan kepentingan diri kita sendiri.

Pengejaran kebahagiaan dan kepuasan merupakan dasar motivasi. Meskipun ada pengecualian, ada dukungan untuk keyakinan bahwa membuat karyawan lebih bahagia dan sehat meningkatkan upaya, kontribusi, dan produktivitas mereka, dan bahwa kepuasan mengarah pada perilaku orang-orang pada organisasi yang lebih baik dan mampu melampaui tugas dan kewajiban. Pegawai yang puas dapat memiliki dampak positif pada pelayanan pelanggan yang akan berakibat pada kinerja organisasi.

4. Tipe-Tipe Kepemimpinan Dalam Pendidikan

Ada empat gaya kepemimpinan utama yang dikenal di lingkungan pendidikan (Lynch, 2018). Sementara masing-masing gaya ini memiliki poin bagus, terdapat variasi luas, dan pada kenyataannya, kepemimpinan transformasional benar-benar merupakan penggabungan dari atribut terbaik dari tiga lainnya. Mari kita telusuri bagaimana kepemimpinan yang melayani, kepemimpinan transaksional, dan kepemimpinan emosional dibandingkan dengan kepemimpinan transformasional.

a. Servant Leadership

Kepemimpinan Pelayan mengambil fokus dari tujuan akhir ke orang-orang yang dipimpin. Tidak ada kepentingan pribadi di pihak pemimpin, yang mundur dan hanya mendukung kepentingan para pengikut.

Bimbingan, pemberdayaan, dan budaya kepercayaan adalah ciri khas gaya

kepemimpinan ini. Seorang pemimpin pelayan menaruh kepercayaan penuh pada proses dan pengikutnya, dengan asumsi bahwa mereka yang ada di dalam organisasi akan selaras dengan tujuannya.

Masalah utama dengan kepemimpinan pelayan adalah bahwa hal itu tidak layak pada tingkat organisasi. Dengan fokus yang sepenuhnya pada kebutuhan orang-orang dalam organisasi, tujuan organisasi hampir sepenuhnya hilang dan karenanya tidak tercapai. Pendidikan terjadi di dunia nyata, di mana sayangnya orang memiliki kekurangan dan sering membutuhkan bimbingan untuk membuat segala sesuatunya berjalan ke arah yang benar.

b. Transactional Leadership

Memberi dan menerima adalah ciri khas kepemimpinan transaksional. Ini memang dimodelkan seperti halnya transaksi bisnis.

Tentu saja hubungan majikan / karyawan sebagian besar bersifat transaksional. Dalam pendidikan, seringkali ada lebih banyak yang dipertaruhkan bagi karyawan yang cukup sering memahami pekerjaan mereka menjadi lebih dari sekadar pertukaran layanan untuk uang, tetapi lebih melihat tujuan mereka yang lebih tinggi. Karena itu, uang bukanlah faktor pendorong.

Di sinilah kepemimpinan transformasional dapat melangkah untuk memuji kepemimpinan transaksional, mengambil seluruh proses sebagai langkah lebih lanjut dengan membangun bentuk-bentuk motivasi lain di luar sekadar pertukaran barang dan jasa dengan uang. Namun kepemimpinan transformasional hanya benar-benar berfungsi sebagai pemimpin yang mampu menjaga karisma dan hubungan antarpribadi yang diperlukan agar ia bekerja. Ketika kepemimpinan transformasional gagal, pilihan terakhir adalah kepemimpinan transaksional, yang mudah dan langsung.

c. Emotional Leadership

Kepemimpinan transaksional berkaitan terutama dengan pertukaran barang dan jasa, kepemimpinan emosional berkaitan dengan perasaan dan motivasi pengikut. Dibutuhkan

fokus sepenuhnya ke sisi lain dalam menuntut para pemimpin untuk menjadi cerdas secara emosional dan kemudian memotivasi melalui penggunaan kecerdasan emosi itu.

Kepemimpinan emosional dan kepemimpinan transformasional memiliki banyak kesamaan satu sama lain. Dengan kepemimpinan emosional, pemimpin memanfaatkan pusat emosi mereka untuk menemukan jalan untuk membimbing pengikut mereka. Orang kadang-kadang berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional memerlukan tingkat pengaruh yang sama terhadap emosi, namun ada perbedaan mendasar dalam keduanya

yaitu bahwa kepemimpinan

transformasional adalah dengan kebutuhan proses yang rasional daripada yang emosional.

d. Transformational Leadership

Kepemimpinan transformasional mengambil dari masing-masing jenis kepemimpinan lainnya kualitas terbaiknya dan kemudian menggunakan mereka, bersama dengan rasa tujuan bersama yang mendalam, untuk memotivasi bawahan. Sementara bentuk- bentuk kepemimpinan lainnya fokus pada satu aspek tunggal atau yang lain, kepemimpinan transformasional mengambil pandangan luas tentang isu-isu di sekitar kepemimpinan dan kemudian menggunakan mereka sebagai kekuatan pendorong untuk memenuhi tujuan keseluruhan organisasi.

Khusus untuk pendidikan, kepemimpinan transformasional menawarkan yang terbaik dari semuanya - mulai dari memanfaatkan emosi pekerja hingga menawarkan inti kompensasi yang merupakan kasus untuk semua bentuk bisnis, hingga membimbing dari tempat dukungan.

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah, tertanggal 22 Maret 2018 mendefinikan bahwa Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan

mengelola satuan pendidikan yang meliputi taman kanak-kanak (TK), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), atau Sekolah Indonesia di Luar Negeri. Memimpin berarti penggunaan pengaruh untuk memotivasi bawahan (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) untuk mencapai visi dan misi sekolah.

Kemampuan kepala sekolah dalam memimpin sangat diharapkan untuk mengendalikan organisasi sekolah. Kepala sekolah harus siap untuk mengikuti perubahan lingkungan. Terutama perubahan era globalisasi society 5.0 yang nanti akan dibahas pada pembahasan di bawah. Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus mampu:

1. Meningkatkan munculnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan keyakinan sehingga guru, tata usaha serta tenaga kependidikan merasa percaya diri dalam melaksanakan tugasnya sehingga menigkatkan roduktivitas yang tinggi;

Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.

Sebagai seorang pemimpin Kepala Sekolah mempunyai kekuatan yang handal dalam mengendalikan roda organisasi sekolahnya.

Kepala sekolah tidak akan mampu bila harus berjalan sendiri. Maka dengan itu, kepala sekolah juga harus dibantu dalam mencapai visi dan misi sekolahnya oleh sumber daya manusia yang handal dan profesional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah pasal 15, Kepala Sekolah mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

a. Beban kerja Kepala Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan Tenaga Kependidikan;

b. Beban kerja Kepala Sekolah bertujuan untuk mengembangkan sekolah dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan (yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Kelulusan, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, Standar Pengelolaan dan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan);

c. Dalam hal terjadi kekurangan guru pada satuan pendidikan, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan agar proses pembelajaran atau pembimbingan tetap berlangsung pada satuan pendidikan yang bersangkutan;

d. Kepala Sekolah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan, tugas pembelajaran atau pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan di luar tugas pokoknya;

e. Beban kerja bagi kepala sekolah yang ditempatkan di SILN (Sekolah Indonesia di Luar Negeri) selain melaksanakan beban kerja juga melaksanakan promosi kebudayaan Indonesia.

SOCIETY 5.0

a. Mengenal Mayarakat 5.0

Perkembangan pemikiran manusia sangatlah cepat dengan ditemukannya berbagai penngetahuan-pengetahuan baru terutama dalam bidang teknologi. Teknologi yang memberikan kemudahan dalam segala aktivitas manusia seolah menjadi barang yang primer dalam kehidupan ini. Indonesia untuk saat ini sedang menikmati berbagai penggunaan hasil teknologi untuk kehidupannya dan masih sibuk dengan Revolusi Industri 4.0, sementara Pemerintah Jepang sudah mulai dengan Society 5.0.

Masyarakat 5.0 (Society 5.0) adalah visi Jepang untuk masa depan. Ini adalah masyarakat super pintar di mana teknologi seperti Big Data, Internet of Things (IoT), Kecerdasan Buatan (AI), dan robot menyatu ke dalam setiap industri dan di semua segmen sosial. Harapannya adalah bahwa revolusi informasi ini akan dapat memecahkan masalah yang saat ini tidak mungkin, membuat kehidupan sehari-hari lebih nyaman dan berkelanjutan.

Society 5.0 merupakan masyarakat ke-5 dalam sejarah manusia, secara kronologis berawal dari masyarakat perburuan, pertanian, industri, dan informasi. Revolusi Industri 4.0 menciptakan nilai-nilai dan layanan baru satu demi satu, membawa kehidupan yang lebih nyaman bagi semua umat manusia dengan informasi-informasi yang mudah dijangkau dengan alat baik berupa smartphone, komputer, computer_tab dan lain-lain. Beberapa contoh aplikasinya adalah pengiriman paket, survey properti, bantuan dukungan terhadap bencana alam digunakan sebuah mesin terbang yang dikenal dengan drone. Drone yang selama ini digunakan untuk memfoto atau membuat video- video promosi atau pembuatan film-film, divice tersebut dapat digunakan secara optimal dalam kehidupan sosial seperti yang telah disampaikan di atas. Drone-drone tersebut akan membantu dalam proses kebutuhan hidup yang mana mereka akan bekerja melayang disekitar lingkungan kita sendiri.

Seperti yang disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang (Shinzo Abe) bahwa: “Esensi Society 5.0 adalah bahwa semua ini menjadi mungkin dalam mempercepat mendapatkan solusi yang sangat cocok yang menemukan kebutuhan-kebutuhan setiap individu”.

Pekerjaan tergantung pada cuaca dan bahaya. Mereka yang bekerja keras di lingkungan yang menantang akan segera memiliki mitra yang keren dan dapat dipercaya di pihak mereka — mitra yang dapat bekerja dalam kondisi apa pun. GPS yang selama ini kita kenal salah satu manfaatnya untuk mencari jalan tercepat ketika dalam perjalanan, dalam society 5.0 digunakan untuk navigasi kendaraan atau tujuan lainnya. “Michibiki” Japan’s Quasi- Zenith Sateilite System (QZSS) dapat megurangi hitungan error GPS untuk unit-unit pada beberapa sentimeternya. Hal ini akan menghasilkan traktor otomatis yang dapat membantu singkatnya pekerjaan para petani dalam menebarkan benih. Itu merupakan salah satu pemanfaatan dalam dunia nyata di Jepang.

Contoh lainnya adalah robot pembersih. Device ini dapat menggantikan pekerjaan manusia dengan mesin. Robot ini dikendalikan oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelegent) yang membersihkan tanpa bantuan manusia, bekerja

secara otomatis. Hasil yang didapatkan yaitu mempercepat pekerjaan, efisien, meningkatnya dalam keamanan bila menggunakan vacum cleaner yang dipegang sendiri.

b. Mempersiapkan Peserta Didik Dalam Menghadapi Perubahan Teknologi

Jika imajinasi merupakan langkah pertama menuju kemungkinan, Jepang sudah memimpin evolusi besar masyarakat berikutnya. Sekarang sektor pendidikan negara tersebut bertugas mempersiapkan para siswanya untuk masa depan yang tidak diketahui tetapi membuat penasaran dan menyenangkan, menciptakan generasi yang akan berperan dalam mewujudkannya. Dan karena Jepang sudah menjadi salah satu masyarakat paling maju di dunia, seluruh dunia menaruh perhatian besar.

Kapan untuk negara kita (Indonesia)?

Menteri Pendidikan Jepang juga menyampaikan bahwa masyarakat Jepang harus memberi siswa keterampilan untuk bertahan hidup dari masyarakat yang berubah dan bagi mereka untuk memimpin perubahan itu.

Memang diperlukan pemimpin yang siap untuk berubah dari masyarakat yang sedang berjalan.

Perubahan atas perbaikan dan mengikuti perkembangan lingkungan negara-negara yang mengarah pada perbaikan di semua sektor terutama ke arah kenyaman dan kemudahan pada Society 5.0.

Di era Google, orang tidak perlu lagi menghafal setiap fakta. Banyak tugas saat ini paling baik dilakukan oleh komputer. Oleh karena itu, penekanannya harus pada keterampilan manusianya seperti komunikasi, kepemimpinan dan daya tahan, serta keingintahuan, pemahaman dan keterampilan membaca.

PENDIDIKAN ABAD 21

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006. Berbagai kebijakan pemerintah mencoba untuk memperbaiki esensi kurikulum tersebut diantaranya adalah Keterampilan Abad 21. Pada berbagai organisasi masyarakat dan sosial mencoba merumuskan berbagai kompetensi yang harus dimasukan dalam kurikulum tersebut.

Menurut Siti Zubaedah (2016) berdasarkan US- based Apollo Education Group mengidentifikasi sepuluh (10) keterampilan yang diperlukan oleh siswa untuk bekerja di abad ke-21, yaitu keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas dan akuntabilitas, inovasi, kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa entrepreneurship, serta kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan mensintesis informasi. US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu

“The 4Cs”- communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Keterampilan 4C yang perlu dimiliki oleh siswa dalam menjawab tantangan abad 21 harus diberikan latihan kemampuan mereka oleh gurunya.

Beberapa penjelasan mengenai keterampilan 4C tersebut dijelaskan pada uraian di bawah:

a. Communication (Keterampilan Berkomunikasi)

Komunikasi merupakan alat untuk membangun pergaulan. Dengan komunikasi inilah seorang individu dapat melakukan sosialisasi dengan sesamanya. Siswa adalah seorang individu yang harus dilatih keterampilan komunikasinya dengan baik.

Menumbuhkan rasa percaya diri pada mereka dalam berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusi serta saling berbagi diantara rekannya.

Tujuan komunikasi yang paling utama adalah menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu. Supaya komunikasi yang terjalin efektif maka diperlukan kemampuan komunikasi yang tepat.

Siswa didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi pesan secara lisan, tulisan dan multimedia.

b. Collaboration (Keterampilan Bekerja Sama) Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu (Soerjono Soekanto, 2006). Pendapat tersebut sudah jelas mengatakan bahwa kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa pihak yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Manusia tidak akan mampu memenuhi