• Tidak ada hasil yang ditemukan

111 PENDAHULUAN

Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang – Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan , termasuk dalam bidang pendidikan merupakan

salah satu upaya yang dilakukan dalam melakukan efektivitas dan efisiensi.

Pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, menjadi alat dalam menyikapi permasalahan kehidupan.

Kebutuhan akan layanan individu dalam hal ini adalah peserta didik merupakan faktor pendorong dalam pembaharuan bidang pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan terus melakukan inovasi dalam pengembangan diri melalui program – program yang sesuai dengan perkembangan perserta didik, jaman, situasi dan kondisi saat ini yang terus

Inovasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Menyongsong Era

5.0 Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi

112 mengalami perubahan. Memanusiakan manusia merupakan konsep yang terus diperbarui, bukan hanya peserta didik yang belajar melainkan pemimpin dan pelaku yang turut andil dalam pendidikan diharuskan untuk belajar . manusia pada hakikatnya sebagai pembelajar memiliki kelebihan berupa akal, dan jelas dalam wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad Q.S Al Alaq (99) ayat 1, “ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”.

Kepemimpinan kepala sekolah tentunya sangat berperan dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan peserta didik.

Menurut Aan Komariah , salah satu fungsi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu proses pendidikan di sekolah adalah melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru dalam arti membina kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas kinerja guru, meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik “ ( Udin Syaefudin : 2018).

Pendidikan terus berkembang seiring perkembangan pengetahuan, jaman, tekonologi, informasi dan komunikasi. Pembelajaran diharapkan dapat menyesuaikan perkembangan teknologi dan kemajuan di era 5.0, sehingga peserta didik memiliki kompetensi berdaya saing dan memiliki kemampuan penilaian kesadaran diri serta kemandirian. Menurut Bruno Salgues ,” Masyarakat 5.0 mereka bisa efisien jika unit yang didefinisikan dengan cara ini jelas tidak tergantung satu sama lain” (2018).

Penggunaan fasilitas pendidikan merupakan perhatian pemerintah, untuk daerah perkotaan bukan permasalahan besar saat sekolah diwajibkan melaksanakan ujian berbasis komputer, namun untuk daerah pedesaan hal ini adalah tantangan baru, selain demografi dan kemampuan peserta didik. Pada era 4.0 masyarakat mulai diperkenalkan dengan

teknologi, informasi dan komunikasi yang cepat, industrialisasi bergerak merambah ke seluruh lini kehidupan.

Kepemimpinan kepala sekolah yang etis di mana tipe transformasional dan revolusioner sangat penting dalam menggerakkan pendidikan pada era 5.0. Menurut Udin Sayefudin

“Electronic Learning (E. Learning) pada hakikatnya adalah belajar atau pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau internet” (2015). Kepemimpinan kepala sekolah yang memahami perkembangan pendidikan tentunya akan membuat strategi inovasi pendidikan yang dapat merubah diri sendiri dan pelaku.

INOVASI PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan suatu sistem yang saling berhubungan, di mana memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta melakukan perubahan guna mencerdasakan suatu bangsa. Diperlukan perencanaan pendidikan dan perencanaan pendidikan strategis dalam melaksanakan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan saat ini menghadapi berbagai tantangan antara lain meningkatnya jumlah penduduk, berkembangnya ilmu pengetahuan, berkembangnya teknologi, informasi dan komunikasi. Tantangan ini semakin bertambah berat dengan faktor pemanfaatan sumber daya yang belum efektif dan efisien, perencanaan pendidikan yang belum relevan dengan kondisi, dan kesenjangan antara pembelajaran dan harapan dari dunia usaha terhadap output pendidikan.

Tantangan tersebut memerlukan pemikiran – pemikiran dan gagasan baru yang mampu memecahkan persoalan yang dihadapi. Menurut Udin Syaefudin, “ Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau

113 diamati sebagai suatu hal baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun discovery.

Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu’

(2015). Menurut Djamaludin Ancok, “ Inovasi adalah suatu proses memikirkan dan mengimplementasikan pemikiran tersebut, sehingga menghasilkan hal baru berbentuk produk, jasa, proses bisnis, cara baru, kebijakan, dan lain sebagainya”. (2012).

Menurut Udin Syaefudin, yang dimaksud dengan inovasi di bidang pendidikan adalah usaha mengadakan perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan (2015). Inovasi pendidikan merupakan cara menjawab permasalahan yang dihadapi pendidikan. Sasaran inovasi pendidikan adalah peserta didik, sehingga dalam proses inovasi pendidikan keputusan merupakan rangkaian untuk peningkatkan kualitas peserta didik dengan mempertimbangkan ketidakpastian yang merupakan ciri dari inovasi. Proses inovasi tidak hanya pada komponen peserta didik, melainkan kurikulum, tenaga pendidik dan strategi pendidikan serta proses pembelajaran yang diterapkan.

Proses inovasi pendidikan dimulai dengan tahapan pembuatan strategi pendidikan, beberapa alternatif inovasi yang akan diterapkan dan implementasi dari pengetahuan serta inovasi yang akan diterapkan di sekolah. Strategi inovasi pendidikan menurut Udin Syaefudin terdiri dari strategi fasilitatif, strategi pendidikan strategi bujukan dan strategi paksaan. Perlu diperhatikan petunjuk penerapan inovasi pendidikan pada sekolah yaitu : (1) Buatlah rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan, (2) Gunakan metode atau cara yang memberi kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha merubah pribadi maupun

sekolah, (3) Gunakan berbagai macam alternatif pilihan (option) untuk mempermudah penerapan inovasi, (4) Gunakan data atau informasi yang sudah ada untuk bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan penerapan inovasi, (5) Gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya penerapan inovasi, (6) Gunakan kemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga yang lain (2015).

Inovasi kurikulum merupakan bagian dari inovasi pendidikan meliputi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, di mana harus memerhatikan masyarakat karena output dan outcome pendidikan akan dapat dirasakan oleh masyarakat. Di sini sangat diperlukan kurikulum berbasis masyarakat dan keterpaduan.

Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dari peserta didik dan masyarakat. Menurut Udin Syaefudin, “Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang meniadakan batas – batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit” (2015). Kurikulum merupakan komponen penting dalam perencanaan pendidikan, kurikulum terpadu dan berbasis masyarakat saat ini erat hubungannya dengan e learning yaitu pembelajaran berbasis teknologi computer dan internet merupakan produk inovasi pendidikan, karena merupakan percepatan belajar. Peserta didik dapat dengan cepat menyerap dan memahami informasi baru secara cepat dan setelah memilih dan menyesuaikan dengan kondisi serta nilai di sekolah dapat segera diimplementasikan.

Dapat disimpulkan bahwa inovasi pendidikan adalah upaya untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan dengan pemikiran baru yang disesuaikan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, tentunya memerhatikan komponen lain agar dapat terjadi efektivitas.

Tahapan inovasi pendidikan dimulai dengan

114 menganalisis kebutuhan pendidikan, mencari inovasi alternatif serta penerapan inovasi pendidikan karena inovasi pendidikan sasarannya adalah peserta didik. Penerapan teknologi, komputer dan internet dalam pembelajaran merupakan percepatan belajar, karena peserta didik dapat dengan cepat memperoleh informasi penunjang pembelajaran dan mengimplementasikan dengan bijaksana.

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Menurut Permadi, “ Kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain , atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok” (2010).

Menurut Andrias Harefa , “Kepemimpinan merupakan suatu hal yang dapat dipelajari dan dikembangkan, mulai dalam diri sendiri menuju tingkat – tingkat pengaruh yang semakin membesar dalam arti mencakup kepentingan – kepentingan, kebutuhan – kebutuhan, motif – motif, harapan – harapan, dan keinginan – keinginan yang lebih beragam karena melibatkan jumlah orang yang semakin banyak”

(2008). Menurut Agustinus, “ Kepemimpinan merupakan sifat yang dimiliki oleh seseorang yang oleh karena tugas yang diembannya berusaha untuk memebrikan pengaruh kepada pengikutnya (follower) dengan mematuhi terhadap apa yang menjai instruksi dari orang yang memimpinnya” (2014). Penulis simpulkan bahwa kepemimpinan merupakan sifat yang dapat memengaruhi perilaku orang lain dengan memerhatikan nilai – nilai yang ada.

Setiap manusia adalah pemimpin. Pemimpin di sekolah adalah kepala sekolah, di mana harus memiliki sifat kepemimpinan dan menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan kepribadiannya dan mempertimbangkan pengikutnya. Menurut Emmett C. Murphy terdapat 8 peran pemimpin antara lain : (1) pemilih, (2) penghubung, (3) pemecah masalah, (4) evaluator, (5) negosiator, (6) penyembuh, (7) pelindung dan (8) synergizer (1998). Menurut Agustinus , peran kepala sekolah ddalam

peningkatan kompetensi guru antara lain : (1) educator, (2)I manajer, (3) administrator, (4) supervisor, (5) leader, (6) pencipta iklim kerja dan (7) wirausahawan (2014). Penulis menyimpulkan bahwa peran kepala sekolah sebagai pemimpin melingkupi banyak aspek yaitu perencana, pendidik, pemecah masalah, pemimpin, penilai, manajer dan sebagai orang yang turut andil dalam menciptakan iklim kerja serta harus memiliki kepekaan dan perilaku etis.

Menurut Permadi, sifat – sifat positif seorang pemimpin antara lain,” (1) beriman dan bertakwa, (2) kelebihan jasmani, (3) terampil dan berpengetahuan, (4) kelebihan batin, (5) keberanian, (6) adil dan jujur, (7) bijaksana, (8) demokratis, (9) penyantun, (10) paham keadaan umat, (11) ikhlas dan rela berkorban, (12) qonaah, (13) istiqomah, dan (14) akhlaqul karimah” (2010).

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki IQ yang tinggi dan kepekaan (empati) sehingga dapat memengaruhi pelaku pendidikan untuk melaksanakan perencanaan startegi pendidikan terutama dalam pembentukan karakter peserta didik. IQ seorang pemimpin akan sangat berpengaruh dalam cara memandang permasalahan secara komprehensif dan memutuskan masalah dengan pertimbangan yang melihat secara holistic. Menurut Emmett C. Murphy, “para pemimpin yang memiliki IQ kepemimpinan tinggi telah menguasai ekuivalen pendidikan dalam arti luas di dalam realita praktis perilaku manusia” (1998). Pemimpin yang memiliki kepemimpinan, kepribadian yang unggul di mana bisa dijadikan sebagai contoh seorang pemimpin adalah Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah memiliki sifat shiddiq, tabligh, amanah dan fatonah yang merupakan sifat positif di mana menggerakan dan memengaruhi orang lain untuk berubah.

Kepemimpinan pendidikan kepala sekolah pada era globalisasi sangat erat hubungannya dengan tingginya IQ, kepribadian positif dan kompetensi dalam bersosialisasi. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kepribadian yang baik sehingga ketika membuat perencanaan pendidikan dan pengambilan

115 keputusan akan dapat mempertimbangkan berbagai aspek kehidupan secara komprehensif dan bijaksana dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada. Perubahan pengetahuan dan inovasi akan dimasukkan ke dalam strategi pendidikan oleh kepala sekolah dalam perencanaan pendidikan, Kepemimpinan kepala sekolah dalam melihat, memilih dan mengimplementasikan inovasi pendidikan sesuai dengan keadaan sekolah memerlukan keterampilan yang tinggi dari kepala sekolah.

Tipe kepemimpinan yang sesuai dengan era 5.0 adalah kepemimpinan revolusioner dan transformasional, di mana seorang pemimpin dapat melihat dan memprediksi perubahan pendidikan serta membuat inovasi pendidikan melalui kebijakan pendidikan di sekolah.

Seorang kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan revolusioner tentunya akan memberi motivasi, peka dan dapat memengaruhi pelaku pendidikan lain untuk dapat membuat pembelajaran yang inovatif melalui inovasi – inovasi pembelajaran sesuai dengan peran masing – masing. Guru sebagai pembelajar akan memengaruhi peserta didik untuk belajar lebih giat, guru – guru yang memiliki kreatifitas patut diberi apresiasi yang tinggi terutama apabila memiliki dan menciptakan media pembelajaran yang meningkatkan motivasi peserta didik dalam mencari pengetahuan. Guru penggerak akan berbuat sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan peserta didik melalui ide – ide cemerlang yang tentunya menggunakan internet, teknologi dan informasi dari berbagai sumber.

Seorang pemimpin harus memiliki kepekaan terhadap situasi dan bawahannya, pemimpin revolusioner berbeda dengan pemimpin otoriter.

Pemimpin otoriter tidak dapat mengeluarkan potensi dari bawahannya. Dalam mengambil keputusan harus melihat bawahannya. Menurut Yukl (2009), ada beberapa jenis pengambilan keputusan antara lain :

1. Pengambilan keputusan otokratis, ditandai oleh pemimpin yang mengambil keputusan tanpa melibatkan orang lain selaku bawahannya. Karena tidak ada partisipasi

bawahan, maka tidak ada pengaruh bawahan pada keputusan yang diambil.

2. Konsultasi, yang bercirikan perilaku pemimpin yang meminta pendapat dan gagasan dari orang lain. Setelah mempertimbangkan pendapat dan gagasan orang lain, kemudian pemimpin mengambil keputusannya sendiri.

3. Pengambilan keputusan bersama. Dalam hal ini pemimpin berdiskusi dengan orang lain dalam sebuah rapat, kemudian mengambil keputusan. Keputusan yang diambil tersebut menjadi keputusan bersama.

4. Delegasi. Pada jenis ini, pemimpin memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Selanjutnya pemimpin memberi wewenang kepada bawahan untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil.

ERA SOCIETY 5.0

Perkembangan teknologi manusia berkembang dengan pesat seiring dengan berjalannya waktu, sehingga negara – negara melakukan perubahan – perubahan. Salah satunya adalah melalui gagasan 5.0 yang pertama kali digulirkan oleh negara Sakura yaitu Jepang.pada tahun 2016. Menurut Muhammad Agung Santoso, “ Konsep 5.0 memungkinkan kita untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern untuk melayani kebutuhan manusia. Tujuannya adalah mewujudkan masyarakat di mana manusia – manusia menikmati hidup dan merasa nyaman”. Menurut Bruno Salgues, “ Masyarakat 5.0 berupaya mencapai keberlanjutan (ekologi), inklusi luas, efisiensi, dan karenanya, daya saing industri dari mereka yang mengimplementasikannya menggunakan kekuatan kecerdasan dan pengetahuan”(2018).

Revolusi industri merupakan awal dari pemikiran dan gagasan baru dalam penyelesaian permasalahan manusia. Dalam kehidupan sekarang ini terdapat sinergi antara dunia nyata dan dunia maya, batasan – batasan sudah mulai ditiadakan. Sebenarnya konsep dari 4.0 dan 5.0 tidak memiliki perbedaan yang signifikan,

116 hanya pada 4.0 menggunakan kecerdasan untuk membuat perubahan di masa yang akan dating , sedangkan pada 5.0 lebih memfokuskan pada manusia sebagai pokok utama dalam penggunaan teknologi. Meski begitu 5.0 masih memerlukan bahasan secara cermat karena masih terdapat perbedaan – perbedaan konsep, serta merupakan penyempurna dari konsep – konsep sebelumnya.

Konsep – konsep era 1.0 hingga 5.0 akan penulis bahas dari beberapa sumber , antara lain:

1. Pada 1.0 manusia masih berada pada masa berburu dan pertemuan. Kebutuhan untuk keberlanjutan hidup dan penggunaan penuh informasi dan komunikasi teknologi.

2. Pada 2.0 adalah era pertanian di mana sudah mulai dikenal teknik bercocok tanam, dan berpusat pada negara terutama warga negara.

3. Pada era 3.0 sudah mulai memasuki era industri, di mana penggunaan mesin mulai digunakan manusia untuk menunjang aktivitasnya agar efektif dan efisien, semua orang mulai berpartisipasi dalam penggunaan mesin dalam kehidupan sehari – hari.

4. Pada era 4.0 informasi semakin cepat sehingga memungkinkan kita dapat mengakses informasi dengan cepat dan tanpa batas serta dapat membagikan informasi melalui internet agar terjadi efektivitas.

5. Pada era 5.0 adalah era di mana semua teknologi merupakan bagian dari manusia itu sendiri, internet bukan hanya sebagai alat untuk mencari informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.

Masyarakat pada era 5.0 adalah karakteristik untuk adaptasi produk kepada individu melalui identitas dan alamat mereka. Menurut Bruno Salgues,” Masyarakat 5.0 adalah “Dunia Baru”

yang segara di mana pertukaran itu penting, keutamaan ide dan pengetahuanlah yang dibutuhkan lebih tinggi”(2018). Pada era 5.0 kesenjangan antara manusia dan masalah ekonomi melalui perkembangan teknologi

diminimilasir, meski masih dalam pengembangan sampai saat ini. Penggunaan robot dan teknologi untuk memudahkan aktifitas manusia digunakan, era 5.0 dianggap lebih humanis karena memfokuskan pada manusia. Di mana teknologi bukan menggantikan posisi manusia tetapi membantu aktivitas manusia.

Menurut Bruno Salgues, para teoretikur masyarakat 5.0 menyebutkan enam jenis halangan atau rintangan dalam era 5.0 yaitu : 1. Pemerintah dan aparat – aparatnya.

2. Sistem hukum.

3. Inovasi teknologi.

4. Sumber daya manusia.

5. Biaya akses.

6. Penerimaan pengguna.

Halangan tersebut dapat diselesaikan melalui peran pemerintah sebagai pemimpin dalam membuat regulasi atau kebijakan dalam pelaksanaan masyarakat 5.0. Pemerintah pada era 5.0 yang multidimensi ini tentunya tidak mudah, selain melindungi industri nasional juga membuat kebijakan – kebijakan yang sering terjadi salah tafsir dari masyarakat. Pemerintah harus mengupayakan peran masyarakat dalam industri nasional dapat bersaing dengan negara lain, melalui pemberian informasi kepada masyarakat dan pelatihan serta pengembangan agar sumber daya yang dimiliki dapat bersaing.

Penggunaan internet tentunya akan sangat berperan aktif pada era 5.0, inovasi – inovasi ini tentunya akan sangat berpengaruh pada pendidikan dan tentu saja kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan inovasi pendidikan sesuai era 5.0 memerlukan kecerdasan kepala sekolah dalam hal ini pengetahuan dan keterampilan. Perkembangan teknologi dan informasi turut membuat perekonomian mengalami perubahan, sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan karena perubahan akan terus berlangsung selama manusia hidup. Pada hakekatnya perubahan terjadi seiring dengan berkembangnya dan bertambahnya permasalahan yang dihadapi manusia. Era 5.0 merupakan penyempurnaan dari sebelumnya, di mana negara Jepang sebagai penggagas masih

117 melakukan penyempurnaan – penyempurnaan.

PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET Kurikulum sekolah merupakan core dari suatu sekolah, di mana input akan menjadi bahasan dari kurikulum untuk nantinya menjadi output dan outcome yang bernilai tambah sesuai dengan visi dan misi dari sekolah. Kepala sekolah, guru dan pelaku lain yang turut andil dalam pendidikan haruslah merupakan sosok pembelajar dan penggerak yang dapat memotivasi peserta didik. Menurut Mendikbud Nadiem Makarim pada Simposium Internasional Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah,

“Perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan dari penguasa / pengendali/

regulator berubah menjadi kepemimpinan yang melayani. Pembentukan yang terpenting adalah di dalam kelas melalui proses pembelajaran dan mencari guru penggerak” (2019).

Menurut Udin Syaefudin, “pembelajaran quantum sebagai salah satu alternatif pembaharuan pembelajaran, menyajikan petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, bagaimana merancang pembelajaran, menyampaikan bahan pembelajaran, dan bagaimana menyederhanakan proses belajar sehingga memudahkan belajar siswa “ . Elektronik Leearning didefinisikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber belajar, data base, pakar / guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan “(2015). Dari pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa menyongsong era 5.0 kepemimpinan kepala sekolah harus dapat membaca dan menciptakan inovasi pendidikan melalui pembelajaran berbasis internet, karena internet merupakan alat penunjang dalam era 5.0 di mana manusia difokuskan dalam konteks kehidupan sosial menggunakan teknologi.

Penerapan teknologi informasi dalam aspek kehidupan terutama pendidikan memerlukan inovasi – inovasi. Informasi yang diterima dan dicari dapat dengan mudah kita peroleh melalui teknologi, begitupun saat kita memberikan informasi pada orang lain. Teknologi informasi

dan komunikasi dapat membawa perubahan pada setiap negara, khusus dalam pendidikan maka peserta didik dapat diarahkan untuk berpikir komprehensif dan terintegrasi karena pembelajaran tidak terbatasi oleh ruang, melainkan tidak ada batas ruang dan waktu.

Menurut Udin Syaefudin, “Internet akan digunakan dalam pembelajaran di sekolah karena memiliki karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one to one maupun one to many, (2) memiliki sifat interaktif, dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron (synchronous) maupun tertunda (asynchronous), sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialog komunikasi yang merupakan syarat terselenggaranya suatu proses belajar mengajar” (2015).

Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis internet tentunya ada beberapa hal yang harus kita perhatikan yaitu :

1. Strategi pendidikan dan perencanaan sekolah, di mana digulirkan kepada kebijakan – kebijakan sekolah terutama pada pemanfaat internet. Sekolah harus memiliki anggaran pembelian sarana dan prasarana serta pemeliharaan penunjang pembelajaran berbeasis internet.

2. Lingkungan masyarakat turut andil dalam proses suksesnya pembelajaran berbasis internet, melalui kontroling atau pengawasan. Bekerjasama dengan instansi lain dalam pelatihan dan pengembangan pengetahuan mengenai internet bagi guru dan peserta didik.

3. Sarana dan prasarana memerlukan perhatian khusus, ada pembiayaan khusus dalam pembelian serta pemeliharaan.

4. Pelatihan dan pengembangan pengetahuan melalui program in house training bagi guru dan guest teacher bagi peserta didik dengan mendatangkan para pakar sebagai guru langsung sehingga pengetahuan mengenai bagaimana penggunaan internet secara bijaksana dapat diperoleh.

118 Menurut Haughey ada tiga model pembelajaran melalui internet sebagai dasar pertimbangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu (Udin Syaefudin : 2015) :

1. Web Course adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet.

2. Web Centric Course adalah sebagian babhan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi, dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet.

3. Web Enchanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas.

KESIMPULAN

Sekolah sebagai suatu sistem organisasi harus mengikuti perubahan dan perkembangan dunia khususnya pada era 4.0 saat ini di mana teknologi diciptakan dan pembentukan karakter manusia difokuskan agar nanti pada era 5.0 manusia dalam kehidupannya dapat menyatu dengan teknologi dan menjadi pemegang utama.

Era 5.0 memudahkan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lebih efektif dan efisien agar lebih produktif. Diperlukan inovasi kepemimpinan dalam mensukseskan masyarakat pada era 5.0. Perkembangan era 5.0 tidak hanya pada aspek teknologi melainkan pada seluruh aspek terutama pada pendidikan. Inovasi pendidikan dengan sendirinya tercipta seiring dengan perkembangan pengetahuan. Realisasi inovasi pendidikan memerlukan sosok kepemimpinan yang inovatif terutama pada tingkat sekolah, peran kepala sekolah sangatlah penting.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi, memengaruhi terciptanya inovasi pendidikan sangat tinggi, bagaimana pengetahuan atau IQ pemimpin sangat berpengaruh dalam membaca keadaan sekarang dan masa depan, dan kepekaan serta kepribadian pemimpin sangat penting dalam membuat keputusan, strategi pendidikan, dan memotivasi tenaga pendidik, karyawan dan peserta didik untuk menjadi pembelajar dan penggerak sesuai arahan dari Mendikbud Nadiem Makarim jadilah guru penggerak yang keluar dari zona nyaman dengan membuat inovasi – inovasi pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk belajar melalui ide – ide yang berbeda atau out of the box. Guru penggerak tentunya tidak mudah tercipta jika dia bukan guru pembelajar, yang selalu berusaha memanusiakan manusia melalui pengetahuan yang dimiliki serta menularkan kepribadian positif sebagai pembentukan karakter.

Meski era 5.0 era hubungannya dengan teknologi yang tinggi, tentu diperlukan internet dan informasi serta komunikasi yang cepat di mana peserta didik dapat belajar secara langsung maupun melalui dunia maya. Ada yang tidak bisa digantikan yaitu peran guru sebagai pendidik yang hanya dapat melalui pertemuan langsung, di sinilah peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu kompetensi guru diperlukan. Kekuatan kerjasama, tanggung jawab, komitmen, persamaan pemahaman visi sangat penting dalam penciptaan inovasi pendidikan yang pada akhirnya akan menciptakan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Penulis merasa literatur – literatur mengenai inovasi pendidikan, kepemimpinan, pembelajaran sangat banyak tetapi yang secara rinci membahas mengenai kepemimpinan pendidikan menyongsong era 5.0 masih sangat sedikit. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus lebih membuka mata dalam mencari dan mengemas kebijakan inovasi pendidikan pada era 5.0 agar Indonesia tidak tertinggal. Inovasi kepemimpinan kepala sekolah harus terus