• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eka Nurfadillah

Dimensi 3: Iklim sekolah positif tercipta

I. Eka Nurfadillah

Prodi Administrasi Pendidikan, UPI, Bandung, Indonesia

ABSTRAK: Masyarakat era 5.0 adalah masyarakat yang mengintegrasikan teknologi pada setiap bagian kehidupan. Teknologi sudah bukan menjadi barang baru dan unik lagi. Teknologi sudah menjadi teman bagi kehidupan manusia. Perubahan itu mempengaruhi pola kehidupan masyarakat, sehingga fokus utama pada era 5.0 ini bukan mengenai inovasi lagi, tapi lebih kepada semakin ketatnya persaingan tingkat global. Disanalah peran pendidikan sebagai salah satu tempat pembentukan masyarakat. salah satu cara untuk menyiapkan masyarakat unggul adalah memperbaiki sistem pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan sosok pemimpin atau kepala sekolah inovatif yang memiliki berbagai macam strategi untuk menciptakan sistem pendidikan efektif. Salah satu cara mengefektifkan sistem pendidikan yaitu menerapakan proses manajemen strategi.

Manajemen strategi merupakan proses di mana strategi itu diformulasi dan diimplementasi sesuai dengan keadaan lingkungan internal maupun eksternal, sehingga penggunaan manajemen strategi akan memberi manfaat banyak bagi perkembangan pendidikan menuju era 5.0.

Kata Kunci: Manajemen Strategis, Kepemimpinan Inovatif, Era 5.0

142 Salah satu upaya untuk menjadi masyarakat 5.0 adalah menciptakan sistem pendidikan yang efektif. Sekolah merupakan salah satu wujud sistem pendidikan, dimana input, proses, output serta outcome sistem pendidikan saling berkaitan erat (Udin Syaefudin Sa’ud, 2019).

Oleh karena itu, peran kepala sekolah sebagai pemimpin harus dioptimalkan dalam menjadikan sekolah efektif untuk menghadapi tantangan masa depan. Kepala sekolah di suatu sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah adalah guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama (Wahjosumidjo, 2011 dalam Fitri Wulandari dkk., 2019). Untuk mendayagunakan segala sumber daya, maka kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk menjadi pemimpin yang inovatif. Pemimpin berperan aktif dalam mewujudkan focus dan pencipta lingkungan yang kondusif serta merangsang kreativitas pegawainya (Wawan Dhewanto, 2014: 2). Namun, menjadi pemimpin inovatif saja tidak cukup dalam menyongsong era 5.0. Selain inovatif kepala sekolah harus menjadi pemimpin visioner, karena pemimpin visioner berfungsi sebagai penjaga dan pemelihara nilai-nilai inovatif. Kepemimpinan visioner ini memiliki peran strategis dalam menciptakan kinerja benilai tinggi melalui perberdayaan sumberdaya dan peningkatan kapabilitas yang mencakup kompetensi, komitmen, keterampilan, kreativitas, dan potensi manusia (Frans Mardi Hartanto, 2009 dalam Nanang Fattah, 2015: 14).

Selain pemimpin inovatif, organisasi atau sekolah pun harus inovatif. Namun, pada era kemajuan teknologi dan informasi ini, fokus utama bukan hanya mengenai inovatif, karena

pada era 5.0 teknologi AI berbentuk robot, drone, 3D printing, blockchain, dan juga virtual reality (Saguel, 2018) akan terlibat langsung dengan kehidupan manusia, keadaan teknologi tersebut perlahan-lahan akan dialami oleh semua masyarakat, sehingga tantangan selanjutnya pada era ini adalah globalisasi. Hal itu menunjukan kompetisi tingkat global semakin ketat, maka lembaga pendidikan Indonesia dituntut tidak hanya inovatif tapi juga memiliki strategi jitu untuk bisa bersaing pada tingkat global (Wawan Dhewanto, 2014: 7).

Oleh karena itu, penggunaan manajemen strategi sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan global tersebut, karena sekarang ini manajemen startegi sudah mulai digunakan dalam lembaga pendidikan sebagai salah satu cara menjadi unggul dari yang lain (Buchari Alma, 2003: 150).

METODE

Metode penelitian pada karya ini adalah kajian pustaka. Berisi jenis penelitian kajian literatur yang membahas tentang keadan masyarakat era 5.0, kepemimpinan inovatif serta manajemen strategis untuk menghadapi kompetisi global era 5.0.

PEMBAHASAN

Fokus utama pada era 5.0 ini adalah persaingan tingkat global. Adanya pemimpin inovatif yang visioner untuk menyusun strategi agar menjadi sekolah unggul di antara yang lain sangat diperlukan. Untuk menjadi pemimpin inovatif yang visioner harus memiliki beberapa kompetensi agar mampu menyusun startegi jitu menjadi sekolah unggul. Kompetensi tersebut menurut Nanang Fattah (2015: 14) di antaranya sebagai berikut:

a. Kepedulian, artinya seorang pemimpin harus menaruh perhatian terhadap kepentingan para pemangku kepentingan, komitmen

143 terhadap tujuan organisasi, peduli terhadap tanggung jawab sosial organisasi.

Kepedulian ini menjadi karakter utama pemimpin dalam meninkatkan kecerdasan sosial.

b. Komunikasi, artinya dengan berbagai macam karakter yang ada dalam organisasi, pemimpin mampu menjalin hubungan internal dan eksternal organisasi. Kekuatan komunikasi ditandai dengan menghargai pendapat, mau mendengar, mengerti dan mampu berbicara dengan setiap orang dengan latar belakang yang berbeda.

c. Kesadaran diri, artinya pemimpin memiliki kesadaran diri untuk mengembangkan diri dengan belajar meningkatkan wawasan dan kemampuan. Aspek lain dari kesadaran diri yaitu kekuatan pengendalian diri, rendah hati, dan santun dalam berprilaku sertakehati-hatian dalam membuat keputusan dan bertindak.

d. Tegas, jelas, artinya pemimpin tidak bersikap ambigu dalam pandangan, cara kerja, referensi, acuan nilai, dan sistem nilai yang diyakini. Ketegasan ini menjadi acuan yang dijunjung tinggi sebagai pedoman bersama dan dimaknai sebagai integritas yang mewarnai keputusan dan tindakan dalam mewujud keunggulan.

e. Kontekstual, artinya pemimpin memahami dan mampu beradaptasi dengan lingkungan dan budaya. Pemimpin harus mengembangkan kemampuan untuk melihat dan menerima dan menyesuaikan dalam situasi kerja.

f. Perubahan, lingkungan yang dinamis menutut kemampuan pemimpin untuk beradatasi dengan sistem secara fleksibel.

Organisasi akan bertahan jika mampu mengelola perubahan secara sistematik.

g. Kapabilitas, artinya pemimpin mendorong dan memfasilitasi orang yang terlibat dalam organisai.

Secara global, masyarakat dan organisai mengalami perubahan. Globalisasi dan perubahan menciptakan iklim baru yang

berimplikasi terhadap perubahan peran dan kompetensi pemimpin. Pemimpin yang tidak memiliki kompetensi akan mengalami kerugian.

Salah satu kompetensi itu adalah pembuat keputusan strategis. Suatu strategi akan berhasil jika memiliki nilai-nilai keunggulan. Nilai-nilai keunggulan diperoleh dari sumber daya yang kapabel dalam mencari tahu dan melakukan riset. Kajian atas hasil penelitian ini direkomendasikan dalam bentuk strategi penciptaan nilai. Ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan (Nanang Fattah, 2015).

Aspek-aspek tersebut menurut Nanang Fattah (2015: 17) diantaranya:

1. Kebutuhan dari klien organisasi sehingga mereka organisasi bisa menyediakannya 2. Keinginan klien yang berkaitan hal yang

dapat memenuhi harapan klien

Setelah nilai-nilai keunggulan itu didapatkan, langkah selanjutnya sebelum memanajemen strategi yaitu memperhatikan inovasi. Pada era 5.0 pendekatan inovasi yang dilakukan adalah open innovation yang berfokus pada innovation alliance, parallel, dan integrated. Kondisi pada periode ini menjadi sangat kompleks dan semakin sulit dikelola, karena inovasi yang terbuka, sehingga sulit sekali untuk bersaing. Hal itu disebabkan karena perubahan yang cepat. Oleh karena itu, pendekatan yang cocok pada periode ini adalah context-based atau contextual Innovation.

Pendekatan ini dilakukan berdasarkan permasalahan atau kondisi yang berlaku pada saat itu. Perbedaan kondisi dan permasalahan menyebabkan perbedaan proses inovasi (Wawan Dhewanto, 2014: 8). Pendekatan inovasi kontekstual merupakan pendekatan paling ideal, karena praktik inovasi dan keputusan strategi yang akan diambil berdasarkan permasalahan dan kondisi yang dihadapi pada saat itu.

Tahapan selanjutnya setelah informasi nilai keunggulan dan hasil dari pendekatan inovasi didapatkan, yaitu memahami manajemen strategi sebagai cara menjadi sekolah yang dapat

144 bersaing ditingkat global. Menurut Hadari Nawawi (2005: 148-149 dalam Retina Sri, 2019: 1) Manajemen Strategi yaitu “proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuan.” Menurut Husain Umar (1999: 86 dalam Taufiqurokhman, 2016: 15) manajemen startegi adalah seni dan ilmu dalam hal pembuatan, penerapan, dan evaluasi keputusan-keputusan strategi antara fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan. Sedangkan menurut Buchari Alma (2003, 151) manajemen strategi adalah integrasi manajemen yang mencakup, finansial, akunting, produksi, penelitian dan pengembangan sistem informasi dengan tujuan agar organisasi berjalan sukses. Kemudian menurut J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2000: 3 dalam Buchari Alma, 2003: 150) Strategic management is that set of managerial decision and action that determaines the long run performance of a corporation. It includes environmental scanning, strategy formulation, strategy implementation, and evaluation and control.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, manajemen strategi adalah proses yang melibatkan lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi formulasi strategi, implementasi strategi dan evaluasi serta pengawasan agar tercapainya tujuan organisasi.

Berkaitan dengan kesimpulan tersebut, ada beberapa hal yang harus lebih dipahami dalam proses manajemen strategi, Menurut Buchari Alma (2003) dan Retina Sri Sedajti (2015)diantaranya sebagai berikut:

1. Menetapkan arah dan misi organisasi

Penetapan visi dan misi organisasi ini harus konsisten agar ketika ada perubahan baik dari internal atau eksternal tidak akan merubah visi dan misi organisasi. Arah dan misi inilah yang akan menjadi pondasi utama berlangsungnya organisasi.

2. Memahami lingkungan internal dan eksternal

Memahami lingkungan internal dan eksternal ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai lingkungan kepada para pemegang posisi dalam organisasi. Pada proses pemahaman ini membutuhkan alat analisisnya, yaitu analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunites, and Threarts).

Bagi lingkungan eksternal dibutuhkan dua hal yaitu peluang (Opportunity), dan ancaman (Threats) hal ini berkaitan dengan lingkungan tugas dan lingkungan umum.

3. Memformulasi strategi, hal ini bertujuan untuk mengembangkan misi, identifikasi peluang-peluang dan ancaman, kekuatan, dan kelemahan untuk jangka panjang, sehingan akan diketahui program apa yang akan dikembangkan, apa yang yang akan ditinggalkan, bagaimana mengatur alokasi sumber, apakah akan berkembang atau sebaliknya. David Hunger and Wheelen (2000: 1) berpendapat bahwa langkah- langah dari formulasi strategi yaitu:

Mission: reason for existence, Objectives:

What result to accomplish by when, Strategies: plan to a chieve the mission and objectives, Policies: Broad guidelines for decision making.

4. Implementasi Strategi

Pada tahap ini diharapkan suatu organisasi menetapkan atau merumuskan tujuan perusahaan tahunan, memikirkan dan merumuskan kebijakan, memotivasi anggota serta mengalokasikan sumber daya.

Mengimplementasikan berarti menggerakan para anggota dan pemimpin untuk menempatkan strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan nyata.

Tindakan nyata ini harus dibarengi dengan sikap disiplin dan kinerja tinggi serta imbalan yang memadai, sehingga pemimpin dan anggota mau bekerja dengan penuh kebanggaan dan antusias untuk mencapai tujuan.

5. Mengevaluasi dan mengawasi strategi

145 Tahap ini adalah tahapan terakhir di dalam proses manajemen strategi yang mencakup:

1) Meninjau factor internal dan eksternal sebagai dasar bagi keberlangsungan organisasi, 2) Mengukur kinerja yang telah dilakukan, 3) Mengambil berbagai tindakan perbaikan. Evaluasi strategi ini sangat dibutuhkan untuk menindak lanjuti keberlangsungan organisasi.

Berdasarkan proses manajemen strategi ini, terdapat karakteristik dari manajemen startegi.

Menurut (Retina Sri Sedjari, 2015: 13) diantaranya:

a. Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar.

Mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk Rencana Strategi (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi Perencanaan Operasional (RENOP). Kemudian dijabarkan dalam program kerta.

b. Rencana strategi berorientasi pada jangkauan masa depan (25 – 30 tahun).

Sedangkan RENOP ditetapkan untuk setiap satu atau limat tahun.

c. VISI, MISI, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi utama dan tujuan stratetgi organisasi untuk jangka panjang.

d. Penetapan Restra dan Renop harus melibatkan Manajemen Puncak (pimpinan) karena hal ini berkaitan dengan misi organisasi.

e. Pengimplementasian strategi dalam progam- program untuk mencapai sasaran dilakukan melalui fungsi manajemen mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penggaran dan kontrol.

Selain karakteristik, manajemen stategi memiliki keunggulan tersendiri. Menurut Retina Sri Sedjati (2015:9) manfaat dari proses manajemen strategi di antaranya adalah:

a. Profitabilitas

Seluruh pekerjaan diselenggarakan secara efektif dan efisien dengan penggunaan

anggaran yang hemat dan tepat, sehingga tidak akan terjadi keborosan.

b. Produktivitas Tinggi

Jumlah pekerjaan yang diselesaikan cenderung meningkat. Kekeliruan dan kesalahan kerja semakin berkurang. Proses dan hasil memberikan pelayanan yang memuaskan.

c. Posisi Kompetitif

Eksistensi sekolah diterima, dihargai dan dibutuhkan masyarakat. Sifat kompetitif ini dilihat dari out put dan out come.

d. Keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia yang dimiliki terus dikembangkan, kemampuan memecahkan masalah di masa sekarang maupun masa mendatang

e. Iklim Kerja

Terdapat hubungan baik dari segi formal dan informal SDM sehingga semuanya bekerja sesuai dengan porsi masing-masing

f. Etika dan Tanggung Jawab

Pekerjaan terlaksana dan dikembangkan etika dan tanggung jawab yang tinggi, dengan selalu mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.

Pada setiap proses pencapaian tujuan organisasi banyak cara yang dilakukan untuk sampai pada tujuan tersebut. Cara tersebut harus memberikan manfaat bagi organisasi. Seperti halnya pada proses manajemen strategi ada beberapa manfaat yang bisa diambil, menurut Retina Sri Sedjati (2015, diantaranya adalah:

1. Organisasi pendidikan sebagai organisasi kerja menjadi dinamis, karena RENSTRA dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan keadaan organisasi.

Dengan demikian, manajemen strategi akan selalu terarah pada tujuan strategi dan misi yang realistic.

2. Implementasi manajemen strategi melalui realisasi RENSTRA dan RENOP berfungsi sebagai pengendali dalam menggunakan sumber daya. Dengan demikian manajemen strategi mampu menujang fungsi control.

146 3. Manajemen strategi diimplementasikan

dengan memilih dan menetapkan strategi sebagai pendekatan logis, rasional dan sistematik, menjadikan acuan untuk mempermudah perumusan dan pelaksanaan program kerja, sehingga akan memperkecil perbedaan dan pertentangan antar anggota.

4. Manajemen strategi dapat difungsikan sebagai sarana dalam mengomunikasikan gagasan, kreativitas, dan inovasi, sehingga setiap anggota organisasi akan dengan mudah menyepakati perubahan atau pengembangan strategi.

5. Manajemen strategi bagi pendidikan mampu mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai wewenang, posisi dan tanggung jawab.

6. Manajemeni stategi bagi pendidikan mampu meningkatkan rasa memiliki, bertanggung jawab, dan berpartisipasi dalam pendidikan.

Proses manajemen strategi tidak akan berhasil tanpa peran manajemen puncak yaitu pemimpin sebagai penggerak utama dalam organisasi. Peran pemimpin inovatif yang visioner akan melakukan berbagai cara untuk menjadikan sekolahnya sebagai sekolah yang unggul. Oleh karena itu, untuk menyongsong era 5.0 pemimpin sudah sehausnya mengembangkan kompetensi untuk menambah pengetahuan dan wawasan agar mampu bertahan pada era tersebut. Manajemen strategi salah satu cara agar lembaga pendidikan siap menyongong era 5.0 itu. Pada awalnya pasti akan terasa sulit untuk melakukan perubahan, akan tetapi hasil dari proses manajemen strategi itu mampu menjadikan lembaga pendidikan atau sekolah sebagai organisasi yang kuat dalam menghadapi tantangan global masa depan.

KESIMPULAN

Kepemimpinan inovatif untuk menyongsong era 5.0 adalah pemimpin yang siap menghadapi tingkat persaingan global yang ketat. Kesiapan itu dibangun sejak saat ini, dengan menerapkan proses manajemen strategi dalam menjalankan

organisasinya, agar semua anggota organisasi terbiasa dengan inovasi dan perubahan ke arah lebih baik. Dengan demikian, sekolah sebagai lembaga pendidikan akan siap menjadi bagian dari masyarakat 5.0.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2003). Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Dhewanto, Wawan. (2014). Manajemen Inovasi: Peluang Sukses Menghadapi Perubahan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Fattah, Nanang. (2015). Manajemen Stratejik Berbasis Nilai. Bandung: PT. Remaja Rosda.

Kurniadin, Didin & Machali, Irman. (2016).

Manajemen Pendidikan: Konsep &

Prinsip Pengelolaan Pendidikan.

Yogyakarta: Arruz-Media.

Sedjati, Retina Sri. (2015). Manajemen Strategis. Yogyakarta: Deepublish.

Salgues, Bruno. (2018). Volume 1 Society 5.0 Industry of the Future, Technologies, Methods and Tools. USA: Wiley.

Sa’ud, Syaefudin Udin. 2019. Bunga Rampai Administrasi Pendidikan: Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta.

Taufiqurokhman. (2016). Manajemen Strategik.

Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Moestopo Beragam.

Usman, Husaini. (2010). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Penelitian. Jakarta:

Bumi Aksara.

Wulandari, Fitri, Febriansyah, Dwi, Salwa, Sulaiman, Raden Muhamad. 2019.

Kepemimpinan Kepala Sekolah Di Era Revolusi Industri 4.0 Dalam Meningkatkan Akreditasi Sekolah.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang 12 Januari 2019.

147 PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Revolusi industri 4.0 sering disebut sebagai era disrupsi, era inovasi, atau juga disebut sebagai ancaman incumbent (kasali, 2018). Pada era ini kita bisa melihat bahwa teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya dihampir lini kehidupan manusia.

Kita sebagai pendidik bangsa. Pendidkan karakter tidak bisa diwakilkan dengan teknologi.

Inilah maka saya anggap seminar untuk para kepala sekolah sangat-sangat penting. Karena susuai Permendikbud 6/2018 bahwa kepala

sekolah bukan lagi guru yang diberi tambahan sebagai kepala sekolah, tetapi guru yang diberi tugas memimpin dan mengelola satuan pendidikan,” katanya dalam acara yang dihadiri para kepala sekolah dan kepala madrasah se- Purbalingga ini.

Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Berikutnya pada pasal 11 Ayat (1) juga dinyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan

Pentingnya Sikap Empati Kepemimpinan Inovatif Dalam

Persekolahan Menuju Era 5.0