• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhtaram Mirfani

Program Studi Administrasi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model capacity building kepemimpinan kepala sekolah berbasis kompetensi dalam pengembangan organisasi pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan metode Literature Review. Sampel yang digunakan adalah beberapa artikel jurnal yang telah dimuat pada OJS terakreditasi yang berkaitan dengan capacity building kepemimpinan kepala sekolah berbasis kompetensi dan organisasi pembejalaran. Hasil dari literatur ini menunjukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berbasis kompetensi sangat diperlukan dalam mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran. 5 (lima) kompetensi utama kepala sekolah menjadi dasar utama dalam mewujudkan lingkungan organisasi pembelajaran yaitu organisasi yang siap terhadap perubahan dan tantangan dari lingkungan luar sekolah.

Kata Kunci: capacity building, kepemimpinan kepala sekolah, organisasi pembelajar

berkembang atau tidaknya suatu organisasi.

Oleh karena itu capacity building (peningkatan kapasitas) adalah hal yang harus dilakukan di dalam semua organisasi termasuk oleh organisasi pembelajaran dalam hal ini adalah sekolah. Seperti disampaikan Hoy & Miskel (2013, hlm. 23), sekolah sebagai sebuah sistem sosial merupakan suatu sistem yang berinteraksi dengan berbagai elemen untuk memperoleh bahan masukan dari luar sekolah, lalu mentransformasikannya untuk kemudian memproduksi hasil terbaik bagi lingkungan masyarakat.

Dalam pengembangan organisasi pembelajaran, maka tidak akan terlepas dari pentingnya capacity building sosok pemimpin yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai Leader bertanggung jawab sebagai unjung tombak dalam implementasi Capacity Building di sekolah yang dipimpinnya. Berdasarkan berbagai penelitian membuktikan bahwa faktor pemimpin menjadi peranan penting dalam pengembangan organisasi, seperti dikemukakan oleh Covey (dalam Muhaimin, 2009, hlm. 29), bahwa 90% dari semua kegagalan kepemimpinan adalah kegagalan pada sifat atau perilaku pribadi pemimpin.

Mempelajari perilaku dalam kepemimpinan pada dasarnya mengacu kepada dua bentuk, yaitu perilaku yang berorientasi kepada pekerjaan dan perilaku yang berorientasi kepada hubungan. Seorang pemimpin perlu menguasai keduanya baik kompetensinya dalam bekerja maupun attitude nya dalam berhubungan dengan bawahan, sehingga diperlukan capacity building kepemimpinan kepala sekolah yang berbasis kompetensi di lingkungan organisasi pembelajaran.

Kompetensi kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin menggerakan orang lain melakuakn suatu pekerjaan dengan suka rela atau senang hati. Seperti disampaikan Hughes, dkk (2012, hlm.83) menyatakan satu alasan yang membuat siapapun dapat meningkatkan

efektivitas kepemimpinannya adalah pemimpin harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang perlu dimiliki seperti kompetensi teknis adalah pengetahuan dan perilaku yang dapat digunakan oleh seseorang untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. Seorang kepala harus memiliki 5 (lima) kompetensi utama yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial (Mulyasa, 2017).

Pengembangan kapasitas atau capacity building tentu tidak hanya berorientasi pada kemampuan manusia, namun mencakup keseluruhan lingkup organisasi yang terdiri dari sistem penataan organisasi atau dikenal dengan sistem manajemen, kebijakan target capaian, strategi pencapaian, dan peraturan organisasi.

Ruang lingkup tersebut mengharuskan adanya tingkat pengembangan kapasitas dari capacity building atau capacity developement yang berarti mengembangkan kemampuan yang sudah ada (existing capacity), dan pengembangan kapasitas yang mengedepankan proses kreatif untuk membangun kapasitas yang belum terlihat atau constructing capacity.

Organisasi-organisasi pembelajaran sangat terlihat pada abad ke-21 atau sering dikenal dengan generasi 4.0 ini. seperti disampaikan M.

Najib dkk, (2019 hlm. 209) Learning organization (organisasi pembelajaran) merupakan salah satu ciri organisasi abad 21, karena organisasi yang demikian mampu menjawab tantangan yang dihadapi sekaligus menjamin terciptanya kehidupan dan kelangsungan organisasi. Organisasi yang memiliki keunggulan di masa depan akan menjadi organisasi yang senantiasa menumbuhkan komitmen dan kapasitas belajar anggotanya pada semua tingkat organisasi. Hal ini menjadi dasar bahwa organisasi pembelajaran adalah organisasi yang siap dalam menghadapi perubahan dimasa mendatang. Pada kondisi tersebut seorang pemimpin harus

memiliki visi kedepan, dan siap dengan segala dinamika perubahan yang ada.

METODE

Untuk mengetahui bagaimana model capacity building kepemimpinan kepala sekolah yang berbasis kompetensi mengembangkan organisasi pembelajaran, penulisan artikel ini menggunakan menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode Literatur Review.

Literature Review merupakan analisa berupa kritik (membangun maupun menjatuhkan) dari penelitian yang sedang atau telah dilakukan terhadap topik khusus atau pertanyaan terhadap suatu bagian dari keilmuan. Literatur review berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian.

Uraian dalam artikel ini berusaha diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang pemecahan masalah yang sudah diuraikan pada perumusan masalah.

Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan tema yang penulis angkat adalah penelitian dari jurnal dengan judul “Analisis Enam Keterampilan Inti Kepemimpinan Dalam Pengembangan Organisasi Pembelajaran (Najib dkk, 2019). Secara garis besar dalam jurnal ini membahas tentang Program Core Skill yang dari Lembaga British Council yang dirangkum menjadi enam keterampilan inti yaitu Critical thinking and problem solving, Collaboration and communication, Creativity and imagination, Citizenship, Digital literacy, dan Student leadership and personal development.

Pemahaman pemimpin organisasi tentang proses secara rinci dalam meningkatkan efektivitas peran dan kelompok guru individu dalam organisasi akan mempengaruhi organisasi pembelajaran dan kunci penerapan keterampilan pendidikan.

Jurnal lain yang menjadi rujukan dari penulisan artikel ini adalah jurnal dengan judul

“Model Capacity Building Kepemimpinan

Kepala Sekolah Berbasis Kompetensi dalam Mewujudkan Sekolah Berbasis Karakter” (Hery Muljono, Yesi S. Sari 2019). Dari jurnal tersebut disimpulkan bahwa kompetensi dan sifat kepribadian seorang kepala sekolah berpengaruh positif terhadap sekolah berkarakter. Artinya, semakin tinggi kompetensi dan semakin baik sifat kepribadian pemimpin maka akan semakin mempermudah dalam mewujudkan sekolah yang berkarakter.

PEMBAHASAN

Penulisan artikel ini menganalisis, mengkomparasikan, serta mensintesis dan mengkritisi beberapa jurnal yang berkaitan dengan model capacity building kepala sekolah berbasis kompetensi dan organisasi pembelajaran. Temuan yang didapatkan dari hasil literature review tersebut di jelaskan sebagai berikut:

Model Capacity Building Kepala Sekolah berbasis Kompetensi

Pada Jurnal yang berjudul Kompetensi kepala sekolah Model Capacity Building Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Kompetensi dalam Mewujudkan Sekolah Berbasis Karakter” (Hery Muljono, Yesi S. Sari 2019), penulis membuat beberapa indikator yaitu kompetensi kepala sekolah terhadap kepribadian kepala sekolah, kompetensi sekolah terhadap sekolah berkarakter, dan sikap kepribadian kepala sekolah terhadap sekolah berkarakter.

Kepala sekolah tentunya memiliki peran yang sangat penting di sekolah. Kepala sekolah sebagai Leader ia menanggung tanggung jawab yang amat besar. Ia harus bisa menjadi sosok yang bisa menjadi panutan dan contoh bagi seluruh staffnya. Oleh karena itu dijelaskan bahwa perilaku kepemimpinan ada yang berorientasi pada hubungan. Hubungan tersebut bisa terjalin dengan baik jika sosok kepala sekolah memiliki kepribadian yang baik juga.

Pada hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa semakin tinggi kompetensi kepala sekolah maka semakin tinggi sifat kepribadian kepala sekolah.

Oleh karena itu harus jelas kompetensi apa yang bisa meningkatkan sifat kepribadian tersebut.

Dedi Purwana (2015) (dalam Hery Muljono 2019) pada penelitiannya lebih mengkhususkan pada tipe Kompetensi Kepala Sekolah yaitu Kompetensi Kepala Sekolah transformasi mempunyai pengaruh langsung yang positif terhadap Sifat Kepribadian Kepala Sekolah dimana penerapan gaya Kompetensi Kepala Sekolah transformasi dapat meningkatkan kualitas Sifat Kepribadian Kepala Sekolah di perguruan tinggi.

Tapi perlu dipahami bahwa gaya kepemimpinan itu ada banyak, kepemimpinan trnasformasi hanya salah satunya, selain kepemimpinan transformasi, ada kepemimpinan autentik, kepemimpinan situasional, kepemimpinan kharismatik dan sebagainya.

Oleh karena itu kita tidak bisa menggeneralisis bahwa kompetensi kepemimpinan transformasional adalah yang terbaik.

Kompetensi kepala sekolah berpengaruh positif terhadap sekolah berkarakter. Semakin tinggi kompetensi kepala sekolah maka semakin berkarakter sekolah yang dipimpinnya. Hal ini menunjukan bahwa seorang kepala sekolah bisa membawa organisasinya yakni sekolah ke arah yang diinginkan misalnya ke arah sekolah yang berkarakter. Tetapi, hal tersebut tidak bisa dilakukan jika kepala sekolah tidak memiliki kompetensi yang memadai. Kompetensi yang dimaksud disini adalah kompetensi kepala sekolah dalam merumuskan visi dan misi sekolah yang ingin dicapai. Gutrie dan Reed dalam Husaini Usman (2009:626) bahwa Kompetensi Kepala Sekolah yang kuat adalah Kompetensi Kepala Sekolah yang memiliki visi yang jelas, dalam arti sebenarnya maupun dalam arti singkatan.VISION akronim dari Vision (visi), Inspiration (memberi inspirasi), Strategy orientation (orientasi jangka panjang), Integrity

(integritas), Organizational Sophisticated (memahami dan berorganisasi secara canggih), dan Nurturing (memelihara keseimbangan, keharmonisan antara tujuan sekolah dengan tujuan individu warga sekolah atau peka terhadap tujuan individu bawahannya). Namun perlu diingat bahwa untuk mencapai tujuan organisasi peran pemimpin sangat penting sebagai ujung tombak, namun komitmen organisasi adalah tanggung jawab bersama tidak hanya ada di pucuk pimpinannya saja.

Pengembangan Organisasi Pembelajaran Learning Organization merupakan nilai penting dalam penciptaan proses pembelajaran.

sekolah harus terbuka untuk terus belajar hingga akhirnya menjadi sekolah pembelajar. Menurut Djam’an Satori (2013) Learning Organization tercipta melalui suatu wadah kegiatan guru yang terhimpun dalam MGMP. Menurut Kepala sekolah, penciptaan Learning Organization ini ditujukan agar pada organisasi sekolah sebagai organisasi yang nyata-nyata menamakan institusinya sebagai tempat belajar terbaik sangat harus menunjukan kebiasaan belajar baik pada tingkat individu, kelompok atau sistem secara keseluruhan untuk mengadakan transformasi secara terus menerus dengan tujuan untuk memuasakan pelanggan.

Pada jurnal yang ke-dua fokus pada aplikasi keterampilan inti yang disosialisasikan oleh British Council dan Learning Organization di SMP Muhammadiyah 8 Bandung. British Council adalah salah satu organisasi budaya asal negara Inggris yang bergerak di bidang pendidikan. Organisasi ini menjalin kerjasama dengan Indonesia dalam hubungan budaya dan kesempatan pendidikan. British Council saat ini sedang mensosialisasikan pelatihan kurikulum Core Skills di seluruh dunia. Seperti yang didefinisikan oleh British Council,

"Keterampilan Inti atau Core Skill adalah keterampilan penting yang dibutuhkan generasi muda abad ke-21 agar dapat sepenuhnya siap

menghadapi kehidupan dan bekerja dalam ekonomi global". Program Core Skills yang dimaksud adalah 1. Critical thinking and problem solving yaitu mempromosikan pemikiran mandiri yang menghasilkan baru dan ide inovatif dan memecahkan masalah;

mencerminkan secara kritis pengalaman dan proses belajar dan membuat keputusan yang efektif 2. Collaboration and communication yaitu membina komunikasi yang efektif (lisan dan tulisan); aktif mendengarkan dan terlibat dengan orang lain di lingkungan yang beragam dan multi bahasa dan memahami secara lisan dan komunikasi nonverbal; mengembangkan kemampuan untuk bekerja di berbagai tim internasional, termasuk belajar dari dan berkontribusi terhadap pembelajaran orang lain, dengan asumsi tanggung jawab bersama, bekerja sama, memimpin, mendelegasikan dan berkompromi untuk menghasilkan gagasan dan solusi baru dan inovatif. 3. Creativity and imagination yaitu mempromosikan kewirausahaan ekonomi dan sosial;

membayangkan dan mengejar ide baru, menilai nilai, mengembangkan inovasi dan rasa ingin tahu. 4. Citizenship yaitu mengembangkan warga aktif dan sadar secara global yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan motivasi untuk mengatasi masalah kelestarian manusia dan lingkungan dan bekerja menuju dunia yang lebih adil dengan semangat saling menghormati dan dialog terbuka;

mengembangkan pemahaman tentang apa artinya menjadi warga negara mereka negara sendiri dan nilai negaranya sendiri. 5. Digital literacy yaitu mengembangkan keterampilan untuk menemukan, memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi dalam ekonomi global; menggunakan teknologi untuk memperkuat, memperluas dan memperdalam pembelajaran melalui internasional kolaborasi. 6. Student leadership and personal development yaitu mengenali pentingnya kejujuran dan empati; mengenali

kebutuhan dan keamanan orang lain; membina ketekunan, ketahanan dan kepercayaan diri;

Menjelajahi kepemimpinan, pengaturan diri dan tanggung jawab, kesehatan pribadi dan kesejahteraan, karir dan keterampilan hidup;

belajar belajar dan belajar seumur hidup.

Menurut Najib (2019) dijelaskan dalam artikelnya bahwa “Arahan pimpinan SMP Muhammadiyah 8 Bandung yang mengarah pada kerja kolaboratif yang bersifat terbuka membuatnya lebih efektif dalam menghasilkan perubahan kepemilikan guru, meskipun kami belum membandingkan kedua model secara empiris”. Pola kerja kolaboratif ini yang bisa membangun kerjasama semua pihak. Semua komponen dalam organisasi memiliki tanggung jawab masing-masing sehingga tujuan untuk mewujudkan organisasi pembelajar adalah tanggung jawab bersama tidak hanya ada pada pucuk pimpinan saja.

Peran pihak-pihak yang itu berkolaboratif juga bisa menciptakan suasana pembelajaran yang profesional. Pembelajaran yang profesional adalah pembelajaran yang komitmen terhadap cara-cara kerja yang baru sehingga inilah yang dimaksudkan menjadi organisasi pembelajaran yaitu siap dengan segala perubahan yang ada.

Organisasi pembelajaran juga mengedepankan aspek pemberdayaan karena pemberdayaan merupakan salah satu indikator organisasi yang sehat. Organisasi yang sehat yaitu organisasi yang didalamnya terdapat individu-individu yang bersemangat. Semangat tersebut bisa mendorong organisasi untuk terus belajar hal baru dan berlajar terhadap tantangan perubahan. Seperti di SMP 8 Muhammadiyah 8 Bandung tersebut guru-guru membuat proyrk KaRuMi (Kajian Rutin Mingguan) mereka terlibat dalam proyek perubahan dan proyek Continues Professional Development (CPD) sebagai cara efektif dalam meningkatkan kualiatas sumber daya manusia yang ada di sekolah tersebut. Guru dan staff terlibat aktif

dalam proyek prubahan untuk meingkatkan kualitas proses pembelajaran.

KESIMPULAN

Kepala sekolah sebagai leader maka harus bisa secara mandiri memiliki motivasi untuk bisa meningkatkan terus kompetensi yang telah dimilkinya. Hal ini dikarenakan kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan sekolah sebagai oragnisasi pembejalaran sehingga ia harus menjadi pelopor dan penggerak utama organisasi agar bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kompetensi utama kepala sekolah yang terdiri dari kompetensi kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial sebisa mungkin harus sudah melekat pada diri seorangkepala sekolah.

Guru adalah pihak yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga guru harus senantiasa meningkatkan kompetensinya melalui banyak cara misalnya proyek perubahan bersama guru lain, melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGPM), seminar, pelatihan dan sebagainya.

Sekolah sebagai organisasi pembelajaran maka semua pihak harus memiliki andil bersama sebagai suatu pola kerja yang kolaboratif dan saling tanggungjawab. Sehingga tujuan untuk menciptakan sekolah sebagai organisasi pembelajaran bukanlah tugas dari pimpinan dalam hal ini kepala sekolah saja melainkan tugas bersama-sama semua pihak mulai dari kepala sekolah, guru-guru, tenaga kependidikan serta semua pihak yang terlibat secara langsung maupun secar tidak langsung dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Hoy, Wayne K & Miskel, Cecil G 2013.

Educational Administration: Theory, Research and Practice. New York: Mc Graw Hill.

Hughes, Richard L, Robert C. Ginnett & J.

Curphy Gordon. 2012. Enchancing the

Lessons of Experience, 7th ed., New York: McGraw-Hill

Muhaimin, et al. 2009. Manajemen Pendidikan:

Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah.

Jakarta: Kencana.

Muljono, Hery, Sari, Yesi S. Model Capacity Building Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Kompetensi Dalam Mewujudkan Sekolah Berbasis Karakter. Jurnal Adminstrasi Pendidikan, 26 (2), 88-97.

Mulyasa. (2013). Pendidikan Bermutu Dan Berdaya Saing. Bandung: PT Rosdakarya.

Najib. M. dkk (2019). Analisis Enam Keterampilan Inti Kepemimpinan Dalam Pengembangan Organisasi Pembelajaran.

Jurnal Adminstrasi Pendidikan, 26 (2), 206-216.

Satori, Djam’an., Meirawan, Danny,. Komariah, Aan,. Model Pengembangan Kapasitas Manajemen Sekolah (School Capacitybuilding) Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Adminstrasi Pendidikan, 17 (1), 184-192.

Wibawa, Eka A.. Capacity Building Dan Strategi Peningkatan Kualitas Sdm Organisasi. [Online] Diakses pada : http://bpsdm.kemenkumham.go.id/id/artik el-bpsdm/35-capacity-building-dan- strategi-peningkatan-kualitas-sdm- organisasi.

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab sebagaimana tercantum dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 1. Demi tercapainya tujuan itu dibentuklah suatu sistem pendidikan nasional Indonesia yang dilaksanakan kepada akar budaya dan falsafah bangsa dengan beriorentasi

Manajemen Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesional

Guru di MAN Model Banda Aceh dan SMU Abulyatama Aceh

Besar