• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab sebagaimana tercantum dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 1. Demi tercapainya tujuan itu dibentuklah suatu sistem pendidikan nasional Indonesia yang dilaksanakan kepada akar budaya dan falsafah bangsa dengan beriorentasi

Manajemen Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesional

Guru di MAN Model Banda Aceh dan SMU Abulyatama Aceh

Besar

terhadap persaingan global dalam kemajuan peradaban dunia melalui manajemen pendidikan nasional.

Manajemen pendidikan nasional menata setiap komponen sistem pendidikannya, yakni tenaga pendidik dan pendidik, peserta didik kurikulum dan sarana prasarana, secara sistematis agar dapat menghasilkan output pendidikan sesuai dengan tujuan tersebut.

Dalam pelaksanaannya, Nanang Fattah (2008:1) mengungkapkan pengelolaan setiap komponan sistem pendidikan tidak terlepas dari fungsi- fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpin (leading) serta pengawasan (controling). Fungsi-fungsi tersebut bertujuan untuk mengatur proses kegiatan pendidikan, termasuk di sekolah sebagai wahana pendidikan, agar dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan sebagaimana yang diharapkan, tidak hanya dituntut peran dari guru, akan tetapi kepala sekolah juga sangat berperan didalamnya.

Kepala sekolah adalah sebagai pemimpin atau top manager di sekolahnya. Ia adalah motor penggerak dari seluruh sumber daya yang tersedia di sekolah, baik itu sumber daya guru, pegawai tata usaha maupun siswa. Dengan demikian terhadap guru, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi, medorong, mengarahkan guru agar mereka melaksanakan tugasnya secara optimal. Dengan demikian, peran yang sangat diharapkan dari kepala sekolah adalah efektivitas atau manajemen kepala sekolah dalam menggerakkan para guru.

Buchari Zainun (2004) menyatakan bahwa kegiatan atau manajemen pemimpin dalam membangkitkan motivasi kerja guru sebagai bawahannya antara lain: perhatian pada bawahan, partisipasi, komunikasi ke segala arah, rekognasi, delegasi dan menciptakan iklim kompetisi.

METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan deskriptif. Metode penelitian deskriptif dalam metode penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi lapangan penelitian pada saat sekarang atau saat penelitian dilaksanakan. Data yang dihimpun di analisis secara kualitatif untuk mendapatkan makna dari fenomena yang telah diamati.

Creswell (2012) mengatakan bahwa; “Penelitian kualitatif adalah proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan”. Seluruh tujuan kualitaif adalah untuk mencapai pemahaman bagaimana orang merasakan dalam proses kehidupannya, memberi makna, dan menguraikan bagaimana

orang menginterpretasikan

pengalamannya.pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Data dan informasi yang telah diperoleh peneliti selanjutnya, dianalis dan diinterpretasikan mulai awal penelitian sampai akhir penelitian dengan merujuk landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan cara menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data (mereduksi data), merangkum hal-hal pokok (display data) dan penarikan kesimpulan (verifikasi data).

PEMBAHASAN

Program Kepala Sekolah

Pada hal yang lebih khusus lagi adalah kepemimpin sekolah, Suharsahputra (2016:115)

mengatakan: “Kepemimpinan sekolah sebagai kerja mobilisasi dan mempengaruhi yang lain untuk mengartikulasikan dan mencapai maksud dan tujuan yang didukung oleh sekolah”. Dalam implementasinya kinerja kepemimpinan dapat di selesaikan oleh orang-orang yang menduduki variasi peran di sekolah, dan fungsi dari kepemimpinan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada individu dari pemimpin, dengan begitu berarti kerja sama sangatlah dibutuhkan disini.

Proses pendidikan dapat dikatakan bermutu karena memiliki atau di tentukan oleh berbagai elemen dan unsur yang ada dalam pendidikan. Elemen dan unsur tersebut membentuk apa yang disebut dengan sistem pendidikan, dimana sistem pendidikan tersebut akan sangat berhungan dengan proses pendidikan yang dilaksanakan. Ada sepuluh faktor penentu terwujudnya prosoes pendidikan yangbermutu adalah sebagai berikut: (1) keefektifan peran manajemen kepala sekolah;

(2) partisipasi dan rasa tanggung jawab guru; (3) staf dan pegawai lainnya di lingkungan sekolah;

(4) proses belajar mengajar yang efektif; (5) pengembangan guru, staf, dan pegawai lainnya yang terprogram; (6) kurikulum yang relevan dan fleksibel dalam menghadapi perkembangan zaman; (7) visi, misi, dan strategi yang jelas; (8) iklim sekolah yang kondusif; (9) penilaian komprehensif tentang kekuatan dan kelemahan;

(10) komunikasi yang dilakukan secara efektif, baik secara internal maupun eksternal; serta keterlibatan orang tua dalam masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dissusun pada setiap awal tahun pelajaran oleh tim pengemngan sekolah yang meliputi program tahunan dan program smester dan belum terdokumentasi dengan baik dan rapi. Program yang direncanakan adalah melakukan pembinaan kepada guru secara rutin berupa melakukan pembinaan tentang Penyusunan

Rencana Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan MGMP di sekolah dan pengadaan alat peraga atau media pembelajaran.

Pelaksanaan Manajemen Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan pejabat profesional yang ada dalam organisasi sekolah, yang bertugas untuk mengatur seluruh sumber daya sekolah dan bekerja sama dengan guru- guru, staf, pegawai, MGMP, Komite dan lainnya dalam mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, maka dituntuk keras terhadap manajemen kepala sekolah sebagai top manager harus ditingkatkan semaksimal mungkin untuk tercapainya tujuan dari pendidikan. Seperti yang diungkapkan Mulyasa (2013:26)

“Pengembangan profesionalisme kepala sekolah merupakan tugas dan wewenang para pengawas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan Nasional”.

Oleh karena itu di dalam profesionalisme kepala sekolah yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah adalah manajemen kepala sekolah.

Merujuk kepada Engkoswara (Mulyasa, 2013:9) “Manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama”. Pada dasarnya manajemen pendidikan menyangkut terhadap tujuan pendidikan, manusia yang melakukan kerja sama, proses sistematik, serta sumber-sumber yang didayagunakan. Manajemen pendidikanmerupakan suatu cabang ilmu manajemen yang mempelajari penataansumber daya manusia, kurikulum, fasilitas, sumber belajar dan dana, serta upaya mencapai tujuan lembaga secara dinamis.

Manajemen merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai suatu tujuan yang telah disepakati bersama, agar efektif dan efesian di dalam pelaksanaan dan pencapaiannya. Mustari (2015:7) mengatakan secara umum, manajemen dapat dibagi menjadi 10 bagian, yaitu: “Planning, organizing, staffing, directing, leading, coordinating, motivating, controlling, reporting, dan forecasing”.

Perencanaan (Planning) proses kegiatan untuk menyajikan secara sistematis segala kegiatan yang akan di laksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya perencanaan, fungsi manajemen berfungsi untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai, menetapkan biaya, menetapkan segala peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan. Mustari (2015:7) menyimpulkan perencanaan adalah “Penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dan planning adalah sebagai penetapan tujuan, policy, prosedur, budget, dan program dari sesuatu organisasi”.

Pengelompokkan (Organizing) adalah pengelompokkan kegiatan yang diperlukan yaitu penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi. Pengelompokkan dapat juga dikatakan secara keseluruhan sebagai aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang- orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berguna dan berhasil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian terdiri dari: (a) Menyediakan fasilitas-fasilitas perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan rangka kerja yang efisien; (b) Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur; (c)

Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi; (d) Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur; (e) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja dan mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.

Bimbingan ataupun pengarahan (Directing) merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberikan bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan tersebut agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Onisimus (2013:24) mendefinisikan pengarahan adalah “Suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berupaya untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi”. Pada hakikatnya pengarahan yang dimaksud untuk memberikan arahan dari seorang pemimpin atau kepala sekolah kepada bawahannya sebelum melaksanakan tugasnya atau dalam kaitan dengan memberikan semangat dan motivasi pengabdian untuk meningkatkan kinerja setiap pelaksana organisasi pendidikan.

Pemimpinan (Leading)pemimpinan adalah aspek memimpin dari seseorang atau beberapa orang pimpinan, karena kepemimpinan itu bersifat kolektif, maka dalam konteks organisasi sekolah, pemimpin berkaitan dengan proses merencanakan, mengorganisasi dan kegiatan yang berkaitan dengan kemajuan dengan lembaga kependidikan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, pemimpin sangat diperlukan dalam rangka mengarahkan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa ada fungsi pemimpin dalam satu organisasi sekolah maka setiap komponen yang saling berkaitan tidak akan bisa berjalan, karena membutuhkan sistem dari pada komando ataupun perintah yang menandai dimulainya proses dan aktivitas semua sistem dalam organisasi. Melihat begitu sangat pentingnya

peran seorang pemimpin, John Adair (Onismus, 2013:52) yang mengutip pendapat beberapa ahli mengatakan: “Data menunjukkan bahwa kepemimpinan adalah suatu hubungan antara orang-orang dalam situasi sosial tertentu, dan bahwa orang-orang yang merupakan pemimpin dalam suatu situasi tertentu, belum tentu menjadi pemimpin dalam situasi yang lain”.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen/program untuk meningkatkan kompetensi profesional guru diawali dengan menyampaikan pengarahan pada setiap awal semester. Dalam pelaksanaan kegiatan sekolah, kepala sekolah berupaya untuk menciptakan kebiasaan dan situasi sekolah yang aman dan nyaman. Pengembangan kebiasaan sekolah diarahkan pada sasaran yang dapat diukur untuk mempermudah pencapai peningkatan kompetensi profesional guru. Untuk mendukung program ini, kepala sekolah menerapkan sistem reward dan punishment.

Hambatan-Hambatan Pelaksanaan Manajemen Kepala Sekolah

Berdsarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru adalah guru masih kurang menguasai teknologi, masih ada guru yang kurang menguasai materi pelajaran, dan guru masih kurang dalam menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan materi masing-masing, banyaknya tugas kepala sekolah saat ini, dan dengan belum adanya program sekolah yang baku, dan yang mana disaat pelatihan hal ataupun perlakuan berbeda yang diberikan terhadap guru, terutama pada guru-guru yang dibawah naungan KEMENAG.

KESIMPULAN

Program kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi profesional guru disusun pada setiap awal tahun pelajaran oleh tim pengembangan sekolah yang meliputi program tahuanan dan program smester, serta belum terdokumentasi dengan baik dan rapi.

Pelaksanaan program untuk meningkatkan kompetensi profesional guru diawali dengan menyampaikan pengarahan pada setiap awal smester.

Upaya yang di lakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dengan pembinaan dan motivasi, mengirim guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, menyediakan media pembelajaran yang dibutuhkan dan menghidupkan program MGMP.

DAFTAR PUSTAKA

Buchari, Zainun 2004.Administrasi dan manajemen sumber daya manusia pemerintah Negara Indonesia.

Euis, Doni. 2013. Manajemen dan Profesionalisme Kepala Sekolah Membangun Sekolah Yang Bermutu.

Bandung: Alfabeta.

Marzuwan. Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Manajer dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di SMA Negeri 1 Meureudu. Jurnal Administrasi Pendidikakan Unsyiah, Vol. 4, No. 3, Agustus 2016.

Mulyasa. 2013. Menjadi Kepala Sekolah Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mustari M (2015). Manajemen Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Yusrizal (2016). Pengukuran dan Evaluasi Hasil dan Proses Belajar. Yogyakarta:

Pale Media Prima.

PENDAHULUAN

In this world 5.0 era whereby educational institutions are increasing every day, there is a demand or requires a leadership that is apprised with the challenges facing educational institutions and can approve administrative techniques to bring panacea to administrative challenges in educational institutions or any organization. According to Ololube (2013) posits that to be a good leader, one must have the experience, knowledge, commitment, patience and most important the skill to negotiate and work with others to achieve goals.

Again, Bass (1985) affirmed that a leader should transform followers, creating visions of

the goal that may be attained and articulating for the followers and the ways to attain those goals.

Leadership involves how to influence and to make positive impacts on any educational institution or organization, to subordinates, staff members by making productive decisions for the development of the organization. In educational institutions, leaders are directing their efforts to the subordinate like teachers and other non-teaching staff to attain settled goals or to accomplish goals. Leaders in educational institutions are called to give what is needed like service by leading and empowerment other individuals in institutions to make significant decisions. Leaders should show and inspire

Leadership Style: A universal cure for facing 5.0 Era for

Administrative challenges in Educational Institutions