• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi 3: Iklim sekolah positif tercipta

D. Saepudin

I. Rusnati

173 PENDAHULUAN

Perkembangan dunia pendidikan tengah memasuki masa yang sangat penting.

Pendidikan hadir sebagai penentu kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan harus berupaya melakukan perbaikan pelayanan yang berkualitas sehubungan dengan tantangan zaman yang selalu berubah sangat cepat. Belum juga selesai adaptasi dengan era 4.0 kini pendidikan harus bersiap-siap menyongsong era 5.0. Konsep society 5.0 diadopsi pemerintah Jepang sebagai jawaban atas permasalahan pada era 4.0 yang dibarengi disrupsi sehingga dunia menjadi penuh gejolak, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas.

Sakurai (2017) mengungkapkan dalam disertasinya bahwa di abad 21 para kepala sekolah harus inovatif untuk membantu kebutuhan siswa dan untuk mempersiapkan mereka untuk masa depan yang selalu berubah. Penelitian ini meneliti tentang karakteristik dan praktik Asosiasi Nasional Kepala Sekolah Menengah (NASSP) Kepala Sekolah Digital Tahun Ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi karakteristik dan praktik unik Kepala Sekolah Digital. Metode yang digunakan adalah metode campuran yaitu menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kepala Sekolah Digital memiliki semangat untuk meningkatkan

Digital Leadership: Kepala Sekolah Inovatif dan Visioner

Menyambut Masyarakat 5.0

174 pengalaman pendidikan siswa, mempromosikan pertumbuhan anggotanya, dan menggunakan strategi kepemimpinan yang baik digabungkan dengan teknologi. Kepala Sekolah Digital terhubung dengan baik dengan pendidik lain melalui media sosial di mana mereka belajar, berbagi, dan meminjam. Kebutuhan siswa, staf dan orang tua juga terjadi proses perubahan yang digerakkan oleh kepemimpinan. Ide-ide baru didasarkan pada kreativitas dan kemampuan untuk bertahan. Inovasi yang dihasilkan adalah transformatif dan memberdayakan.

Hasil thesis Tshelane,M.D.(2015) mengenai peningkatan peran kepala sekolah dalam penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi memberikan kesimpulan bahwa kepemimpinan tidak hanya bergantung dalam satu individu, tetapi bergantung dalam hubungan kolektif dan kolaboratif. Siapapun akan memeperoleh pengaruh terhadap keputusan atau tindakan yang diambil oleh lembaga menghasilkan berbagai keterlibatan.

Hasil thesis ini menawarkan kerangka untuk meningkatkan peran kepemimpinan sekolah dalam penggunaan TIK. Penelitian ini bisa menjadi salah satu rujukan literatur kepemimpinan sekolah dengan menawarkan strategi yang berguna untuk emngintegrasikan TIK dalam kurikulum untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil penelitian Tselane (2015) mengungkapkan strategi yang harus dilakukan oleh kepala sekolah digital yaitu : (1) menciptakan penekanan pada lingkungan belajar yang positif menggunakan TIK oleh peserta didik; (2) Kurikulum dan program pembelajaran menggunakan TIK yang terbaru; (3) Guru harus

dapat melakukan perencanaan

pelajaran,persiapan, manajemen dan presentasi dengan bantuan TIK;(4) Para guru harus menunjukkan kemampuan untuk melakukan

penilaian pelajar, mencatat dan menbuat catatan penting; (5) Pengembangan profesionalisme; (6) Dengan menggunakan TIK tercipta hubungan dan konstribusi positif terhadap sekolah; (7) Promosi partisipasi ekstra dan ko-kurikulum dengan menggunakan TIK; (8) pencatatan administrasi sekolah menggunakan TIK; (8) Manajemen Personalia atau kepegawaian menggunakan TIK;(9) Pengambilan keputusan dan akuntabilitas mengenai penggunaan TIK untuk pengajaran dan pembelajaran; (10) Memberikan kurikulum kepemimpinan berbasis TIK untuk berkomunikas dan melayani‘(11) Perencanaan strategis, perencanaan keuangan dan manajemen dan pengembangan pendidikan menggunakan TIK.

METODE

Servant leadership atau kepemimpinan Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research) yang menggunkan buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks yang diteliti.

KARAKERISTIK MASYARAKAT 5.0 Karinov (2019) mengemukakan bahwa yang melatarbelakangi lahirnya society 5.0 di Jepang adalah perkembangan teknologi yang begitu pesat, termasuk adanya peran-peran manusia yang tergantikan oleh kehadiran robot cerdas, dianggap dapat mendegradasi peran manusia.

Society 5.0 diperkenalkan pertama kali oleh Perdana Menteri Jepang pada hari Senin, 21 Januari 2019. Melalui society 5.0, kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan mentransformasi bigdata pada segala sendi kehidupan serta the Internet of Things akan

175 menjadi suatu kearifan baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan. Tranformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Secara sederhana, society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered) dan berbasis teknologi (technology based).

Jepang menghadapi peramasalahan tingginya generasi tua yang mana pengeluaran untuk biaya pengobatan serta pelayanannya semakin meningkat. Masalah yang lainnya adalah kemajuan jepang membuat minimnya ketersediaan tenaga buruh ahli dan tingginya biaya perawataninfrastruktur. Solusi yang coba akan digunakan oleh Jepang sebagai konsep peradaban baru adalah menggunakan data medical records untuk membantu mempercepat penanganan kesehatan. Membuat sistem remot untuk pelayanan kesehatan. Menggunakan AI dan robot sebagai perawat. Sensor, AI, dan robot akan digunakan untuk membantu pemeliharaan jalan, terowongan jembatan dan infrastruktur lainnya.

Salgues (2018) mengungkapkan dalam bukunya bahwa Masyarakat 5.0 melibatkan perubahan sosial yang penting. Ini hasil dari kelahiran teknologi, yang telah menjadi dewasa dan telah dirilis dalam waktu singkat, sesuatu yang tidak dilakukan teknologi lain pada abad sebelumnya. Sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan teknologi dengan menyelesaikan masalah melalui sistem yang mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik.

Unsur-unsur masyarakat 5.0 (salgues, 2018) adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan beradaptasi, kelincahan, mobilitas, dan reaktivitas sekarang adalah kata-kata kunci dalam kehidupan

masyarakat 5.0, yang mencakup fakta bahwa mutasi, perubahan, dan evolusi adalah konstanta yang dapat diamati setiap hari, yang juga tercermin dari infrastruktur, pengetahuan, dan keterampilan.

2. Masyarakat 5.0 adalah "Dunia Baru" yang segar di mana pertukaran itu penting.

Konsep ini mempertanyakan keunggulan pertukaran ekonomi dan keunggulan gagasan.

3. Dalam masyarakat 5.0, keutamaan ide dan pengetahuanlah yang diutamakan.

Pada saat yang sama, kita harus menyadari bahwa teknologi informasi adalah fondasi masyarakat 5.0 yang telah mengarah pada tiga fenomena yang ditandai dengan lebih banyak kebebasan, lebih banyak kontrol dan pentingnya masyarakat.

DIGITAL LEADERSHIP

Terdapat satu kutipan dalam Hughes (2009) tentang teori kepemimpinan yaitu : ―Remember the difference between a boss and a leader : a boss says : ―Go!‖ – a leader says : ―Let‘s go !‖

(E.M Kelly dalam Hughes).

Quote ini dapat memberikan gambaran kepada kita secara jelas bahwa ada perbedaan dan kelebihan dalam kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Seperti yang di kemukakan oleh Ginnet (2009) bahwa kepemimpinan adalah kombinasi dari ilmu pengetahuan dan seni, serta kepemimpinan adalah gabungan antara hal – hal yang bersifat rasional dan emosional. Definisi dari kepemimpinan adalah suatu fenomena yang kompleks dan melibatkan seorang pemimpin, anak buah, dan situasi (Hughes, 2009).

Kepemimpinan adalah salah satu faktor yang sangat kritis didalam sebuah organisasi dan didalam karir seseorang, dan oleh karena inilah

176 banyak dari organisasi yang melakukan proses seleksi, developing dan dukungan bagi para individu yang memegang jabatan sebagai seorang pemimpin untuk mendukung proses kepemimpinan mereka (Schultz, 2006).

Kepemimpinan dalam suatu organisasi menurut Ginnet (2009) memiliki definisi peranan yang kompleks dalam suatu organisasi seperti : 1. Sebuah proses dan penyebab dari sebuah

keadaan yang mengharuskan anak buah untuk mengikuti peraturan yang berlaku.

2. Mengarahkan dan mengkoordinasi pekerjaan dalam sebuah tim.

3. Menciptakan suatu relasi hubungan kerja yang lebih dekat dengan anak buah dengan tidak memandang relasi kerja tersebut sebagai suatu keharusan, tetapi sebagai suatu keperluan dalam sebuah tim.

4. Sebuah proses dalam mempengaruhi dan mengorganisir tim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi.

5. Merancang tindakan – tindakan yang dapat dilakukan oleh anak buah untuk menciptakan suatu kesempatan bekerja yang baik.

Kepemimpinan adalah suatu keadaan kompleks dari pemecahan masalah dalam suatu tim. Untuk menciptakan suatu bentuk kepemimpinan diperlukan seorang pemimpin yang mampu untuk menjalankan proses tersebut. Menurut Hughes (2009), pemimpin tercipta dari beberapa hal dibawah ini, yaitu : 1. Kepemimpinan yang baik terlihat dalam diri

seseorang yang memiliki pengalaman dan tidak tertutup dalam proses belajar. Seorang pemimpin harus dapat memiliki suatu keistimewaan yang mampu melebihi kemampuan anak buahnya sehingga dapat memberikan contoh kepada mereka.

2. Seorang pemimpin adalah bawaan lahir dan bukan diciptakan oleh manusia. Beberapa orang beranggapan bahwa seorang pemimpin sudah tercipta sejak lahir dengan kemampuannya untuk memimpin, tetapi pemimpin yang sesungguhnya dapat lebih terasah dan terilhat melalui pengalaman dan proses pembelajaran dalam periode hidupnya.

3. Sekolah kepemimpinan yang sesungguhnya hanya bisa didapat dari pengalaman langsung dalam realita kehidupan.

Kehidupan dunia semakin berkembang, terus berubah, kompleks dan penuh dengan tantangan. Smith (2016) mengungkapkan sebuah model kepemimpinan baru 5.0 atau The Next Generation Leadership adalah sebuah model kepemimpinan model baru yang mengintegrasikan 4 prinsip kepemimpinan yaitu menguasai konteks, menyesuaikan kemampuan, membangun karakter dan membangun koneksi.

Pemimpin Harus menguasai konteks, yaitu seorang pemimpin pada waktu titik tertentu harus menguasai elemen atau faktor yang sangat berperan aktif dan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kinerja organisasi. Elemen tersebut adalah faktor lingkungan, faktor internal organisasi, dan faktor individu.

Kemampuan tersebut harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk membuat keputusan yang informatif dan subtantif untuk meningkatkan hasil yang diinginkan secara signifikan.

Pemimpin harus menyesuaikan kemampuan, yaitu kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin baru adalah konseptual, teknis, dan interpersonal/realsional. Kemampuan konseptual yaitu kemampuan merancang atau membangun sebuah model sikap mental dan paradigma yang yang selaras dengan

177 pengalaman. Kemampuan teknis adalah kemampuan berkaitan erat dengan kemampua, keterampilan, dan pengalaman pribadi seorang pemimpin dalam bidangnya. Sedangkan kemampuan interpersonal adalah keterampilan observasi, mendengarkan, dan komunikasi yang iteraktif agar tercapai hubungan kerja yang produktif.

Pemimpin harus membangun karakter, yaitu pemimpin harus bisa membangun karakter yaitu fokus pada komitmen untuk melanjutkann evolusi sebagai manusia yang tumbuh untuk memiliki kemampuan berfikir, merasakan dan berbuat membumi dan berpusat pada diri sendiri. Untuk membangun karakter yang kuat pemimpin harus fokus pada perhatian mencipatakan kedisiplinan dengan kesadaran sendiri. Pemimpin harus transfaran dan dapat dipercaya. Pemimpin yang mempunyai visi memberikan pelayanan terbaiknya pada kepentingan individu, tim, organisasi, dan konsumen. Pemimpin juga harus memiliki ketabahan psikologis, ketekunan, dan daya tahan. Tujuan organisasi akan tercapai apabila pemimpin memiliki karakter yang kuat dan mempunyai daya tahan terhadap pencela dan kekecewaan dan dapat mempertahankan kemajuan.

Pemimpin harus membangun koneksi, yaitu pemimpin era 5.0 harus membangun relasi terkait dengan penemuan, memperlihatkan dan menyampaikan dengan penuh antusias apa yang menjadi targetnya agar menarik tim menjadi antusias pula. Sehingga tercipta hubungan yang sangat kuat (create a magnetic connection) dengan menyamakan mimpi, tujuan dan antusias tim. Sehingga tercipta keterlibatan tim yang tinggi, produktivitas dan inovasi tanpa bergantung kepada penghargaan. Pemimpin tidak bisa mengharapkan tim untuk beradaptasi dengan visi yang sudah ditentukan, tetapi

mempertahankan integritas visi dengan cara menyesuaikan kekuatan tim yaitu saling menghormati,diberikan ruang dalam beberapa hal untuk bertindak secara bebas menurut kebiasaan individu, berikan penghargaan positif atas kontribusi tim, dan ciptakan tim yang memiliki mimpi, semangat dan memahami makna kehidupan melalui pekerjaannya.

Pemimpin era 5.0 harus menyentuh semua tim secara mendalam, sehingga tim bisa patuh sesuai komitmennya dan berinovasi untuk mencapai hasil yang maksimal. Keberhasilan kepemimpinannya akan berdampak besar pada kepuasan konsumen.

Zaman terus berubah, manusia pun dituntut untuk menyesuaikan dengan segala perubahannya. Maraknya teknologi yang menawarkan artificial intelligent, seperti robot pintar dan berbagai macam aplikasi di smartphone, justru mengancam eksistensi manusia itu sendiri. Sikap malas, manja, egois, dan perilaku serba instant merupakan beberapa sikap negatif yang melekat pada mayoritas manusia milenial. Dengan banyaknya perusahaan yang saat ini para pekerjanya berasal dari generasi milenial, tak heran jika banyak perusahaan yang mulai berfokus terhadap kinerja generasi milenial. Oleh karena itu, dibutuhkan karakter kepemimpinan yang mampu mereduksi sikap negatif di atas dan mampu mengeluarkan semua potensi positif dari kaum milenial seperti melek teknologi, cepat, haus ilmu pengetahuan, dan publikasi. Akbari (2019) mengungkapkan terdapat empat pendekatan kepemimpinan yang dekat dengan konteks pemimpin millennial saat ini. Yang pertama adalah Digital Leadership. Pendekatan yang menggunakan teknologi untuk membuat perubahan dan membawa inovasi ke dalam organisasi. Generasi millenial memiliki pola perilaku dominan dengan teknologi super

178 canggih, serba online, digital dengan kreatifitas yang sangat tinggi. Digital adalah inti dari semua kegiatan bisnis saat ini. Dalam bisnis digital, kunci pengambilan keputusan didasarkan pada analisis data. Menyusun strategi dan memimpin transformasi digital tidak bisa didelegasikan. Setiap pemimpin perusaaan (CEO) harus memprioritaskan dan menginvestasikan waktunya khusus untuk mengembangkan kompetensi dalam keterampilan digital (digital skills). Sehingga dapat terus mengikuti berbagai isu yang berkaitan dengan perkembangan digital dalam bisnisnya. Misal mengetahui konsep ‗cloud‘,

‗internet of things‘, ‗virtual or augmented reality‘ dan ‗cyber security‘. Ketangkasan, responsif dan kelincahan (agility) merupakan kunci dalam ‗digital leadership‘. Pemimpin yang ‗agile‘ jeli melihat peluang, mudah beradaptasi dan tangkas dalam memfasilitasi perubahan. Agile & Responsive, artinya jangan menunda pekerjaan ‗kalau bisa hari ini kenapa harus besok‘, kalau bisa sekarang kenapa harus nanti. Ada 4 karakteriktik pemimpin yang cepat tanggap ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Karakteristik Agile Leadership

Empat karakteristik Pemimpin Agile adalah sebagai berikut: (1) ―Humble‖ yaitu rendah hati. Mereka dapat menerima umpan balik dan mengakui bahwa orang lain mengetahui lebih dari apa yang dikerjakan olehnya.(2) Adaptable:

Mereka menerima bahwa perubahan dapat terjadi apabila ada informasi yang baru yang lebih kuat.(3). Visioner: Mereka memiliki pemikiran jangka panjang yang arahnya jelas, bahkan dalam menghadapi jangka pendek yang penuh dengan ketidakpastian. (4) ―Engage‖

yaitu terlibat: Mereka memiliki kemauan untuk mendengarkan, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan internal dan pemangku kepentingan eksternal digabungkan dengan rasa minat dan keingintahuan yang kuat. Selain itu ada 3 ciri perilaku Pemimpin Agile yaitu: (1) Hyperawareness : Mereka terus-menerus memindai lingkungan internal dan eksternal untuk peluang dan ancaman. (2) Pengambilan keputusan yang terinformasi: Mereka memanfaatkan data dan informasi sebagai dasar yang kuat membuat keputusan. (3). Eksekusi cepat: Mereka dapat bergerak cepat, sering menghargai kecepatan melebihi kesempurnaan.

Brett (2019) mengungkapkan bahwa menjadi pemimpin digital yang hebat adalah proses yang menantang. Kita harus menjalani sejumlah perubahan untuk membuat transisi kepemimpina yang sukses. Empat kapasitas utama yang harus kita kembangkan untuk berhasil dalam kepemimpinan digital adalah Taktis vs Strategis dan Pengiriman vs Budaya.

Artinya, kita harus bisa merespons dengan cepat dan memberikan solusi taktis untuk situasi darurat dan harus serentak menjadi strategis dalam operasi. Gagal melakukan salah satu dari ini maka membatasi peluang keberhasilan kita.

Gambar 2-1 menunjukkan model Kepemimpinan Situasional Digital (lihat Bab 3).

Model ini memplot empat kapasitas (Taktis,

179 Strategis, Pengiriman, dan Budaya) di masing- masing ujung sumbu X dan Y masing-masing, menciptakan empat kepemimpinan mode 1.

―Get Stuff Done‖, 2. ―Futurist‖, 3. ―Friend of the team‖,dan 4. ―Utopian‖.

Gambar 2. 4 Mode Model Situasional Digital Leadership

Taktis dan Strategis adalah pengembangan kapasitas solusi taktis (atau peretasan) yang sangat dibutuhkan dalam jangka panjang Untuk menentukan konteks strategis. Pengiriman dan Budaya adalah salah satu tindakan penyeimbangan tersulit yang harus dilakukan para pemimpin digital adalah membangun budaya yang positif dan berkelanjutan dan memberikan dengan cepat. Jangka panjang peningkatan kemampuan dan moral sering kali membutuhkan waktu untuk dibangun dan tidak dapat dilakukan semalam. Pengiriman harus terjadi untuk semua bisnis, tetapi harus dilanjutkan pengiriman dengan biaya berapa pun dapat menghancurkan budaya. Paradoksnya di sini adalah sebagai budaya dihancurkan, motivasi dihancurkan, gesekan meningkat, dan pengiriman kinerja menguap terlalu cepat.

Mode 1 (Kiri-Bawah): ― Get Stuff Done‖

Berfokus pada pengiriman jangka pendek.

Dalam mode ini kita bertindak cepat dan hal-hal yang cepat dilakukan. Ada saat-saat ketika hal- hal mengenai kipas angin, uang habis, sistem istirahat, dan strategi dan budaya hanya perlu mengambil kursi belakang untuk sementara waktu. Di sini kita menyimpan hal-hal di latar belakang tetapi fokus pada eksekusi dan pengiriman sebagai prioritas.

Mode ini mungkin yang paling penting untuk diperhatikan, seperti yang memiliki gravitasi, terus-menerus menarik kita ke arahnya. Rasanya nyaman, produktif, dan sibuk, dan sering menjadi mode orang-orang di sekitar kita. Ketika kita memilih ini mode, kita harus memiliki strategi keluar. Pemimpin yang tetap dalam mode ini akan menemukan kemampuan mereka untuk memimpin pada skala yang sangat terhambat.

Mode 2 (Kanan Bawah): ―Futuris‖

Sebagai teknolog, kita sering menikmati berada dalam mode ini — memikirkan masa depan (tetapi melihatnya sebagian besar dari perspektif teknologi dan pengiriman) dan menghabiskan sebagian besar waktu kita berfokus pada peta jalan, tren, dan perencanaan untuk kebesaran Jawaban di ruang ini relatif lebih konkrit daripada jawaban itu itu melibatkan budaya. Tantangan dari mode ini adalah menghubungkan visi untuk masa depan, secara logis dan jelas kembali ke pekerjaan taktis yang sedang dilakukan hari ini.

Melibatkan tim yang akan membangun masa depan juga bisa menjadi tantangan beroperasi dengan fokus pengiriman, yang cenderung melihat sebagai kontributor, daripada berkolaborasi bersama dengan tim. Tidak melakukan peran futuris menjadi masalah nyata pada peran kepemimpinan

Mode 3 (Kiri-Atas): ―Friend of the Team‖

180 Fokus pada budaya jangka pendek berarti bahwa membuat orang bahagia adalah prioritas.

Mode 4 (Kanan-Atas): Utopis

Di sini kita melihat ke masa depan dan berfokus pada membangun budaya yang hebat.

Tujuannya adalah menciptakan lingkungan baru yang hebat untuk talenta baru yang hebat yang akan disukai kedatangannya. Membangun kemampuan masa depan sangat penting untuk kinerja yang berkelanjutan. Kuncinya adalah mengintegrasikan visi kita tentang masa depan ke kondisi saat ini dan menghubungkan keduanya dengan strategi yang mempertahankan tinggi kinerja sepanjang transisi. Terlalu banyak pemimpin menghabiskan sedikit waktu dalam mode ini, berfokus pada permintaan mendesak pengiriman jangka pendek. Besar pemimpin memiliki visi dan tujuan yang berfokus pada orang-orang yang menarik mereka secara konstan dalam mode ini. Visi dan tujuan mereka mendorong mereka untuk bertanya secara bermakna pertanyaan tentang masa depan dan bagaimana organisasi dapat berdampak positif terhadapnya.

KEPALA SEKOLAH DIGITAL INOVATIF DAN VISIONER

Kepala sekolah adalah orang sentral yang ada di sekolah dan keberhasilan sebuah sekolah/lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran kepemimpinan kepala sekolah.

Karena kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaganya, maka kepala sekolah harus mampu membawa lembaga ke arah tercapainya tujuan yang telah di tentukan. Marsidin (2019) mengungkapkan bahwa Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin harus memiliki minimal kemampuan (1) Kecakapan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skill) yaitu Berpikir kritis bersifat mandiri, berdisiplin diri, dimonitor diri, memperbaiki proses berpikir sendiri. Hal itu

dipandang sebagai aset penting terstandar dari cara kerja dan cara berpikir dalam praktek. (2) Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills) adalah Komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan, emosi, serta keterampilan dengan menggunakan simbol-‐ simbol, kata-‐kata, gambar, grafis, angka, dsb.

Raymond Ross (1996) mengatakan bahwa

―Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-‐simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.

(3) Kreatifitasdan Inovasi (Creativity and Innovation) adalah Kreatifitas adalah cara-cara berpikir yang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta berpikir heuristik dan berpikir lateral, dan (4) Kolaborasi (Collaboration) adalah Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerjasama dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk melakukan tugastugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah ditentukan.

Selain itu keterampilan mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta terampil menggunakan informasi dan teknologi.

Beberapa kemampuan yang harus dimiliki meliputi : Leadership, Digital Literacy, Communication, Emotional Intelligence, Entrepreneurship, Global Citizenship , Problem Solving, Team-working. Pembelajaran di era disrupsi harus mampu membekali kemampuan

―sustainable learning‟, sehingga peserta didik dapat melewati era disrupsi, dan memasuki era baru ini dengan baik. Pada era revolusi industry 4.0 menuju masyarakat 5.0, trend pembelajaran dan best practices juga harus disesuaikan, salah satunya adalah melalui pembelajaran terpadu atau secara blended learning. Blended learning adalah cara mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang

181 memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-masing peserta didik dalam kelas.

Blended learning merupakan perpaduan antara pembelajara fisik di kelas dengan lingkungan virtual. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis blended learning merupakan gabungan dari literasi lama dan literasi baru (literasi manusia, literasi teknologi dan data). Salah satu gerakan literasi baru yang dicanangkan pemerintah terfokus pada tiga literasi utama yaitu 1) literasi digital, 2) literasi teknologi, dan 3) literasi manusia. Tiga keterampilan ini yang menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di era industri 4.0 menuju masyarakat 5.0. Literasi digital diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital (Big Data), literasi teknologi bertujuan untuk memberikan pemahaman pada cara kerja mesin dan aplikasi teknologi, dan literasi manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan penguasaan ilmu desain. Literasi baru yang diberikan diharapkan menciptakan lulusan yang kompetitif dengan menyempurnakan gerakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan matematika. Adaptasi gerakan literasi baru dapat diintegrasi dengan melakukan penyesuaian kurikulum dan sistem pembelajaran sebagai respon terhadap era industri 4.0 untuk menyongsong era masyarakat 5.0 dengan penambahan aspek humanis terhadap penggunaan teknologi tersebut.

Haris (2018, hlm 49) mengungkapkan makna kepala sekolah inovatif adalah sebagai berikut: Konsep inovatif, kepala sekolah tidak harus puas dengan apa yang telah dicapai.Kepala sekolah harus dapat mengembangkan berbagai program unggulan bersama guru-guru bahwa tantangan ke depan

lebih berat dari pada sekarang. Kepala sekolah dan guru membuat pilihan yang berupa alternatif yang dapat menjawab tantangan masa depan. Penciptaan alternatif adalah menciptakan keunggulan bersaing oleh setiap siswanya, sehingga masa depan mereka telah terarahkan dari sekolah, sebelum mereka menjadi lulusan sekolah tersebut. Konsep inovatif ini juga mengarahkan kita berfikir lebih jauh kedapan bagaimana lulusan sekolah diciptakan bukan masuk dunia pengangguran . Akan tetapi disini proses pendidikan di sekolah dilangsungkan bagaimana masa depan lulusan lebih baik.

Melalui konsep inovatif lulusan sekolah diciptakan bukan menambah masalah terhadap bangsa, tetapi membantu menyelesaikan masalah bangsa.

Giancola & Hutchison (dalam A,Haris, 2018, hlm. 53) mengemukakan bahwa peran kepala sekolah sebagai inovator memberikan ide-ide cerdas dalam bentuk cara-cara baru dan metode baru dalam mengajar kepada para guru- guru. Kepala sekolah mampu berperan sebagai inovator, dia mampu membangun dan mengembangkan berbagai inovasi, dia mampu membangun dan mengemmbangkan berbagai inovasi untuk memajukan lembaga pendidikannya melalui berabagai dukungan atau bantuan yang diberikannya terhadap transformasi individu guru. Kepala sekolah sebagai motivator mampu memeberikan motivasi kepada guru melalui berbagai peluang sehingga guru dapat mengembangkan profesionalismenya. Haris (2018, hlm.67) juga mengungkapkan arti visioner adalah sebagai berikut: Seorang kepala sekolah bekerja berlandaskan pengetahuan dan informasi yang luas serta wawasan yang jauh ke depan. Visi dijadikan satu-satunya sebagai harapan dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang gagal di dunia ini adalah pemimpin yang tidak