Dimensi 3: Iklim sekolah positif tercipta
A. Suhendar
Kandidat Doktor, Prodi Administrasi Pendidikan, SPs UPI, Indonesia
I. Suherman
Prodi Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Djuanda, Indonesia
ABSTRAK: Kepala sekolah merupakan pemimpin di persekolah, memiliki berbagai macam tugas dan tanggaungjawab terutama dalam hal mengelola sekolah dengan baik. Era teknologi saat ini memiliki tantangan tersendiri bagi sekolah agar tetap bisa adaptif dan kompetitif. Karenanya diperlukan seorang kepala sekolah yang senantiasa belajar dan memperbaiki diri demi terjaganya kualitas diri. Apalagi dalam menyongsong era 5.0 saat ini, seorang kepala sekolah perlu meningkatkan kualitas kepemimpinan, berupa kualitas kepribadian, motivasi dan kompetensinya.
Uapaya-upaya yang dapat dilakukan adalah mengikuti pendidikan dan latihan (diklat), seminar, workshop kepemimpinan atau kegiatan lainnya seperti studi banding dan kerjasama dengan lembaga lain. Artikel ini disusun untuk menggambarkan kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh kepala sekolah agar senantiasa menjadi kepala sekolah yang berkualitas dengan menggunakan studi dokumentasi.
Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Era 5.0
190 5.0. sebagai respon dari era revolusi industry 4.0, dimana masyarakat berpusat pada manusia (human-centered) yang dikembangkan oleh Jepang.
Revolusi industry 4.0 memiliki dampat yang kurang baik terhadap peran manusia dalam kehidupan, karena semuanya seolah dapat dilakukan oleh teknologi dengan sistem otomasi dengan bantuan robot. Karenanya, era society 5.0 ini merupakan respon tersebut, Jepang dengan kekhawatirannya era revolusi industry 4.0 akan berpotensi mendegradasi peran manusia.
Munculnya konsep society 5.0 diharapkan dapat membuat kecerdasan buatan yang bisa mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan menjadi suatu kearifan yang baru, dengan harapan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam membuka peluang-peluang bagi manusia. Terutama bagi dunia pendidikan yang memiliki tanggungjawab besar dalam mencetak SDM yang berkualitas.
Pendidikan di Indonesia perlu merespon perkembangan tersebut, jika tidak maka akan habis tergerus oleh kemajuan negera lain. Salah satu tema pembangunan pendidikan jangka panjang mengacu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005—2025. Pada periode keempat RPJMN tahun 2020-2024 memiliki fokus utama yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif, dengan tema pembangunan pendidikan yaitu daya saing internasional.
Tema pembangunan pendidikan Indonesia para periode keempat ini harus dapat
diterjemahkan oleh satuan pendidikan atau persekolahan sebagai unit terkecil yang langsung berhubungan dengan siswa. sebagai calon lulusan yang nantinya akan menjadi SDM Indonesia di masa yang akan datang. Disinilah tugas berat dan tanggungjawab seorang kepala sekolah dalam mengelola pendidikan di sekolah.
Oleh karena itu, kepala sekolah perlu meningkatkan meningkatkan kualitas kepemimpinananya sebagai upaya adaptif pada era revolusi industry 4.0 serta dalam rangka menyongsong era society 5.0.
KARAKERISTIK MASYARAKAT 5.0 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pendekatan sekolah sebagai suatu organisasi, maka ada seseorang yang diangkat menjadi seorang pemimpin dalam hal ini dalah kepala sekolah. Sebagai masinis untuk menjalankn roda organisasi, mensikronisasikan antar unit sebagai gerbong-gerbong yang membawa tujuan, bahkan menyatukan seluruh gerbong unit-unit tersebu agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pada pendekatan kinerja kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengiplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, produktif dan akuntabel (Mulyasa, 2015, hlm. 17).
Berkaitan dengan indikator kepemimpinan kepala sekolah meliputi: komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya, menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, serta senantiasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran dan kinerja guru di kelas (Greenfield dalam Mulyasa, 2015, hlm. 19). Dengan demikian secara tidak langsung kepala sekolah harus diangkat
191 berdasarkan kompetensi dan pengalaman dalam hal kependidikan.
Tannembaum, Weshler & Massarik dalam (Wahjosumidjo, 2011, hlm. 17) mengemukakan,
“leadership is interpersonal influence exercised in a situation, and directed, through the communication process, toward the attainment of a specified goal or goals.” Martin M.
Chemers dalam Hoy & Miskel (2014, hlm. 635) mendefinisikan kepemimpinan adalah sebuah proses pengaruh sosial tatkala seseorang mampu merangsang pertolongan dan dukungan orang lain demi mewujudkan tugas bersama.
Sedangkan Hoy & Miskel (2014, hlm. 636) mendefinisikan kepemimpinan secara luas sebagai proses sosial dengan individu atau kelompok yang memengaruhi tujuan bersama.
Yukl (2010, hlm. 3) mengemukakan bahwa sebagian besar definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa “kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi”.
Sutisna (1983) menggambarkan kepemimpinan secara umum sebagai suatu proses mempengaruhi atau membujuk (inducing) orang lain menuju pencapaian sasaran atau tujuan bersama. Definisi ini mencakup tiga elemen sebagai berikut :
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada kepemimpinan.
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses.
c. Pemimpin harus membujuk orang lain untuk mengambil tindakan.
Berdasarkan kosep inilah mengapa seorang pemimpin atau kepala sekolah harus senantiasa
meningkatkan kualitasnya. Karena ia harus bisa menjalin relasi, mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama dalam usah mewujudkan tujuan organisasional bahkan harus dapat memberikan motivasi kepada bawahannya agar mampu bekerja dan mengambil inisiatif sebagai bentuk tanggungjawab.
Mengadopsi pada konsep Hoy & Miskel (2014, hlm. 640) mengelompokkan variabel sifat dan kecakapan yang saat ini berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif satu dari tiga dimensi, yaitu: kepribadian, motivasi dan kompetensi.
Tabel 1. Karakteristik Kepemimpinan Efektif
Kepribadian Motivasi Kompetensi Kepercayaan
diri Toleransi stress Kematangan emosional Integritas Ekstroversi
Kebutuhan tugas dan kebutuhan antara pribadi
Orientasi prestasi Kebutuhan akan kekuasaan
Ekspektasi Keandalan-diri
Teknis Sosial Konseptual
Sumber: Hoy & Miskel (2014)
PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Pemimpin dan kepemimpinan dalam sebuah sekolah sangat penting adanya, karena berfungsi sebagai jangkar, memberikan panduan pada masa-masa perubahan dan bertanggungjawab atas efektivitas sekolah (Hoy & Miskel, 2014, hlm. 633). Keyakinan saat ini keberaan seorang pemimpin di sekolah serta menjalankan kepemimpinannya dengan baik akan meningkatkan kualitas suatu sekolah. Sehingga muncul pandangan bahwa baik buruknya suatu sekolah disebabkan oleh baik buruknya seorang pemimpin.
Peran kepemimpinan kepala sekolah sebagaimana tercantum dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan
192 pendidikan oleh satuan dasar dan menengah, dimana dalam bidang kepemimpinan kinerja, kepala sekolah memiliki fungsi sebagi berikut : a. Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu b. Merumuskan tujuan dan target mutu yang
akan dicapai
c. Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan sekolah/madrasah
d. Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk sekolah/madrasah
e. Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah/madrasah f. Melibatkan guru, komite sekolah dalam
pengambilan keputusan penting sekolah/madrasah.
g. Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tua peserta didik dan masyarakat
h. Menjada dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik
i. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi peserta didik
j. Bertanggung jawab atas perencanaan partisiatif mengenai pelaksanaan kurikulum k. Melaksanakan dan merumuskan program
supervise serta memanfaatkan hasil supervise untuk menentukan kinerja sekolah/madrasah
l. Meningkatkan mutu pendidikan
m. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
n. Memfasilitasi pengembagan, peneyebarluasan, dan pelaksanaan visi pembelajaran yang dikomunikasikan dengan
baik dan didukung oleh komunitas sekolah/madrasah
o. Membantu, membina, dan mepertahankan lingkungan sekolah/madrasah dan program pembelajaran yang konduktif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan
p. Menjamin manajemen organisasi dan pengorganisasian sumber daya sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien dan efektif
q. Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan komunitas yang beragam dan memobilitas sumber daya masyarakat
r. Memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.
PENINGKATAKAN KUALITAS
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH Merujuk pada konsep Hoy & Miskel (2014), menggambarkan bahwa ada tiga komponen penting dalam kualitas kepemimpinan. Yaitu kepribadian, motivasi dan keterampilan (kompetensi). Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam upaya peningkatan kualitas dari kepemimpinan kepala sekolah dapat merujuk pada tiga komponen tersebut.
a. Dimensi Kepribadian
Dimensi kepribadian adalah keseluruhan sikap dan prilaku seseorang dan menjadi ciri khasnya. Kepribadian ini ditunjukkan sikap kepercayaan diri, toleransi stres, kematangan emosional, integritas, dan ekstroversit.
Kepercayaan diri digambarkan dengan sikap keberanian seorang kepala sekolah dalam menetapkan tujuan yang tinggi bagi dirinya dan para pengikutinya yang pada akhirnya disebut