• Tidak ada hasil yang ditemukan

-- -- --- ---

-- ---

--

- · - -- ---

-- --

(Hacket, Bull, WHO, 1956)

Gambar 17 .1. Skema perjalanan pen ya kit frambusia

Gejala Klinis Menurut Stadium Perjalanan Penyakit (lihattabel 17.1)

Rata-rata masa inkubasi frambusia adalah 21 hari dengan rentang waktu 10-90 hari.

Stadium I

Gejala klinis ditandai dengan timbulnya papul, bisa tunggal (mother yaws) atau lebih dari satu (multipel) pada tempat masuknya kuman. Papul berwama kemerahan, sering gatal dan tumbuh menjadi besar seperti papiloma (benjolan ber- tangkai). Permukaan papiloma dapat berbenjol kecil menyerupai bunga kol. Papul berkonfluens menjadi koreng (ulkus) yang basah mengeluarkan getah yang mengandung kuman. Dasar koreng

berbenjol-benjol mirip buah stroberi. Setelah mengering, getah tersebut akan membentuk krusta kekuningan di atas papul atau papiloma sehingga disebut krusto papiloma.

Kadang-kadang pada stadium ini bisa terjadi demam atau ngilu sendi disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (lipat ketiak, leher, lipat paha). Setelah dua sampai enam bulan semua kelainan dapat sembuh sendiri dengan sisa berupa atrofi kulit (kulit menjadi menipis dan mengkilat), hipopigmentasi (bercak keputihan seperti panu), atau parut. Keadaan ini disebut stadium laten.

Bila stadium I tidak diobati, kelainan kulit awal akan hilang sendiri (menjadi laten) dan sewaktu- waktu dapat muncul kembali menjadi stadium II.

Stadium II

Pada stadium II terdapat kelainan kulit

khas, yaitu tersebar luas dan hampir simetris.

Selain kelainan kulit dapat juga ditemukan kelainan pada kelenjar getah bening, tulang dan tulang rawan.

Kelainan kulit sama seperti stadium I, namun lebih banyak dan tersebar, juga dapat terjadi kelainan pada tangan dan kaki berupa penebalan (hiperkeratotik), pecah-pecah (fisura), ulserasi disertai rasa nyeri. Dapat timbul peradangan tulang (osteoperiostitis), dan kelainan pada kuku. Kelainan kulit dapat hilang spontan tanpa gejala sisa kemudian masuk ke masa laten II yang berlangsung 5-10 tahun. Kira-kira 10%

pasien akan masuk ke stadium Ill. Frambusia stadium I dan II ini sangat menular.

Stadium Ill

Biasanya penyakit frambusia akan berakhir pada stadium II, namun terdapat 10%

pasien yang akan berlanjut menjadi stadium Ill (late stadium). Kelainan frambusia pada stadium ini khas berupa gumma. Selain itu, dapat juga timbul gangosa, gondou, juxta articular nodesi hiperkeratosis pada telapak tangan dan telapak kaki. Semua kelainan pada stadium Ill ini akan sembuh menjadi skar deformitas dan kontraktur sehingga menimbulkan kecacatan.

Gumma adalah benjolan menahun, yang mengalami perlunakan, ulserasi, dan destruktif terhadap jaringan di bawahnya. Umumnya, terdapat di kulit, namun dapat juga di tulang atau sendi. Dapat mengenai organ dalam, mata, saraf, dan sistem kardiovaskular.

Stadium Ill ini tidak/kurang menular.

DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI

Cara Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis dilakukan melalui dua cara :

1. Pemeriksaan klinis

Diagnosis terutama berdasarkan pemeriksaan klinis sesuai dengan bentuk dan sifat kelainan yang ada.

2. Untuk kasus-kasus yang meragukan dapat dilakukan penegakkan diagnosis mengguna- kan pemeriksaan laboratorium:

Pemeriksaan langsung

• Getah yang diambil dari (luka/borok) dibuat apusan (smear), difiksasi dengan NaCl kemudian dilihat langsung cli bawah mikroskop lapangan gelap (dark field microscope).

• Sediaan diwarnai dengan Giemsa atau Wright untuk menyingkirkan kemungkinan parasit lain.

Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan serologis untuk penyakit frambusia menggunakan cara yang sama untuk mendeteksi penyakit sifilis, yaitu: RPR atau VDRL dan dikonfirmasi dengan TPHA.

Pemeriksaan serologis ini berguna untuk :

• Menemukan pasien dalam masa laten yang tidak menunjukkan gejala klinik tetapi ter- nyata seropositif. Pasien seperti ini merupa- kan reservoirframbusia.

• Dapat dipakai untuk lebih memastikan diagnosis dalam keadaan yang meragukan, apakah penyakit disebabkan oleh Treponema atau bukan.

Pemeriksaan histopatologi:

• Dengan pewamaan silver, triponema mudah ditemukan di antara sel epidermal

• lmunohistokimia

Ta be I 17 .1. Gejala klinik Frambusia Menu rut Stadium Perjalanan Penyakit

STADIUM I STADIUM II STADIUM Ill

Gejala klinik : Gejala klinik : Gejala klinik :

a. Papul

- tunggal (mother yaw) - >1 (multipel)

Kelainan kulit seperti stadium I ter- sebar kecil-kecil dan lebih banyak.

Selain itu dapat terkena :

Gumma (benjolan yang mengalami perlunakan & merusak sehingga menjadi cacat) seperti : b. Papiloma

c. Nodul dan plak d. Ulkus basah

(borok)

a. Telapak tangan/kaki : - penebalan

(hiperkeratotik) - pecah-pecah (fisura) - nyeri

b. Kelainan tulang : peradangan tulang ( osteoperiostitis)

Gangosa (hidung keropos) Juxta-articular nodes (benjolan pada sendi) bisa menjadi bengkok

Kelainan tulang seperti pedang Gondow : benjolan di tulang Telapak tangan/kaki : - penebalan (hiperkeratotik) d. Krusto papiloma - jari-jari kaki/tangan bengkak/nyeri - pecah-pecah (fisura)

c. Kelainan kuku

EARLY (DINI) Sangat menular Kelainan kulit bisa hilang sendiri

Klasifikasi

Untuk kepentingan operasional dalam rangka eradikasi frambusia, dibuat klasifikasi penyakit frambusia menurut kriteria WHO 9 dengan rincian sebagai berikut (Ii hat tabel 17 .2):

DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit kulit yang mirip dengan frambusia antara lain:

• Sifilis: penyakit yang juga disebabkan oleh Treponema.

• Ektima: penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Stafilokokus atau Streptokokus.

• Parakoksidioidomikosis: penyakit kulit akibat infeksi jamur sistemik.

- nyeri

LATE (LANJUT) Tidak/kurang menular

Kelainan kulit/tulang rawan merusak, menetap dan cacat

• Skabies (kudis): infeksi parasit Sarcoptes scabiei pada kulit yang umumnya terdapat di jari-jari tangan disertai rasa gatal yang hebat.

• Ulkus tropikum: Iuka yang sangat nyeri dan biasanya terdapat di daerah tungkai bawah.

Berbeda dengan frambusia, Iuka ini me- nunjukkan batas atau bagian tepi yang jelas, bemanah dan dapat masuk lebih ke dalam, yaitu di daerah tendon maupun tulang.

• Kusta: walaupun gambarannya mirip, tetapi pada penyakit kusta terdapat anestesi.

• Psoriasis: penyakit kulit yang bersifat herediter, kronis dan terutama terdapat di lulu!, siku lengan, badan dan kepala. Lesi berupa plak kemerahan yang bersisik tebal.

• TBC kutis dengan lesi karakteristiknya.

Tabel 17.2. Klasifikasi Frambusia Menurut WHO Klasifikasi Gejala Frambusia Penderita

Frambusia

Frambusia Initial lesions (gejala permulaan) menular Multiple papillomata (papilomata

tersebar)

"Wet crab" yaws (bubul) Other early skin lesion (gejala frambusia dini lain pada kulit) Hiperkeratosis

Frambusia Bone and joint lesions (gejala pada tidak menular tulang dan sendi)

a. Gummata, ulcer(gummata, Iuka- Iuka)

b. Gangosa

c. Other manifestation (gejala lain) Pasien dalam Latent yaws (frambusia laten) masa laten

PENGOBATAN

• bila sero positif >50% atau prevalensi frambusia di suatu desa/dusun >5% maka seluruh penduduk harus diobati.

• bila sero positif sebanyak 10-50% atau preva- lensi frambusia di suatu desa/dusun 2-5%, maka pasien, kontak dan seluruh anak usia 15 tahun atau kurang harus diobati.

• bila sero positif kurang dari 10% atau preva- lensi frambusia di suatu desa/dusun <2%, maka yang harus diobati ha ya pasien, kontak serumah dan kontak yang erat.

• untuk anak sekolah setiap kali ditemukan kasus, seluruh murid dalam kelas yang sama harus diobati.

Dosi~ dan cara pemberian obat untuk pasien frambusia dapat dilihat pada tabHI 17.3.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Pedoman eradikasi frambusia. Jakarta:

Obat pilihan utama untuk pasien dan kontak frambusia adalah benzatin penisilin. Sebagai alternatif pengobatan dapat diberikan tetrasiklin, doksisiklin dan eritromisin.

Depkes RI; 2007.

2. Marrouche N, Ghosn SH. Endemic (non-venereal) treponematoses. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine; 8111 ed. New York:

Secara epidemiologi, pengobatan yang di-

anjurkan untuk frambusia adalah sebagai berikut: Mc-Graw-Hill; 2012. p 2493-500.

Ta be I 17 .3: Pengobatan yang Dianjurkan•

UMUR NAMAOBAT

Pilihan Utama

<10 tahun Benzatin penisilin :?10 tahun Benzatin penisilin Anak/dewasa Asitromisin Alternatif

<12 tahun Eritromisin

8-15 tahun Tetrasiklin atau eritromisin

>15 tahun Tetrasiklin atau eritromisin

>8 tahun Doksisiklin

Dewasa Doksisiklin

3. Mitja 0, Asiedu K, Mabey D. Yaws. www.thelancet.

com. 2013; 381: 763-73.

DOSIS CARA LAMA

PEMBERIAN PEMBERIAN 600.000 IU lnjeksi intramuskular Dosis tunggal 1.200.000 IU lnjeksi intramuskular Dosis tunggal 30 mg/kgBB, maks. 2 gr Oral Dosis tunggal

8-10 mg/kgBB/6 jam Oral 15 hari

250 mg, 4 x sehari Oral 15 hari

500 mg, 4 x sehari Oral 15 hari

2-5 mg/kgBB/6 jam Oral 15 hari

100 mg, 2 x sehari Oral 15 hari

Catalan: sebelum disuntik, pasien/kontak dianjurkan untuk makan terlebih dahulu

*Tetrasiklin atau eritromisin diberikan pada pasien frambusia yang alergi terhadap penisilin. Tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, menyusui dan anak berusia kurang dari 8 tahun.

Dalam dokumen ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN (Halaman 157-162)