DIAGNOSIS BANDING
Tinea barbe, lokalisasinya di mandibula atau submandibula, unilateral. Pada tinea barbe sediaan dengan KOH positif.
PENGOBATAN
Antibiotik sistemik/topikal. Cari faktor predisposisi.
FURUNKEL/KARBUNKEL
ERISIPELAS DEFINISI
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbagai tegas serta disertai gejala konstitusi.
ETIOLOGI
Streptococcus B hemolyticus.
GEJALA KLINIS
Terdapat gejala konstitusi: demam, malese.
Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang ber- warna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggir- nya meninggi dengan tanda-tanda radang akut.
Oapat disertai edema, vesikel, dan bula. Terdapat leukositosis.
Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitar- nya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
DIAGNOSIS BANDING
Selulitis, pada penyakit ini terdapat infiltrat di subkutan.
PENGOBATAN
lstirahat, tungkai bawah dan kaki yang di- serang ditinggikan (elevasi), sedikit lebih tinggi daripada letak jantung. Pengobatan sistemik ialah antibiotik; topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika.
SELULITIS
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan laboratorik, dan terapi tidak berbeda dengan erisipelas.
Kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.
FLEGMON
Flegmon ialah selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis, bila perlu dilakukan insisi.
ULKUS PIOGENIK
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus di atasnya. Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negatif-Gram, oleh kkarena itu perlu dilakukan kultur.
ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT DEFINISI
Abses multipel kelenjar keringat ialah infeksi yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus pada kelenjar keringat, berupa abses multipel tak nyeri berbentuk kubah.
ETIOLOGI
Staphylococcus aureus.
GEJALA KLINIS
Didapati pada anak. Faktor predisposisi ialah daya tahan yang menurun (misalnya; malnutrisi, morbili), juga banyak keringat, karena itu sering bersama-sama miliaria.
Gambaran klinisnya berupa nodus eritema- tosa, multipel, tak nyeri, berbentuk kubah, dan lama memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.
DIAGNOSIS BANDING
Furunkulosis, pada penyakit ini terasa nyeri, bentuknya seperti kerucut dengan pustul di tengah dan relatif lebih cepat memecah.
PENGOBATAN
Antibiotik sistemik dan topikal, ingat faktor predisposisi.
HIDRAADENITIS DEFINISI
Hidraadenitis ialah infeksi kelenjar apokrin, biasanya oleh Staphylococcus aureus.
ETIOLOGI
Staphylococcus aureus.
GEJAL A KUNIS
lnfeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia sesudah akil balik sampai dewasa muda. Sering didahului oleh trauma/mi- krotrauma, misalnya: banyak keringat, pemakaian deodoran atau rambut aksila digunting.
Penyakit ini disertai gejala konstitusi: demam, malese. Ruam berupa nodus dengan kelima tanda radang akut. Kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah membentuk fistel dan disebut hidraadenitis supurativa. Pada yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, dan sinus yang multipel. Terbanyak berlokasi di aksila, juga di perineum, jadi tempat-tempat yang banyak kelenjar apokrin. Terdapat leukositosis.
DIAGNOSIS BANDUNG
Skrofulodenna. Persamaannya terdapat nodus, abses dan fistel. Perbedaannya, pada hidraadenitis supurativa pada permulaan disertai tanda-tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi. Sebaiknya pada skrofuloderma tidak terdapat tanda-tanda radang akut dan tidak ada leukositosis.
PENGOBATAN
Antibiotik sistemik. Jika telah terbentuk abses, diinsisi. Kalau belum melunak diberi kompres terbuka. Pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.
STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME
PENDAHULUAN
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S.S.S.S.) pertama kali dilaporkan oleh Ritter von Rittershain pada tahun 1956 dan dikenal sebagai penyakit Ritter von Rittershain dan sering disingkat menjadi penyakit Ritter saja; sinonimnya ialah
dermatitis eksfoliativa neonatorum. lstilah ini umumnya digunakan pada neonatus. Pada waktu itu belum dikenal istilah S.S.S.S. Kemudian Lyell pada tahun 1956 memasukkannya ke dalam Nekrolisis Epidermal Toksik (N.E.T.). Barulah pada tahun 1970 berkat penyelidikan Milish dan Glasgow dengan model tikus dan berkat berbagai penyelidikan klinis dan histopatologik sindrom ini menjadi jelas dan temyata berbeda dengan N.E.T.
DEFINISI
S.S.S.S. ialah infeksi kulit oleh Staphylococ- cus aureus tipe tertentu dengan ciri yang khas ialah terdapatnya epidermolisis.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terutama terdapat pada anak di bawah 5 tahun, pria lebih banyak daripada wanita.
ETIOLOGI
Etiologinya antara lain ialah Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55, dan/atau faga 71.
PATOGENESIS
Sebagai sumber infeksi ialah infeksi pada mata, hidung, tenggorok, dan telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat epidermolitik (epider- molin, eksfoliatin) yang beredar di seluruh tubuh, sampai pada epidermis dan menyebabkan ke- rusakan, karena epidermis merupakan jaringan yang rentan terhadap toksin ini. Pada kulit tidak selalu ditemukan kuman penyebab.
Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk mengekskresikan eksfoliatin. Pada anak-anak dan bayi diduga fungsi ekskresi ginjal belum sem- purna karena itu umumnya penyakit ini terdapat pada golongan usia tersebut. Jika penyakit ini menyerang orang dewasa diduga karena terdapat kegagalan fungsi ginjal, atau terdapat gangguan imunologik, termasuk yang mendapat obat imunosupresif.
GEJALA KUNIS
Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi di saluran napas bagian atas. Kelainan kulit yang pertama timbul ialah eritema yang timbul mendadak pada wajah, leher, aksila, dan lipat paha, kemudian menye-
luruh dalam waktu 24 jam. Dalam waktu 24-48 jam akan timbul bula-bula besar berdinding kendur. Jika kulit yang tampaknya normal ditekan dan digeser kulit tersebut akan terkelupas se- hingga memberi tanda Nikolsky positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai pengelupasan lembaran-lembaran kulit sehingga tampak daerah-daerah erosif. Akibat epidermo- lisis tersebut, gambarannya mirip kombustio.
Daerah-daerah tersebut akan mengering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Deskua- masi pada daerah yang tidak eritematosa yang tidak mengelupas terjadi dalam waktu 10 hari.
Meskipun bibir sering dikenai, tetapi mukosa jarang diserang. Penyembuhan penyakit akan terjadi setelah 10-14 hari tan pa disertai sikatriks.
KOMPLIKASI
Meskipun S.S.S.S. dapat sembuh spontan, dapat pula terjadi komplikasi, misalnya: selulitis, pneumonia, dan septikemia.
PEMERIKSAAN BAKTERIAL
Jika terdapat infeksi di tempat lain, misalnya di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan bakteriologik. Juga sebaiknya diperiksa mengenai tipe kuman, karena S.S.S.S. disebabkan oleh Staphylococcys aureus tipe tertentu. Pada kulit, seperti telah disebutkan, tidak didapati kuman penyebab karena kerusakan kulit akibat toksin.
HISTOPATOLOGI
Pada S.S.S.S. terdapat gambaran yang khas, yakni terlihat lepuh intraepidermal, celah terdapat di stratum granulosum. Meskipun ruang lepuh sering mengandung sel-sel akanto- litik, epidermis sisanya tampaknya utuh tanpa disertai nekrosis sel.
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit ini sangat mirip N.E.T. Perbedaan- nya, S.S.S.S. umumnya menyerang anak di bawah usia 5 tahun, mulainya kelainan kulit di wajah, leher, aksila dan lipat paha; mukosa umumnya tidak dikenai, alat-alat dalam tidak diserang, dan angka kematiannya lebih rendah. Kedua penyakit tersebut
agak sulit dibedakan, oleh karena itu hendaknya dilakukan pemeriksaan histopatologik secara frozen section agar hasilnya cepat diketahui, karena prinsip terapi kedua penyakit tersebut berbeda. Perbedaannya terletak pada letak celah, pada S.S.S.S. di stratum granulosum, sedangkan pada N.E.T. di sub epidermal.
Perbedaan lain, pada N.E.T. terdapat sel-sel nekrosis di sekitar celah dan banyak terdapat sel radang.
PENGOBATAN
Berbeda dengan pengobatan pada N.E.T., maka kortikosteroid tidak perlu diberikan. Peng- obatannya ialah antibiotik, jika dipilih derivat peni- silin hendaknya yang juga efektif bagi Staphylo- coccus aureus yang membentuk penisilinase, misalnya kloksasilin dengan dosis 3 x 250 mg untuk orang dewasa sehari per oral. Pada neonatus (penyakit Ritter) dosisnya 3 x 50 mg sehari per os. Oba! lain yang dapat diberikan ialah klinda- misin dan sefalosporin generasi I. Topikal dapat diberikan sofratul/e atau krim antibiotik.
Selain itu juga harus diperhatikan keseim- bangan cairan dan elektrolit.
PROGNOSIS
Kematian dapat terjadi, terutama pada bayi berusia di bawah setahun, yang berkisar antara 1-10%. Penyebab utama kematian ialah tidak ada- nya keseimbangan cairan/elektrolit dan sepsis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elston OM, Berger TG, James WD. Bacterial Infection. In: Andrew's diseases of the skin. Clinical Dermatology. 10111 ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 2006. p 251-96.
2. Braun FO, Plewig G, Wolff HH, Winkelmann RK.
Dermatology. 3"' ed. New York: Springer Verlag;
1991. p. 154-85
3. Swartz MN, Weinberg AN. Infections due to gram positive bacteria. In: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF. Dermatology in General Medicine. 8111 ed. New York: McGraw-Hill Book Company; 2012. p. 2121-263.