I. Kandidosis Oral a. Thrush
Biasanya mengenai bayi, pasien ter- infeksi HIV dan AIDS. Tampak pseudo- membran putih coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum molle, pipi bagian dalam, dan permukaan rongga mulut yang lain. Lesi dapat terpisah-pisah, dan tampak seperti kepala susu pada rongga mulut. Bila pseudomembran terlepas dari dasarnya tampak daerah yang basah dan merah.
b. Perleche
Lesi berupa fisur pada sudut mulut;
lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan dasarnya eritematosa.
Faktor predisposisinya antara lain adalah defisiensi riboflavin dan kelainan gigi.
II. Kandidosis kutis dan selaput lendir genital
a. Lokalisata
1. Kandidosis intertriginosa
Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, genito- krural, intergluteal, lipat payudara, inter- digital, dan umbilikus, serta lipatan kulit dinding perut berupa bercak yang verbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.
Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul- pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
2. Kandidosis perianal
Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani.
b. Vulvovaginitis
Biasanya sering terdapat pada penderita diabetes mellitus karena kadar gula darah dan urin yang tinggi dan pada perubahan hormonal (kehamilan dan siklus haid).
Rekurensi dapat terjadi juga karena peng- gunaan cairan pembersih genital, antibiotik, imunosupresi.
Keluhan utama ialah gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispa- reunia.
Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia pada labia minora, introitus vagina, dan vagina terutama bagian 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan khas ialah bercak-bercak putih kekuningan.
Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar introitus vagina.
Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan.
c. Balanitis atau balanopostitis
Faktor predisposisi adalah kontak seksual dengan pasangan yang rnenderita vulvovaginitis, diabetes mellitus dan kondisi nonsirkurnsisi. Lesi berupa erosi, pustula dengan dindingnya yang tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius glandis.
d. Diaper-rash (Candida/ diaper dermatitis) Kelainan dipicu oleh adanya kolonisasi ragi di traktus gastrointestinal. lnfeksi dapat terjadi karena oklusi kronik area popok oleh popok yang basah. Lesi berawal dari area perianal meluas ke perineum dan lipat inguinal berupa eritema cerah.
e. Kandidosis kutis granulomatosa Penyakit ini sering diderita menyerang anak-anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning ke- coklatan dan melekat erat pada dasarnya.
Krusta ini dapat menirnbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokalisasinya sering ter- dapat di muka, kepala, kuku, badan, tungkai, dan larings.
Ill. Paronikia kandida dan onikomikosis Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air, bentuk ini tersering didapat. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bemanah dan nyeri di area paronikia disertai retraksi kutikula ke arah lipat kuku proksimal.
Kelainan kuku berupa onikolisis, terdapat lekukan transversal dan berwama kecoklatan.
Penyebab onikomikosis kandida umum- nya adalah C. albicans dengan kelainan di kuku berupa distrofi total menyerupai oni- komikosis yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.
IV. Kandidosis kongenital
Ditemukan kelainan pada kulit dan selaput lendir bayi baru lahir, lesi khas berupa vesikel atau pustul dengan dasar eritematosa pada wajah, dada yang meluas generalisata.
V. Kandidosis mukokutan kronik (KMK) Penyakit ditandai oleh sindrom klinis berupa infeksi kandida superfisial pada kulit, kuku dan orofaring, bersifat kronis, dan resisten terhadap pengobatan. Pada banyak kasus kelainan imunitas dapat spesifik pada sistem imun selular atau bersifat global.
VI. Reaksi Id (kandidid)
Reaksi terjadi karena reaksi alergi ter- hadap jamur atau antigen lain yang terbentuk selama proses inflamasi, klinisnya berupa vesikel eritematosa yang bergerombol, ter- dapat pada lateral jari dan telapak tangan. Bila infeksi diobati, kelainan akan menyembuh.
Selain penggolongan di atas, terdapat bentuk yang tidak biasa, ditandai oleh erupsi difus, berawal dari vesikel yang meluas dan konfluen di daerah badan dan ekstremitas. Keluhan subyektif berupa pruritus terutama di daerah inguinal, anal, aksila, sela jari tangan, dan kaki.
Kandidosis sistemik
Aspek klinis kandidosis sistemik sangat ber- variasi, dapat berupa demam tanpa manifestasi kelainan organ hingga sekumpulan gejala dan tanda termasuk sepsis berat.
Kandidosis diseminata
Kelainan dapat timbul antara lain akibat penye- baran hematogen Candida spp. dari orofaring atau
traktus gastrointestinal dengan barier mukosa kompromis. Lesi berupa papul eritem dengan pustul hemoragis di bagian tengah di badan dan ektremitas.
PENUNJANG DIAGNOSIS 1. Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 20% atau dengan pe- warnaan Gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Per- benihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 3TC, koloni tumbuh setelah 2-5 hari, berupa koloni mukoid putih.
DIAGNOSIS BANDING
Kandidosis kutis lokalisata dengan:
a. Eritrasma: lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemerik- saan dengan lampu Wood positif.
b. Dermatitis intertriginosa.
c. Dermatofitosis (tinea) dll
Kandidosis kuku dengan tinea unguium Kandidosis vulvovaginitis antara lain dengan : a. Trikomonas vaginalis .
b. Gonore akut
PENGOBATAN
Pengobatan infeksi kandida bergantung pada spesies penyebab, sensitifitas terhadap obat antijamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, dan status imun pasien.
1. Upayakan untuk menghindari atau meng- hilangkan faktor pencetus dan predisposisi.
2. Pengobatan topikal untuk:
a. selaput lendir
- larutan ungu gentian Y.-1 % untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
- Nistatin: berupa krim, suspensi (untuk kelainan kulit dan mukokutan)
- Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol
- 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik bila perlu dapat diberikan keto- konazol 1x 200mg atau itrakonazol 2x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
b. kelainan kulit
- Grup azol antara lain :
- mikonazol 2% berupa krim atau bedak - klotrimazol 1 % berupa bedak, larutan,
dan krim
- tiokonazol, bufonazol, isokonazol - siklopiroksolamin 1 % larutan, krim - antimikotik yang lain yang berspektrum
luas
3. Pengobatan Sistemik:
Pengobatan ini diberikan untuk berbagai kelainan, antara lain kasus refrakter, kandida diseminata, dan kandidosis mukokutan kronik. Flukonazol adalah lini pertama untuk pasien non-neutropenik, dengan kandidemia atau kandidosis invasif (dosis 100-400mg/
hari). Pilihan lain adalah itrakomazol dengan dosis harian 200mg/hari atau dosis denyut.
PROGNOSIS
Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Clemons K, Calich VL, Burger E, et al. Pathogenesis I: Interactions of host cells and fungi. Med Mycol.
2000;38:99.
2. Dignani MC, Solomkin JS, Annaissie EJ. Candida In: Anaissie EJ, McGinnis MR, Pfaller MA, editor.
Clinical Mycology. 2nd ed. Churchill Livingstone-- Elsevier; 2009. p 197-229.
3. Doshi ON, Kimball AB. Vesicular palmoplantar eczema. In: Wolf K et al, editor. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 8111 ed. New York:
McGraw Hill; 2012. p 187-93.
4. Hay RJ, Ashbee HR. Mycology. In: Bums T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editor. Rook"s Textbook of Dermatology, 8111 ed. Wiley-Blackwel;
2010. p 36.56-69.
5. High WA, Fitzpatrick JE. TopicalAntifungalAgents. In:
Goldsmith AL et al, editor. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 8111 ed. New York: McGraw Hill;
2012. p 2677-84.
6. Janik MP, Hefferman MP. Yeast infections:
Candidiasis and linea (Pityriasis) Versicolor. In: Wolf K et al, editor. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8111 ed. New York: McGraw Hill; 2012. p 2298-311.
7. Owen MK, Cleney TL. Management of vaginitis. Am Fam Physician. 2004;70:2125.
8. Pfaller MA, Diekema DJ. Epidemiology of invasive candidiasis: a persistent public health problem. Clin Microbial Rev. 2007;20(1):133
9. Rex JH, Walsh T J, Sobel JD, Filler SG, Pappas PG, Dismukes WE, et al. Practice guidelines for the treatment of candidiasis. Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2000;30:662-78 10. Roopal V Kundu, Amit Garg. Yeast infections:
candidiasis tirea (pityriasis) versicolor, and malas- sezia (pityrosporum) folliculitis. In: Goldsmith Al et al, editor. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine.
8"'ed. New York: McGraw Hill; 2012. p 2298-311. 11. Vasquez JA, Sobel JD. Candidiasis. In: Dismukes
WE, Pappas PG, Sobel JD editor. Clinical Mycology. New York: Oxford University Press Inc;
2003. p 143-87