• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALLAH BAPA DALAM PERJANJIAN BARU

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 41-44)

merintah semua ciptaan Ia adil, ‘kudus, penuh rahmat dan kemurahan, lambat marah, dan berkelimpahan cinta kasih dan setiawan Kualitas

ALLAH BAPA DALAM PERJANJIAN BARU

Allah Perjanjian Lama tidak berbeda dari Allah Perjanjian Baru. Allah Bapa dinyata- kan sebagai Pencipta segala sesuatu, Bapa semua orang percaya yang sejati, dan dalam sebuah perasaan yang unik Bapa dari Yesus Kristus.

Bapa Semua Ciptaan. Paulus mengiden- tifikasi Bapa, membedakan-Nya dari Yesus Kristus: “Namun bagi kita hanya ada satu Al-lah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu, ... dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya se- gala sesuatu telah dijadikan dan yang kare- na Dia kita hidup” (1 Kor. 8:6 dan Ibr. 12:9; Yoh. 1: 17). Ia memberikan kesaksian, “Itu- lah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam surga dan di atas bumi menerima namanya” (Ef. 3:14, 15).

Bapa Semua Orang Percaya. Pada za- man Perjanjian Baru ada hubungan rohani bapa-anak bukan antara Allah dan bangsa Israel melainkan antara Allah dan orang per-

caya secara individu. Yesus menyediakan pe- nuntun untuk hubungan ini (Mat. 5:45; 6:6- 15), yang terselenggara dengan mantap me- lalui penerimaan orang-orang percaya ter- hadap Yesus Kristus (Yoh. 1:12, 13).

Melalui penebusan Kristus, orang-orang percaya diangkat menjadi anak-anak Allah. Roh Kudus melengkapi hubungan ini. Kristus datang untuk “menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk mene- bus mereka, yang takluk kepada hukum Tau- rat, supaya kita diterima menjadi anak. Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘Ya Abba, ya Bapa!’” (Gal. 4:5, 6; bandingkan Rm. 8:15, 16).

Yesus Menyatakan Bapa. Yesus, Allah Anak, di dalamnya terdapat pandangan yang paling dalam mengenai Allah Bapa ketika Ia, yang menyatakan, diri Allah sendiri, datang dalam wujud daging (Yoh. 1:1, 14). Yohanes berkata, “Tidak seorang pun yang pernah me- lihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, ... Dialah yang menyatakan-Nya” (Yoh. 1:18). Yesus berkata, “Sebab Aku telah turun dari surga” (Yoh. 6:38); “Barangsiapa telah me- lihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9). Mengenal Yesus berarti mengenal Bapa.

Surat-surat yang ditujukan kepada orang- orang Ibrani menekankan pentingnya per- nyataan pribadi ini: “Setelah pada zaman da- hulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita de- ngan perantaraan nabi-nabi, maka pada za- man akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima se- gala yang ada. Oleh Dia Allah telah menja- dikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemu- liaan Allah dan gambar wujud Allah dan me- nopang segala yang ada dengan firman-Nya

yang penuh kekuasaan” (Ibr. 1:1-3).

1. Allah yang pemberi. Yesus memper- lihatkan Bapa-Nya sebagai Allah yang pem- beri. Kita melihat pemberian-Nya pada Pen- ciptaan, di Betlehem dan di Golgota.

Dalam penciptaan, Bapa dan Anak beker- jasama. Allah memberikan hidup kepada kita walaupun mengetahui, bahwa, dengan mela- kukan hal yang demikian, akan mendatang- kan kematian Anak-Nya sendiri.

Di Betlehem, Ia memberikan diri-Nya sendiri sebagaimana Ia memberikan Anak- Nya. Betapa pedihnya pengalaman Bapa ke- tika Anak-Nya memasuki planet kita yang

penuh dengan dosa!Bayangkanlah perasaan

Bapa ketika Ia melihat Anak-Nya memper- tukarkan kasih dan pujaan para malaikat de- ngan kebencian orang-orang berdosa; kemu- liaan dan kebahagiaan surga dengan jalan ke- matian.

Akan tetapi di Golgota diberikan kepada kita wawasan paling dalam terhadap Bapa. Bapa yang Ilahi itu, menderita kepahitan ka- rena dipisahkan dari Anak-Nya—dalam hi- dup dan kematian—lebih daripada apa yang mungkin dirasakan manusia. Begitulah Ia menderita dengan Kristus. Sebuah kesaksi- an yang agung yang pernah ada diberikan Bapa! Salib menyatakan—yang tidak mung- kin dapat dilakukan yang lain—kebenaran mengenai Bapa.

2. Allah Kasih. Tema yang paling disu- kai Yesus ialah kelembutan dan kelimpahan kasih Allah. “Kasihilah musuhmu,” kata- Nya, “berdoalah bagi mereka yang menga- niaya kamu. Karena dengan demikianlah ka- mu menjadi anak-anak Bapamu yang di sor- ga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menu- runkan hujan bagi orang yang benar dan or- ang yang tidak benar” (Mat. 5:44, 45). “Teta-

pi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak- anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berte- rima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk. 6:35, 36). Waktu Yesus merendahkan diri sambil membasuh kaki orang yang akan mengkhia- nati-Nya, Yesus menyatakan sifat Allah yang penuh belas kasihan. Apabila kita melihat Kristus memberi makan orang yang lapar (Mrk. 6:39-44; 8:1-9), menyembuhkan pen- dengaran orang yang tuli (Mrk. 9:17-29), membuat yang bisu berbicara (Mrk. 7:32- 37), membuka mata orang yang buta (Mrk. 8:22-26), menyembuhkan orang yang ber- penyakit kusta (Luk. 5:12, 13), menyuruh orang yang lumpuh berdiri dan berjalan (Luk. 5:18-26), membangkitkan orang mati (Mrk. 5:35-43; Yoh 11:1-45), mengampuni orang- orang yang berdosa (Yoh. 8:3-11), mengusir Setan (Mat. 15:22-28;17:14-21), kita meli- hat Bapa berada di tengah-tengah manusia, memberikan hidup-Nya kepada mereka, membebaskan mereka, memberikan peng- harapan kepada mereka, dan mengarahkan mereka kepada dunia mendatang yang diba- harui. Kristus mengetahui bahwa dengan menyatakan kasih yang sangat berharga dari Bapa adalah kunci untuk membawa manu- sia kepada pertobatan (Rm. 2:4).

Tiga dari perumpamaan-perumpamaan Kristus menggambarkan kasih Allah kepa- da manusia yang telah hilang (Luk. 15). Pe- rumpamaan mengenai domba yang hilang mengajarkan kepada kita bahwa keselamat- an datang melalui inisiatif Allah, bukan ka- rena upaya kita mencari Dia. Sebagaimana seorang gembala mengasihi domba-domba- nya dan mempertaruhkan hidupnya apabila

ada seekor pun yang hilang, begitulah da- lam ukuran yang jauh lebih besar, Allah me- nunjukkan kasih-Nya terhadap setiap orang yang hilang.

Perumpamaan ini juga memiliki makna kosmis—domba yang hilang itu menggam- barkan dunia kita yang memberontak, tak le- bih dari sebuah atom di alam semesta Allah yang mahaluas. Pemberian Allah yang sa- ngat berharga itu yakni Anak-Nya yang tung- gal untuk membawa kembali planet kita ke dalam kawanan itu menunjukkan bahwa du- nia kita yang sudah hilang ini cukup berharga bagi-Nya sebagai bagian dari penciptaan-Nya. Perumpamaan mengenai keping perak yang hilang menekankan betapa besarnya ni- lai yang diberikan Allah kepada kita yang berdosa. Begitu pula perumpamaan menge- nai anak yang hilang menunjukkan kasih Ba- pa yang berkelimpahan, yang menyambut ba- ik: anak-anak yang menyesali perbuatannya. Jika di surga ada suatu kegembiraan yang besar karena seorang yang berdosa yang ber- tobat (Luk. 15:7), bayangkanlah betapa gem- biranya alam semesta pada waktu kedatangan Tuhan kita yang kedua kalinya.

Perjanjian Baru menyatakan dengan je- las keterlibatan Bapa yang sangat akrab da-

lam soal kembalinya Anak-Nya. Pada hari kedatangan Kristus yang kedua kali orang- orang jahat akan berseru kepada gunung- gunung dan bukit batu, “Runtuhlah menim- pa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu” (Why. 6:16). Ye- sus berkata, “Sebab Anak Manusia akan da- tang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi ma- laikat- malaikat-Nya” (Mat. 16:27), dan “ka- mu akan melihat Anak Manusia duduk di se- belah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit” (Mat. 26:64).

Dengan hati yang penuh kerinduan Bapa mengantisipasi hari Kedatangan Kristus yang kedua kali, saat orang-orang yang dite- bus pada akhirnya akan dibawa ke rumah mereka yang abadi. Dengan demikian, me- ngutus Anak-Nya “yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya” (1 Yoh. 4:9) nyatalah tidak akan sia-sia. Hanyalah yang tidak dapat diduga, kasih yang tidak mementingkan diri menjelaskan mengapa, walaupun kita musuh masih juga kita “diper- damaikan dengan Allah oleh kematian Anak- Nya”(Rm. 5:10). Bagaimanakah kita akan menolak kasih yang demikian dan gagal me- ngakui Dia sebagai Bapa kita?

48

segala sesuatu diciptakan, sifat-sifat Allah dinyatakan, keselamatan

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 41-44)