• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek dosa atas Manusia Mungkin ba nyak orang merasa bahwa hukuman mat

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 102-104)

manusia individu, disertai kuasa dan kebebasan berpikir dan bertindak Walaupun diciptakan sebagai makhluk bebas, masing-masing adalah

MANUSIA DALAM GAMBAR ALLAH

3. Efek dosa atas Manusia Mungkin ba nyak orang merasa bahwa hukuman mat

yang dijatuhkan hanya karena memakan bu- ah larangan itu terlalu kejam. Akan tetapi kita hanya dapat mengukur betapa seriusnya pe- langgaran itu dalam cahaya efek dosa Adam atas umat manusia.

Anak pertama Adam dan Hawa melaku- kan pembunuhan. Keturunan mereka pun ti- dak lama kemudian melanggar persatuan pernikahan yang kudus dengan melakukan poligami, dan itu terjadi tidak lama kemudi- an sehingga kejahatan dan pelanggaran su- dah merajalela di seluruh permukaan bumi ini (Kej. 4:8, 23; 6:1-5, 11-13). Panggilan Allah supaya mengadakan perubahan dan pertobatan berlalu tanpa diindahkan, dan ha- nya delapan orang saja yang telah diselamat- kan dari air bah yang membinasakan mere- ka yang tidak bertobat. Sejarah manusia se- telah air bah adalah, dengan beberapa keke- cualian, catatan yang penuh dengan kesedih- an karena ulah sifat manusia yang penuh de- ngan dosa.

a. Dosa umat manusia. Sejarah menun- jukkan bahwa keturunan Adam turut dice- markan sifat dosanya. Daud dalam doanya berseru, "Sebab di antara yang hidup tidak seorang pun yang benar di hadapan-Mu" (Mzm. 143:2; bandingkan 14:3). "Karena tidak ada manusia yang tidak berdosa" (1 Raj. 8:46). Dan Salomo pun berkata, "Sia- pakah dapat berkata: 'Aku telah membersih- kan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?’” (Ams. 20:9); "Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!" (Pkh. 7:20). De- ngan tandas Perjanjian Baru juga mengata-

kan bahwa "semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah" (Rm. 3:23) dan bahwa "jika kita berkata, bahwa kita ti- dak berdosa, maka kita menipu diri kita sen- diri dan kebenaran tidak ada di dalam kita" (1 Yoh. 1:8).

Apakah dosa diwariskan atau diperoleh? Paulus berkata, "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam" (1 Kor. 15:22). Di tempat lain ditu- lisnya pula, "Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh do- sa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa" (Rm. 5:12).

Hati manusia yang penipu itu mempenga- ruhi seluruh pribadi. Dalam keadaan seperti inilah Ayub berseru, "Siapa yang dapat men- datangkan yang tahir dari yang najis? Se- orang pun tidak!" (Ayb. 14:4). Daud berka- ta, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku di- peranakkan, dalam dosa aku dikandung ibu- ku" (Mzm. 51:7). Dan rasul Paulus menga- takan bahwa "keinginan daging adalah per- seteruan terhadap Allah, karena ia tidak tak- luk kepada hukum Allah; hal ini memang ti- dak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepa- da Allah" (Rm. 8:7, 8). Sebelum pertobatan ia menyatakan orang-orang percaya adalah "orang-orang yang harus dimurkai," seperti manusia yang lain (Ef. 2:3).

Sekalipun sebagai anak-anak kita mela- kukan dosa karena meniru, nas yang di atas mengukuhkan bahwa kita pada dasarnya or- ang yang berdosa. Manusia yang berdosa se- cara universal adalah merupakan bukti bah- wa menurut alamiah kita cenderung kepada yang tidak baik, yang jahat.

Pemberantasan tabiat yang penuh dengan dosa. Betapa berhasilkah orang banyak membuangkan dosa dari kehidupan dan ma- syarakat mereka?

Setiap usaha untuk memperoleh kehidup- an yang benar dengan kekuatan sendiri akan mengalami malapetaka. Kristus mengatakan bahwa barangsiapa yang melakukan dosa berarti "ia adalah hamba dosa." Hanya kuasa Ilahi yang dapat memerdekakan kita dari per- hambaan. Bahkan Kristus telah memberikan jaminan kepada kita, "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-be- nar merdeka" (Yoh. 8:36). Anda dapat meng- hasilkan kebenaran hanyalah jika, kata Dia, "tinggal di dalam-Nya" karena "di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh. 15: 4, 5).

Bahkan Paulus pun gagal menghayati hi- dup yang benar melalui usahanya sendiri. Ia tahu ukuran kesempurnaan hukum Allah te- tapi ia tidak akan mampu meraihnya. De- ngan menimbang-nimbang upayanya, ia ber- kata, "Sebab apa yang aku perbuat, aku ti- dak tahu. Karena bukan apa yang aku ke- hendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat." Kemu- dian ditunjukkannya dampak dosa dalam hi- dupnya: "Jadi jika aku perbuat apa yang ti- dak aku kehendaki, aku menyetujui.... Ka- lau demikian bukan aku lagi yang memper- buatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku." Sekalipun gagal ia mengagumi ukuran ke- sempurnaan Tuhan, dengan berkata, "Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Al- lah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuh- ku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, ma- nusia celaka! Siapakah yang akan melepas- kan aku dari tubuh maut ini?" (Rm. 7:15, 19, 20, 22-24). Akhirnya Paulus mengakui bahwa kuasa Ilahi diperlukannya supaya da- pat menang. Melalui. Kristus ia mengesam- pingkan hidup mengikuti nafsu jasmani lalu memulai hidup baru yang sesuai dengan Roh

(Rm. 7:25; 8:1).

Hidup baru di dalam Roh merupakan ka- runia pengubah yang berasal dari Allah. Me- lalui anugerah Ilahi, kita yang dahulu "mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa- dosanya" menjadi pemenang (Ef. 2:1, 3, 8- 10). Kelahiran kembali secara rohani yang demikian itu akan mengubah hidup (Yoh. 1: 13; Yoh. 3:5) sehingga kita dapat berbicara mengenai kejadian yang baru—"yang lama sudah berlalu" sehingga "sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Kor. 5:17). Bagai- manapun, hidup baru itu, tidak menghilang- kan kemungkinan berbuat dosa (1 Yoh. 2:1).

4. Evolusi dan kejatuhan manusia. Se-

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 102-104)