• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evolusi dan kejatuhan manusia Se jak zaman Penciptaan Setan telah menga-

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 104-106)

manusia individu, disertai kuasa dan kebebasan berpikir dan bertindak Walaupun diciptakan sebagai makhluk bebas, masing-masing adalah

MANUSIA DALAM GAMBAR ALLAH

4. Evolusi dan kejatuhan manusia Se jak zaman Penciptaan Setan telah menga-

caubalaukan pikiran orang dengan jalan me- lemahkan keyakinan mereka atas catatan yang terdapat dalam kitab suci mengenai asal-usul manusia dan tentang Kejatuhan ke dalam dosa. Salah satu dari antaranya yang dapat disebutkan ialah evolusi, sebuah pan- dangan "alamiah" mengenai manusia, pan- dangan yang didasarkan atas dugaan bahwa hidup mulai hanyalah secara kebetulan, dan mengenai manusia itu sendiri, setelah meng- alami proses yang panjang, telah timbul dari bentuk-bentuk kehidupan yang paling ren- dah. Melalui sebuah proses perjuangan hi- dup bahwa yang kuat itulah yang akhir-nya muncul, manusia mengalami perubahan sam- pai kepada statusnya yang kini. Mereka ma- sih terus mengalami perubahan, belum men- capai tingkat potensialnya.

Banyak orang Kristen yang menganut fa- ham evolusi yang teistis, yang menyatakan bahwa Allah menggunakan evolusi dalam Penciptaan yang terdapat dalam kitab Keja- dian. Orang yang menganut faham ini tidak menerima pandangan yang dikemukakan bab-bab pertama buku Kejadian sebagai ma- na tertulis di situ, melainkan menganggap-

nya sebagai alegori atau mitos.

a. Pandangan Alkitabiah Mengenai Manusia dan evolusi. Orang-orang Kristen yang menganut faham Kreasionis sangat prihatin atas dampak teori evolusi terhadap iman orang Kristen. James Orr menulis: "Menghadapi Kekristenan dewasa ini, bu- kanlah dengan serangan sedikit demi sedikit atas doktrin-doktrinnya...melainkan dengan pandangan yang bertentangan tetapi positif mengenai dunia, mengungkapkannya dengan ilmiah dibuat dengan baik dan dapat diperta- hankan, namun ide-idenya secara fundamen- tal menghantam akar-akar sistem Kristen."9

Alkitab menolak penafsiran secara alego- ris maupun mitos, kitab Kejadian. Para pe- nulis Alkitab sendiri mengakui penafsiran Kejadian 1-11 sebagai sejarah yang harfiah. Adam, Hawa, dan ular serta Setan dilihat se- bagai pelakon yang historis di dalam peristi- wa pergolakan yang besar itu (baca Ayb. 31: 33; Pkh. 7:29; Mat. 19:4, 5; Yoh. 8:44; Rm. 5:12, 18, 19; 2 Kor. 11:3; 1 Tim. 2:14; Why. 12:9).

Golgota dan evolusi. Evolusi dalam ben- tuk dan wujud bagaimanapun berlawanan dengan dasar-dasar Kekristenan. Sebagai- mana dikatakan Leonard Verduin, "Di tem- pat kisah 'kejatuhan' telah muncul; kisah ke- naikan."1 Kekristenan dan evolusi sama se-

kali bertentangan. Kedua leluhur kita yang pertama itu diciptakan menurut gambar Al- lah dan mengalami kejatuhan ke dalam dosa atau tidak sama sekali. Jika tidak, lalu me- ngapa menjadi Kristen?

Golgota mempertanyakan evolusi seca- ra radikal. Jika tidak ada kejatuhan, menga- pa kita memerlukan Allah mati demi kita? Bukan hanya mati secara umum, akan tetapi kematian Kristus bagi kita menyatakan bah- wa manusia tidak "BERES" atau OK. Bila

bergantung hanya pada diri saja maka kita akan merosot terus sampai akhirnya umat manusia binasa.

Pengharapan kita bertumpu pada Manu- sia yang tergantung di kayu salib itu. Hanya kematian-Nya saja yang membuka kepada ki- ta suatu kemungkinan yang lebih baik, hi- dup yang penuh dan tidak akan pernah bera- khir. Golgota mengumumkan bahwa kita me- merlukan seorang pengganti untuk melepas- kan kita.

c. Penjelmaan dan Evolusi. Barangkali Penciptaan-versus-evolusi, pertanyaan-per- tanyaan sekitar itu, dapat dijawab dengan ja- waban paling tepat oleh memandang pencip- taan manusia itu dari sudut pandang penjel- maan. Dengan datangnya Adam yang kedua itu, yakni Kristus, masuk ke dalam sejarah, Allah bekerja dengan cara yang kreatif. Jika Allah dapat mendatangkan mukjizat yang luar biasa ini, maka tidak akan ada lagi per- tanyaan mengenai kemampuan-Nya menja- dikan Adam yang pertama itu.

Manusia sudah tua sekali? Seringkali penganut faham evolusi menunjuk kepada kemajuan ilmu dan pengetahuan yang begi- tu pesat beberapa abad belakangan ini se- bagai bukti bahwa kelihatannya manusia itu- lah wasit bagi nasibnya. Bila saja cukup wak- tu baginya, dengan adanya ilmu yang meme- nuhi segala keperluannya, maka ia akan da- pat memecahkan segala masalah dunia.

Namun demikian, peranan teknologi yang memberikan harapan itu justru menemui ba- nyak kebimbangan—karena nyatanya tekno- logi telah mendorong planet ini ke tepi ju- rang kebinasaan. Manusia telah gagal menak- lukkan dan mengendalikan hati yang penuh dengan dosa. Akibatnya, semua kemajuan il- mu membuat dunia semakin dirundung ma- rabahaya.

Filsafat nihilisme dan kesia-siaan sema- kin berkembang dan tampaknya dianggap sa- hih. Alexander Pope berkata sebagai beri- kut, "Pengharapan yang abadi bersemi di dalam dada manusia," dewasa ini bergema kosong. Ayub menangkap realitas itu lebih baik—waktu beringsut dan "berakhir tanpa harapan" (Ayb. 7:6). Dunia manusia mero- sot ke bawah. Seseorang harus datang dari seberang sejarah manusia, menyerbunya, dan membawa realitas baru ke dalamnya.

Harapan yang Tipis. Seberapa besarkah kemerosotan manusia itu? Di kayu salib ma- nusia membunuh Pencipta mereka—puncak pengkhianatan yang luar biasa! Akan tetapi Tuhan tidak meninggalkan umat manusia da- lam keadaan tanpa harapan.

Daud merenungkan kedudukan manusia dalam Penciptaan. Kesan mula-mula ialah keluasan alam semesta, lalu ia menganggap bahwa manusia itu tidak berarti sama sekali. Kemudian ia menjadi sadar mengenai kedu- dukan manusia yang sebenarnya. Berbicara mengenai keadaan manusia kini dengan hu- bungannya terhadap Allah, ia berkata, "Na- mun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya de- ngan kemuliaan dan hormat. Engkau telah membuat dia berkuasa atas buatan tangan- Mu" (Mzm. 8:6, 7; bandingkan Ibr. 2:7).

Selain kejatuhan, masih ada lagi yang ber- kaitan dengan martabat manusia. Walaupun sudah bernoda, wujud Keilahian itu belum- lah hapus sama sekali. Walaupun telah jatuh ke dalam dosa, tercemar, penuh dengan dosa, manusia masih tetap wakil Allah di dunia ini. Keadaannya lebih rendah dari yang Ilahi na- mun masih tetap memegang sebuah kedudu- kan yang terhormat sebagai wakil Allah atas ciptaan yang ada di bumi. Apabila Daud me- nyadari hal ini, maka ia pun melantunkan

pujian dan rasa syukurnya, "Ya Tuhan, Tu- han kami, betapa mulianya nama-Mu di se- luruh bumi!" (Mzm. 8:10).

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 104-106)