• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBUAH PANDANGAN DUNIA MENGENAI PERTIKAIAN

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 113-115)

dan Setan mengenai tabiat Allah, hukum-Nya dan kekuasaan-Nya atas semesta alam Konflik ini bermula di surga tatkala seorang makhluk

SEBUAH PANDANGAN DUNIA MENGENAI PERTIKAIAN

Misteri dari segala misteri, konflik an- tara yang baik dan yang jahat bermula di sur- ga. Bagaimanakah mungkin dosa timbul di sebuah lingkungan yang amat sempurna?

Malaikat-malaikat, makhluk yang lebih tinggi daripada manusia (Mzm. 8:6), telah diciptakan untuk menikmati hubungan yang akrab dengan Allah (Why. 1:1; 3:5; 5:11). Yang mempunyai kekuatan hebat serta me- nurut kepada Sabda Tuhan (Mzm. 103:20), mereka bertugas sebagai pelayan atau “roh- roh yang melayani” (Ibr. 1:14). Walaupun pada umumnya tidak tampak dengan mata manusia, tetapi sekali-sekali mereka menam-

pakkan diri sebagai manusia (Kej. 18:19; Ibr. 13:2). Hanya dengan seorang dari antara ma- laikat inilah dosa diperkenalkan kepada alam semesta.

Asal-mula Pertikaian. Dengan menggu- nakan perlambang raja-raja Tirus dan Babi- lon untuk melukiskan Lusifer, Kitab Suci menggambarkan bagaimana pertikaian alam ini dimulai. “Lusifer, anak fajar,” seorang kherubium yang sudah diurapi, bertempat tinggal di hadapan hadirat Tuhan (Yes. 14:12; Yeh. 28:14).1 Alkitab berkata, “Gam-

bar dari kesempurnaan engkau, penuh hik- mat dan maha indah.... Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari pencip- taanmu sampai terdapat kecurangan pada- mu” (Yeh. 28:12, 15).

Walaupun timbulnya dosa itu tidak da- pat diterangkan secara tuntas dan tidak pula dapat dibenarkan, akarnya dapat ditelusuri kepada keangkuhan Lusifer:

“Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kau musnahkan demi semarak- mu.” (Yeh. 28:17). Lusifer tidak mau puas

PERTIKAIAN BESAR

dengan kedudukannya yang sudah tinggi itu, jabatan yang diberikan Penciptanya. Dengan meninggikan diri ia ingin menyamakan ke- dudukannya dengan Allah sendiri: “Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendiri- kan takhtaku mengatasi bintang-bintang Al- lah.... Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Maha- tinggi!” (Yes. 14:13-14). Akan tetapi, wa- laupun ia menginginkan kedudukan Allah, ia tidak ingin tabiat Allah. Ia ingin meraih otoritas Allah bukan kasih-Nya. Pemberon- takan Lusifer melawan pemerintahan Allah adalah langkah awal menuju perubahannya menjadi Setan, “sang seteru” itu.

Tindakan-tindakan Lusifer yang tersamar itu membutakan banyak malaikat terhadap kasih Allah. Akibat rasa tidak puas dan ti- dak setia kepada pemerintahan Allah ber- tumbuh terus sampai sepertiga malaikat sur- ga bergabung dengan dia dalam pemberon- takan (Why. 12:4). Ketenangan dalam kera- jaan Tuhan diguncang dan “timbullah pepe- rangan di sorga” (Why. 12:7). Peperangan sur- ga ditimbulkan Setan, yang digambarkan se- bagai naga besar, ular tua, iblis, yang “dilem- parkan ke bumi, bersama-sama dengan malai- kat-malaikatnya” (Why. 12:9).

Bagaimanakah Manusia Dilibatkan?

Dengan pengusirannya dari surga, Setan pun menyebarkan pemberontakannya ke dunia ini. Setan menyamar sebagai ular yang da- pat berbicara dan menggunakan alasan yang sama dengan kejatuhannya, secara efektif ia merusak kepercayaan Adam dan Hawa ter- hadap Khaliknya (Kej. 3:5). Setan membang- kitkan di dalam diri Hawa rasa tidak puas terhadap kedudukan yang diberikan kepada- nya. Tergiur karena ingin setara dengan Tu- han, ia mempercayai godaan itu dan kemu- dian mulai merasa bimbang terhadap Tuhan.

Dengan mengingkari perintah Tuhan, ia pun memakan buah pohon pengetahuan yang ba- ik dan yang jahat itu serta mempengaruhi suaminya untuk melakukan hal yang sama. Karena mereka mempercayai perkataan ular itu maka mereka kehilangan percaya dan ke- setiaan terhadap Tuhan. Tragisnya, benih-be- nih pertikaian yang dimulai di sorga mulai berakar di Planet Bumi (baca Kej. 3).

Dengan membujuk leluhur kita yang per- tama untuk melakukan dosa, jelaslah Setan merebut pemerintahan bumi ini dari mere- ka. Kini, dengan menyatakan diri sebagai “penguasa dunia ini,” Setan menantang Al- lah, pemerintahan-Nya dan kedamaian se- mesta alam ini dari pusat pemerintahannya yang baru, di Planet Bumi.

Pengaruhnya terhadap Umat Manu-

sia. Efek pergolakan antara Kristus dengan

Setan jelas merusak citra Allah dalam manu- sia. Sekalipun Allah memberikan janji anu- gerah kepada umat manusia melalui Adam dan Hawa (Kej. 3:15; baca bab 7), anak su- lung mereka, Kain toh membunuh saudara- nya (Kej. 4:8). Kejahatan semakin bertam- bah-tambah sampai akhirnya Tuhan dengan sedih berkata mengenai manusia itu “hati- nya selalu membuahkan kejahatan semata- mata” (Kej. 6:5).

Allah menggunakan air bah untuk mem- bersihkan dunia ini dari penduduknya yang tidak bertobat dan memberikan kepada umat manusia sebuah awal baru (Kej. 7:17-20). Akan tetapi tidak lama kemudian keturunan Nuh yang setia menjauh dari janji Allah. Wa- laupun Allah telah berjanji tidak akan men- datangkan kebinasaan yang menyeluruh lagi, melalui air bah, tetapi mereka terang-terang- an menunjukkan rasa tidak percaya mereka kepada Tuhan dengan mendirikan Menara Babel dalam upaya mereka menjangkau la- ngit supaya dengan demikian lepas dari air

bah berikutnya. Pada kali ini Tuhan meron- tokkan pemberontakan manusia itu dengan mengacaukan bahasa mereka secara semes- ta (Kej. 9:1, 11:11).

Ada satu masa kemudian, ketika dunia hampir dipenuhi kemurtadan total, Allah me- nyampaikan perjanjian-Nya kepada Abra- ham. Melalui Abraham Allah merencanakan untuk memberkati semua bangsa di dunia (Kej. 12:1-3; 22:15-18). Bagaimanapun, ge- nerasi penerus dari keturunan Abraham ter- bukti kurang percaya atas janji karunia Tu- han itu. Dengan terperangkapnya dalam do- sa, mereka membantu Setan mencapai tuju- annya dalam pertikaian besar dengan me- nyalibkan Pencipta dan Penjamin perjanjian itu, yakni Yesus Kristus.

Bumi, Panggung Alam Semesta. Cata- tan yang terdapat dalam kitab Ayub tentang pertemuan wakil-wakil dari pelbagai penju- ru alam semesta memberikan tambahan da- lam pertikaian besar itu. Catatan itu dimu- lai, “pada satu hari datanglah anak-anak Al- lah menghadap Tuhan dan dari antara mere- ka datanglah juga Iblis. Maka bertanyalah Tuhan kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ La- lu jawab Iblis kepada Tuhan: ‘Dari perjalan- an mengelilingi dan menjelajah bumi.’” Ayb. 1:6, 7; bandingkan 2:1-7).

Kemudian Tuhan berkata, “Apakah eng- kau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan!” (baca Ayb. 1:8).

Apabila Iblis menjawab, “Apakah de- ngan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang mem- buat pagar sekeliling dia?” Kristus menja- wab dengan memperkenankannya menco- bainya (baca Ayb. 1:9-2:7).

Dari buku Ayub ini diperlihatkan sebuah

bukti yang cukup kuat betapa besarnya per- tikaian antara Kristus dengan Setan. Planet ini menjadi sebuah panggung terjadinya pe- ristiwa perjuangan antara yang baik dan yang jahat dilakonkan. Sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci, “Sebab kami telah men- jadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-ma- laikat dan bagi manusia” (1 Kor. 4:9).

Dosa membuat renggangnya hubungan antara Allah dan manusia, dan “segala sesua- tu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa” Rm. 14:23). Pelanggaran atas hukum-hukum dan peraturan Tuhan, adalah akibat langsung dari kurangnya iman, merupakan bukti retak- nya hubungan itu. Sebaliknya, dengan ada- nya rencana keselamatan Allah ingin memu- lihkan pengharapan atas Khalik yang mem- bawa kepada hubungan penuh kasih yang di- nyatakan dalam penurutan. Sebagaimana di- nyatakan Kristus, cinta kasih menuntun ke- pada penurutan (Yoh. 14:15).

Pada zaman kita yang tidak mengindah- kan hukum ini, yang absolut dikatakan ne- tral, ketidakjujuran dibanggakan, suap me- nyuap menjadi sebuah cara hidup, perzinaan merajalela, dan perjanjian secara pribadi maupun internasional, dihancurkan dusta. Adalah merupakan suatu keistimewaan kita dapat melihat di balik dunia yang penuh de- ngan keputusasaan ini, Allah yang Mahakua- sa dan penuh perhatian. Pandangan yang se- makin luas ini menunjuk kepada kita pen- tingnya pendamaian Kristus bagi kita, yang mengakibatkan berakhirnya pertikaian di alam semesta.

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 113-115)