• Tidak ada hasil yang ditemukan

YANG MENYELAMATKAN

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 122-124)

Allah, penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya, disediakan Allah sebagai satu-satunya sarana pendamaian bagi dosa manusia, supaya

YANG MENYELAMATKAN

Alkitab menyatakan Allah yang menaruh perhatian atas keselamatan manusia. Ang- gota Keallahan bersatu dalam upaya mem- bawa kembali manusia ke dalam persatuan dengan Pencipta mereka. Yesus meninggi- kan kasih Allah yang menyelamatkan itu dengan berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah me- ngaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supa- ya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).

Alkitab menyatakan bahwa “Allah adalah kasih” (1Yoh. 4:8). Ia menjangkau manusia “dengan kasih yang kekal” (Yer. 31:3). Al- lah yang menyodorkan undangan keselamat- an itu penuh dengan kuasa, akan tetapi ka- sih-Nya mengharuskan Ia mengizinkan se-

tiap orang memiliki kebebasan memilih da- lam sambutannya (Why. 3:20, 21). Paksaan bertentangan dengan tabiat-Nya, sehingga dengan sendirinya tidak termasuk dalam stra- tegi-Nya.

Inisiatif Ilahi. Tatkala Adam dan Hawa berdosa, Allah mengadakan inisiatif untuk mencari mereka. Pasangan yang bersalah itu, ketika mendengar suara Penciptanya, tidak berlari dengan gembira untuk menemui Dia seperti yang biasa mereka lakukan sebelum- nya. Sebaliknya, mereka justru menyembu- nyikan diri. Akan tetapi Tuhan tidak mening- galkan mereka. Ia tetap memanggil mereka, “Di manakah engkau?”

Dengan duka maha dalam, Allah men- jelaskan akibat pendurhakaan mereka—rasa sakit, kesukaran akan mereka hadapi. Namun demikian, dalam keadaan mereka yang lama sekali tidak ada pengharapan itu, Ia menun- jukkan sebuah rencana yang ajaib yang men- janjikan kemenangan atas dosa dan maut (Kej. 3:15).

Anugerah atau Keadilan? Belakangan, seiring dengan kemurtadan bangsa Israel di Sinai, Allah mengungkapkan kemurahan dan tabiat-Nya yang penuh keadilan kepada Mu- sa, dengan mengumumkan, “Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sa- bar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesa- lahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersa- lah dari hukuman, yang membalaskan kesa- lahan bapa kepada anak-anaknya dan cucu- nya, kepada keturunan yang ketiga dan ke- empat” (Kel. 34:6, 7).

Tabiat Allah menyatakan sebuah paduan anugerah dan keadilan secara unik, dari hal kesudian mengampuni dan ketidaksudian

melepaskan kesalahan. Hanya di dalam pri- badi Kristus kita dapat memahami bagaima- na kualitas tabiat ini dapat diperdamaikan satu dengan yang lain.

Mengampuni ataukah Menghukum? Pa- da zaman bangsa Israel undur dari Tuhan, betapa sering Tuhan memohon agar mereka mengakui kesalahan mereka dan kembali kepada-Nya (Yer. 3:12-14). Akan tetapi me- reka mencemooh undangan-Nya yang penuh dengan kemurahan itu (Yer. 5:3). Sebuah si- kap yang tidak bertobat yang mengolok-olok keampunan itulah yang membuat hukuman terhadap mereka tidak dapat dielakkan (Mzm. 7:12).

Walaupun Allah penuh dengan kemurah- an, Ia tidak dapat mengampuni orang yang berpaut kepada dosa (Yer. 5:7). Pengampun- an mempunyai tujuan. Allah ingin mengubah orang-orang berdosa menjadi orang yang sa- leh: “Baiklah orang fasik meninggalkan ja- lannya, dan orang jahat meninggalkan ran- cangannya; baiklah ia kembali kepada Tu- han, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengam- punan dengan limpahnya” (Yes. 55:7). De- ngan jelas pesan keselamatan itu dikuman- dangkan ke seluruh dunia: “Berpalinglah ke- pada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamat- kan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain” (Yes. 45:22).

Murka Allah terhadap Dosa. Pelang- garan bermula dalam pikiran manusia yang bertentangan dengan Allah (Kol. 1:21). Aki- batnya wajarlah kita tidak berkenan di ha- dapan Allah, yang “adalah api yang meng- hanguskan” terhadap dosa (Ibr. 12:29; ban- dingkan Hab. 1:13). Yang jelas ialah bahwa “semua orang telah berbuat dosa” (Rm. 3: 23), sekalian “dasarnya kami adalah orang- orang yang harus dimurkai” (Ef. 2:3; ban- dingkan 5:6) dan takluk kepada maut “sebab

upah dosa ialah maut” (Rm. 6:23).

Murka Ilahi yang dikatakan Kitab Suci ialah reaksi Allah terhadap dosa dan ketidak- benaran (Rm. 1:18). Penolakan dengan se- ngaja terhadap pernyataan kehendak Allah —hukum-Nya—menimbulkan murka-Nya (2 Raj. 17:16-18; 2 Taw. 36:16). G.E. Ladd menulis, “Manusia secara etis penuh dengan dosa; dan apabila Allah menghitung-hitung pelanggaran mereka, ia harus memandang mereka sebagai orang berdosa, sebagai mu- suh, sebagai sasaran murka Ilahi; karena me- mang sangatlah etis dan bersifat religius se- hingga kekudusan Allah itu menyatakan diri-

nya sendiri dalam murka melawan dosa.”1

Namun demikian, pada waktu yang bersama- an, Allah ingin sekali menyelamatkan dunia yang memberontak itu. Sementara Ia mem- benci dosa, Ia juga sangat prihatin dan me- ngasihi setiap orang yang berdosa.

Sambutan Manusia. Keterkaitan Allah dengan bangsa Israel mencapai puncaknya dalam pelayanan Yesus Kristus, yang mem- berikan pandangan yang begitu jelas ke da- lam “kekayaan kasih karunia-Nya yang me- limpah-limpah” dari karunia Ilahi itu (Ef. 2:7). Yohanes berkata, “Dan kita telah me- lihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tung- gal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenar- an” (Yoh. 1:14). ‘Tetapi oleh Dia kamu bera- da dalam Kristus,” tulis Rasul Paulus, “yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan me- nebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: ‘Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan’” (1 Kor. 1:30, 31). Oleh karena itu, siapakah gerangan yang dapat meremehkan “kekayaan kemurahan- Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati- Nya?” Tidak mengherankan jika Paulus me- nunjukkan bahwa “kelapangan hati-Nya”

yang menuntun orang kepada pertobatan (Rm. 2:4).

Bahkan sambutan manusia terhadap ulur- an keselamatan yang diberikan Allah itu pun tidaklah berasal dari makhluk manusia, me- lainkan dari Allah. Iman kita adalah karunia Allah (Rm. 12:3); seperti halnya pertobatan kita (Kis. 5:31). Kasih kita timbul dalam sambutan kepada kasih Allah (1 Yoh. 4:19). Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri dari Iblis, dosa, derita dan maut. Ke- benaran kita tidak lebih dari kain yang com- pang-camping dan kotor (Yes. 64:6). “Teta- pi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh kare- na kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan- Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan ki- ta—Sebab karena kasih karunia kamu dise- lamatkan oleh iman; itu bukan hasil usaha- mu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerja- anmu: jangan ada orang yang me- megahkan diri” (Ef. 2:4, 5, 8, 9).

PELAYANAN KRISTUS DARI HAL

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 122-124)