• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEKABARAN MALAIKAT KETIGA

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 196-200)

kepada Kristus, tetapi pada hari-hari terakhir, saat kemurtadan me rajalela, sebuah rombongan yang sisa dipanggil keluar untuk me-

PEKABARAN MALAIKAT KETIGA

Dan seorang malaikat lain, malaikat ke- tiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: “Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, maka ia akan minum dari anggur murka Al-

lah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa de- ngan api dan belerang di depan mata malai- kat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Maka asap api yang menyiksa mere- ka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-henti- nya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsia- pa yang telah menerima tanda namanya.” (Why. 14:9-12).

Pekabaran malaikat pertama mengumum- kan Injil kekal dan panggilan untuk memulih- kan penyembahan kepada Allah yang sejati sebagai Khalik karena saat penghakiman te- lah tiba. Pekabaran malaikat kedua menga- markan perlawanan terhadap segala bentuk penyembahan yang dibuat manusia. Akhir- nya, pekabaran malaikat ketiga mengumum- kan amaran Allah yang paling kudus untuk menentang penyembahan kepada binatang dan patungnya—semua orang yang menolak Injil pembenaran oleh iman.

Binatang yang dilukiskan dalam Wahyu 13;1-10 adalah uni gereja-gereja yang dido- minasi dunia Kristen selama berabad-abad dan telah dilukiskan oleh Paulus sebagai “manusia durhaka” (2 Tes. 2:2-4) dan menu- rut Daniel sebagai “tanduk kecil” (Dan. 7:8, 20-25; 8:9-12). Patung binatang itu meng- gambarkan bentuk agama palsu yang akan dikembangkan apabila gereja-gereja telah ke- hilangan semangat sejati Reformasi, akan bergabung dengan pemerintah untuk memak- sakan ajaran-ajaran mereka kepada yang lain. Dengan bersatunya gereja dan negara mere- ka akan menjadi sebuah patung yang sem- purna dari binatang itu—gereja yang meng- aniaya selama 1260 tahun. Oleh karena itu- lah disebut patung binatang itu.

Pekabaran malaikat ketiga mengumum- kan amaran yang paling khidmat dan juga menakutkan dalam Alkitab. Diungkapkan-

nya bahwa barangsiapa yang tunduk kepa- da kuasa manusia dalam krisis akhir dunia akan menyembah binatang dan patungnya, bukannya Allah.

Selama konflik akhir ini dua golongan yang sangat berbeda akan berkembang. Sa- lah satu kelompok akan menganjurkan Injil hasil pemikiran manusia dan akan menyem- bah binatang dan patungnya, yang dengan sendirinya mendatangkan hukuman yang pa- hit bagi diri mereka sendiri. Sedangkan ke- lompok yang lain, sebaliknya, akan hidup dengan Injil sejati serta “menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus” (Why. 14:9, 12). Masalah akhir menyangkut penyembah- an yang benar dan penyembahan yang pal- su, Injil yang benar dan Injil yang palsu. Apa- bila masalah ini dinyatakan atau disampai- kan dengan jelas di hadapan dunia, barang- siapa yang menolak peringatan yang dibe- rikan Allah akan hal penciptaan—yakni hari Sabat yang terdapat dalam Alkitab —memi- lih berbakti dan memuliakan hari Minggu dengan penuh pemahaman bahwa hari itu sesungguhnya bukanlah hari perbaktian yang ditetapkan Allah, akan menerima “tanda dari binatang itu.” Tanda ini sebuah tanda pem- berontakan; binatang itu menyatakan peng- ubahan hari perbaktian itu menunjukkan oto- ritasnya bahkan terhadap hukum Allah sen- diri.32

Pekabaran malaikat ketiga mengarahkan perhatian dunia terhadap akibat penolakan atas Injil kekal dan pekabaran Tuhan atas pemulihan perbaktian yang sejati. Dengan sangat jelas digambarkannya akibat akhir pilihan orang atas perbaktian itu. Pemilihan itu tidak mudah dan ringan, karena apa pun yang dipilih selalu diikuti derita. Barangsiapa yang menuruti Allah akan mengalami mur- ka naga itu (Why. 12:17) dan ancamannya adalah kematian (Why. 13:15), sementara orang-orang yang memilih berbakti dan

menyembah binatang serta patungnya akan terkena bencana tujuh bela akhir dan diakhiri dengan “lautan api” (Why. 15,16; 20: 14, 15). Sementara kedua pilihan itu berakibat penderitaan, namun hasil akhir keseluruhan- nya akan berbeda. Para penyembah Khalik akan lepas dari murka Allah yang memati- kan terhadap naga itu lalu berdiri bersama- sama Anak Domba di atas Bukit Sion (Why. 14:1; 7:2, 4). Sedangkan mereka yang me- nyembah binatang dan patungnya, sebalik- nya, menerima murka Allah dan mati di ha- dapan malaikat-malaikat kudus dan di hadap- an Anak Domba (Why 14:9, 10; 20:14).

Setiap orang akan mengadakan pilihan siapa yang akan disembahnya. Apakah pilih- an seseorang dibenarkan oleh iman akan di- nyatakan sebagai seorang yang turut serta dalam bentuk penyembahan Allah dan dibe- narkan, atau apakah pilihan seseorang dibe- narkan oleh perbuatan akan dinyatakan se- bagai partisipasi dalam satu bentuk perbak- tian Allah telah dilarang kecuali perbaktian kepada binatang dan patungnya, perbaktian yang dibuat manusia sendiri. Allah tidak menerima bentuk perbaktian yang kedua ini karena yang diutamakan ialah perintah-pe- rintah manusia dan bukannya yang berasal dari Allah. Yang diusahakan ialah pembenar- an karena perbuatan manusia dan bukannya karena iman yang berasal dari penyerahan total kepada Allah sebagai Pencipta, Pene-

bus dan Pencipta-kembali (Re-creator). Ma- ka dengan demikian, pekabaran malaikat ke- tiga ini adalah pekabaran pembenaran oleh iman.

Allah memiliki anak-anak-Nya di dalam semua gereja-Nya; tetapi melalui jemaat yang sisa Ia mengumumkan suatu pekabar- an yang hendak memulihkan perbaktian-Nya yang sejati dengan memanggil umat-Nya ke- luar dari kemurtadan dan menyiapkan me- reka untuk menyambut kedatangan Kristus kembali. Dengan mengetahui bahwa banyak umat Allah yang belum menggabungkan diri, umat yang sisa merasa kekurangsanggupan dan kelemahan mereka ketika mereka men- coba memenuhi pelaksanaan tugas yang pe- nuh khidmat ini. Mereka menyadari bahwa hanya dengan anugerah Allah saja mereka dapat menyelesaikan tugas mereka.

Di dalam terang kebenaran mengenai ke- datangan Kristus yang segera itu dan perlu- nya menyiapkan diri menyambut kedatang- an-Nya, panggilan yang penting dan mende- sak yang datang kepada masing-masing kita ialah: “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergi- lah dari padanya supaya kamu jangan me- ngambil bagian dalam dosa-dosanya, dan su- paya kamu jangan turut ditimpa malapeta- ka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya te- lah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya” (Why. 18:4, 5).

Referensi:

1. Cahaya matahari yang gemerlapan sekeliling perempuan yang kudus itu (Why. 12:1) menurut banyak pengulas adalah menggambarkan terang Injil Perjanjian Baru, yang memberikan kuasa dan semangat kepada jemaat yang mula-mula. Bulan, yang memantulkan cahaya matahari, melambangkan pantulan Perjanjian Lama, memantulkan terang Injil mela- lui ramalan dan upacara (ritus) yang menunjuk kepada salib dan Seorang yang akan datang. Mahkota dengan dua belas bintang-melambangkan pangkal jemaat, yang timbul di dalam Perjanjian Lama dalam bapa-bapa dari dua belas suku bangsa dan diperluas dengan Perjanjian Baru, melalui kedua belas rasul itu.

2. Prinsip penggunaan hari-tahun untuk menghitung waktu nubuat telah disebutkan lebih dahulu dalam referensi untuk nubuat Kemesiasan Daniel 9. Baca bab 4 dari buku ini.

3. SDA Bible Commentary, jilid 4, hlm. 835.

4. Nama paus secara harfiah berasal dari Latin Rendah papa, Yunani Rendah papas, yang berarti “bapa,” “bishop”; Yunani

pappas, “father.” Paus ialah “bishop Roma, kepala Gereja Katolik Roma.” (Webster’s New Universal Unabridged Dictio- nary, edisi kedua (New York, NY: Simon & Schuster, 1979).

5. Kepausan dapatlah diartikan sebagai sistem pemerintahan gereja yang di dalamnya terdapat kuasa tertinggi di tangan paus.

6. Surat, Justinian kepada Paus John, dikutip dari Letter, Paus John kepada Justinian, dalam Codex Justinianus (Code of Justinianus), Buku I, judul 1, 8, Corpus Juris Civilis, comp., Paulus Krueger, edisi ke-12. (Berlin: Weidmannsche Verlaglsbuchhandlung, hlm. 11-13. Bnd Justiniani Novellae (Konstitusi Baru Justinian) Konstitusi Baru ke-131, bab 2,

Corpus Juris Civilis,, comps. Rudolfus Schoell and Guilelmus Kroll, edisi ke-7, jilid 3, hlm. 665 dalam Civil Law, jilid 17, hlm. 125. Baca juga Don Neufeld dan Julia Neuffer, Seventh-day Adventist Bible Student’s Source Book (Washing- ton, D.C.: Review and Herald, 1962, hlm. 684, 685.

7. Surat, Justinian kepada Arkbishop Epiphanius dari Konstantinopel, 26 Maret 533, dalam Codex Justinianus, Buku 1, judul 1, 7, Corpus Juris Civilis, edisi Krueger, jilid 2, hlm. 8 sebagaimana yang dikutip dari Source Book hlm. 685. 8. Baca misalnya “Aniaya,” Encyclopedia of Religion and Ethic; editor James Hastings (New York, NY: Charles

Schribner’s Sons, 1917), jilid 9, hlm. 749-57; John Dowling, The History of Romanism: From the Earliest Corruptions of Christianity to the Present Time, edisi kesepuluh (New York, NY: Edward Walker, 1846), hlm. 237-616.

9. Hal ini sangat menghancurkan prestise kepausan tetapi bukan itu yang mengakhiri pengaruhnya. Wahyu 13:3 berbicara mengenai penyembuhan atas “luka parah,” itu, menunjukkan adanya pembaharuan pengaruh kepausan. Pada akhir zaman ia menjadi agama yang sangat berkuasa yang mempengaruhi dunia.

10. George Trevor, Rome: From the Fall of the Western Empire (London: The Religious Tract Society, 1868), hlm. 439, 440; John Adolphus, The History of France From the Year 1790 to the Peace Concluded at Amiens in 1802 (London: George Kearsey, 1803), jilid 2, hlm. 364-369. Baca juga Source Book hlm. 701, 702.

11. Leroy E. Froom, The Prophetic Faith of Our Fathers (Washington, D.C.: Review and Herald, 1948), jilid 2, hlm. 765- 782.

12. Peter Geiermann, The Convert’s Catechism of Catholic Doctrine (St. Louis, MO: B. Herder Book Co., 1957), hlm. 27, 28.

13. Ibid, hlm. 27.

14. Kemudian, doktrin mengenai ketidakmungkinan salah kepausan didasarkan pada anggapan bahwa (1) “ketidakmungkinan salah sebagai salah satu ciri-ciri gereja ilahi perlu ada dalam kelengkapan kepemimpinannya”; (2) Petrus tidak dapat

salah dalam mengajarkan iman dan moral, dan (3) Paus telah mewarisi dari Petrus ciri-ciri gereja ilahi. Maka disimpul- kan bahwa apabila berbicara di ex cathedra “sang Paus adalah seorang Guru yang tidak dapat salah dalam mengajarkan Iman dan Moral” (Geiermann, hlm. 29). Dalam bahasa Latin ex cathedra berarti “dari mimbar.”Dalam keterkaitannya dengan paus sehubungan dengan amanat yang disampaikannya secara resmi kepada Gereja Katolik.

15. Tentang pernyataan yang dibuat mengenai kepausan, baca lebih lanjut tulisan Lucius Ferraris, “Papa,” artikel 2, dalam

Prompta Bibliotheca (Venice: Gaspar Storti, 1772), jilid 6, hlm. 25-29 sebagaimana dikutip dalam Source Book, hlm. 680. Mengenai pernyataan paus sendiri tentang dirinya, baca Pope Leo XIII, Encyclical Letter, 10 Jan.1890 dan 20 Juni 1894 dalam The Great Encyclical Letter of Pope Leo XIII (New York, NY: Benziger Brothers, 1903), hlm. 193, 304. Baca juga Source Book, hlm. 683, 684.

16. Catechism of the Council of Trent for Paris Priests, terjemahan John A. McHugh dan Charles J. Callan (New York, NY: Joseph F. Wagner, Inc., cetak ulang 1958), hlm. 258, 259. Baca juga Source Book, hlm. 614.

17. SDA Bible Commentary, jilid 7, hlm. 47, 48.

18. Baca Council of Trent, Sessi IV (8 April 1546) dikutip dari The Creeds of Christendom, editor Philip Shaaff, edisi ke-6, revisi (Grand Rapids, MI: Baker, 1983) jilid 2, hlm. 79-83. Baca juga Source Book, hlm. 1041-1043.

19. Froom, Prophetic Faith of Our Fathers, jilid 2, hlm. 528-531. 20. Ibid.

21. Ibid.

22. Robert M. Grant, A Short History of Interpretation of the Bible (Philadelphia, PA: Fortress Press, 1984), hlm. 97. 23. Farrar, hlm. 361.

24. Ibid., 363. 25. Grant, hlm. 97. 26. Farrar, hlm. 365.

27. Mengenai asal usul umat yang sisa, baca Froom, Prophetic Faith of Our Fathers jilid 4; P. Gerard Damsteegt, Founda- tions of the Seventh-day Adventist Message and Mission (Grand Rapids, MI: Wm. E. Eerdmans, 1977).

28. Bnd Damsteegt, “A Theology of Restoration” (makalah disampaikan di Centennial Conference on Evangelism, Andrews University, 4 Mei 1974).

29. Baca tulisan Midrash Rabbah mengenai Canticles I. 6,4; Tertulian, Against Marcion, III, 13; Tertullian, Answer to the Jews, 9.

30. Froom, Prophetic Faith of Our Fathers, jilid 2, hlm. 531, 787. 31. SDA Bible Commentary, jilid 7, hlm. 828-831.

32. Pernyataan dan tuntutan Gereja Katolik atas otoritas untuk mengubah hari perbaktian. T. Hari apakah hari Sabat itu? J. Hari Sabtu adalah hari Sabat. T. Mengapa kita memelihara hari Minggu ganti hari Sabtu? J. Kita memelihara hari Minggu sebagai ganti hari Sabtu karena Gereja Katolik memindahkan kekhidmatan Sabtu kepada Minggu” (Geiermann, hlm. 50). Lihat juga Source Book, hlm. 886. Katekismus ini menerima “berkat kerasulan” Paus Pius X, 25 Januari 1910 (Ibid.).

204

dari setiap bangsa, bahasa dan kaum. Di dalam Kristus kita adalah

ciptaan baru; berbeda suku-bangsa, budaya, pengetahuan, kebangsaan,

dan perbedaan tinggi dan rendah, kaya dan miskin, lelaki dan

perempuan, seharusnya tidaklah mendatangkan perpecahan di antara

kita. Kita sama di dalam Kristus, yang dengan satu Roh telah menjadikan

kita satu dalam persekutuan dengan Dia dan satu dengan yang lain;

kita harus melayani dan dilayani tanpa pilih kasih atau tanpa pamrih.

Melalui penyataan Yesus Kristus di dalam Alkitab kita membagikan iman

dan pengharapan yang sama, dan menjangkau ke luar dalam satu

kesaksian kepada semua orang. Kesatuan ini bersumber dalam kesatuan

ketritunggalan Allah, yang telah mengangkat kita menjadi anak-anak-

Nya.—Fundamental Beliefs,—14.

Dalam dokumen Apa yang Perlu Anda Ketahui Tentang 28 (Halaman 196-200)