• Tidak ada hasil yang ditemukan

Benci Penyakitnya, Sayangi Orangnya

Dalam dokumen Untuk SMPMTs Kelas VIII (Halaman 125-127)

Kisah Sulasih bermula di Dolly, Surabaya. Pada tahun 1991, Sulasih bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial) di lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Apa daya, baru enam bulan ber- operasi, dia diketahui positif HIV. Status infeksi itu didapatkan setelah semua penghuni lokalisasi diwajibkan menjalani tes darah.

Sudah pasti berat sekali status sebagai HIV po- sitif, apalagi pada 1991. Seorang camat setempat berinisiatif “menyembunyikan” Sulasih agar dia ti- dak menjadi sasaran kemarahan massa yang wak- tu itu masih menganggap HIV/AIDS sebagai laknat Tuhan. Dua tahun Sulasih bersembunyi hingga ak- hirnya dia memutuskan kembali dan bertani di kam- pungnya, Dampit, Malang, Jawa Timur.

Sedihnya, ketika kembali Sulasih justru diusir oleh warga kampungnya sendiri. Warga geger se- telah mendapatkan informasi tentang AIDS yang didramatisasi dari seorang bidan. “Hati saya hancur saat diusir oleh warga kampung saya sendiri,” ka-

tanya saat itu. Belakangan, setelah diberi pe- nyuluhan, warga mengizinkan dan menerima Sula- sih kembali pulang.

Ada satu berkah yang dialami Sulasih ketika dia merana tersingkir dari kampung. Pada tahun 1993, datanglah sang Arjuna. Sugik, salah satu lelaki pelanggannya semasa di Dolly, datang mela- mar dan siap mendampingi Sulasih sampai titik akhir. Mereka pun resmi bersanding. Keduanya dikaruniai dua anak.

Bersama Sugik, Sulasih mendapatkan dorong- an moral yang kuat. “Saya bersyukur diberi suami yang bisa memotivasi saya. Hingga saat ini, saya masih diberi kekuatan untuk bertahan hidup,” kata Sulasih. Sulasih kini tidak lagi takut dipublikasikan media. Ia malah bergabung dengan berbagai LSM untuk mengikis berbagai pemahaman keliru tentang HIV/AIDS. Sulasih ingin masyarakat membenci dan menjauhkan diri dari risiko HIV/AIDS. “Penya- kitnya harus dibenci, tapi orangnya harus disa- yangi,” katanya. (Sumber:Tempo, 12 Desember 2004, hlm. 75)

 menghukum orang yang perilakunya menyim- pang.

Ini hanya beberapa contoh saja. Kamu dapat menambahkan sendiri sikap negatif apa yang di- tunjukkan orang terhadap orang lain yang ber- perilaku menyimpang.

Setiap orang yang melakukan tindakan kejahat- an atau penyimpangan pasti merasa bahwa dia dijauhi dan dibenci masyarakat. Selama perasaan ini masih ada dalam hati akan sangat sulit bagi mereka untuk melakukan resosialisasi. Dengan de- mikian, mereka juga akan mengalami kesulitan untuk kembali lagi ke dalam masyarakat. Perha- tikan apa yang dikatakan Sulasih ketika dia diusir dari desanya. “Hati saya hancur saat diusir oleh warga kampung saya sendiri.” Dengan diperlaku- kan secara negatif, belum tentu dia dapat berubah menjadi normal sesuai harapan masyarakat.

Dalam subbab 3.1 atas kamu juga sudah mela- kukan sebuah penelitian sederhana. Kamu diminta mengamati mengamati berapa banyak siswa yang terlambat masuk sekolah dalam beberapa hari. Co- ba perhatikan sekali lagi hasil penemuanmu itu! Apa reaksi guru piket dalam menghadapi siswa yang terlambat? Apa reaksi kamu sendiri? Ingat, kita boleh bersikap negatif terhadap perilaku-peri- laku yang melanggar nilai dan norma, termasuk perilaku menyimpang. Meskipun demikian, kita ti- dak boleh memusuhi pelaku. Sebagai manusia, kita harus menghargai mereka. Yang kita benci dan to- lak adalah sikap, tindakan, atau perilaku, bukan orang.

Kita hidup dalam sebuah negara hukum. Kare- na itu, sikap kita terhadap warga negara yang me- miliki perilaku menyimpang pun harus sesuai dengan tuntutan hukum. Kita tidak boleh mengam- bil tindakan yang melebihi kewenangan hukum. Kalau kita bertindak keras dan anarkis terhadap mereka yang berperilaku menyimpang, kita bisa dituntut secara hukum. Sekali lagi, dalam menyi- kapi warga negara yang berperilaku menyimpang, kita sebaiknya mempercayakan penyelesaiannya secara hukum sesuai dengan norma hukum yang berlaku di negara kita.

B. Sikap positif

Selain sikap negatif, ada juga sikap positif yang ditunjukkan terhadap orang yang mempunyai pe- rilaku menyimpang. Dalam kisah Sulasih di atas, sikap positif ditampilkan oleh Sugik yang mau me- nerima Sulasih sebagai isterinya. Bersama Sugik, Sulasih mendapatkan dorongan moral yang kuat. Ia merasa bersyukur diberi suami yang bisa memo- tivasi. Ia merasa diberi kekuatan untuk bertahan

hidup. Sulasih juga tidak lagi takut dipublikasikan media. Ia malah bergabung dengan berbagai LSM untuk mengikis berbagai pemahaman keliru ten- tang HIV/AIDS.

Sikap positif terhadap orang yang berperilaku menyimpang itu adalah sikap simpati. Kata simpati berasal dari kata Yunani, sympatheia, yang berarti “mempunyai perasaan yang sama”. Simpati me- ngandung arti kemampuan untuk ambil bagian dengan perasaan orang lain yang sedang mende- rita. Perasaan itu dilandasi oleh kemampuan untuk menaruh perhatian atas diri orang lain.

Sikap yang ditunjukkan Sugik terhadap Sulasih adalah sikap simpati. Sugik menempatkan dirinya pada pihak Sulasih. Ia mau menerima Sulasih yang ditolak orang di sekitarnya. Sugik ikut merasakan betapa beratnya hidup sebagai penderita HIV/ AIDS.

Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa simpati dan sayang kepada mereka yang berperilaku menyim- pang dapat menimbulkan pengaruh psikologis yang luar biasa dalam diri mereka. Tentu saja rasa simpati tidak akan menggantikan tuntutan hukum terhadap perilaku menyimpang yang jelas berten- tangan dengan hukum yang berlaku.

Begitu mereka merasa bahwa mereka diterima apa adanya, dicintai, didampingi, diperhatikan, dan diampuni, maka mereka akan memberi makna yang berbeda pada hidupnya. Rasa simpati dan sayang masyarakat kepada mereka yang melakukan perila- ku menyimpang akan menyadarkan mereka bahwa perilaku menyimpang ternyata sangat merugikan diri mereka sendiri dan masyarakat luas.

Dalam hal orang yang melakukan kejahatan, misalnya, harus selalu diingat bahwa rasa simpati tidak pernah bisa menggantikan proses peradilan dan hukuman atau sanksi yang harus diterima- nya. Cinta kasih tidak bisa menggantikan tempat keadilan. Proses peradilan dan hukuman harus te- tap dilaksanakan sebagai jalan untuk proses reso- sialisasi. Rasa simpati dan sayang kepada mereka yang berperilaku menyimpang adalah ungkapan manusiawi kita terhadap mereka yang berperilaku menyimpang. Rasa simpati kita ungkapkan dengan memberi perhatian kepada mereka selama dalam tahanan dan bersedia mengampuni seluruh perbu- atan mereka dan menerima mereka sebagai sesama saudara ketika mereka telah bebas dari proses peradilan dan hukuman. Dengan rasa simpati kita menunjukkan kepada mereka yang berperilaku menyimpang bahwa kita mencintai dia sebagai manusia, dan bahwa yang kita benci bukanlah di- rinya tetapi perbuatan-perbuatannya.

RANGKUMAN

Dalam dokumen Untuk SMPMTs Kelas VIII (Halaman 125-127)