• Tidak ada hasil yang ditemukan

WARGA MISKIN BUTUH BINAAN

Dalam dokumen Untuk SMPMTs Kelas VIII (Halaman 35-40)

UJI KOMPETENSI DASAR

WARGA MISKIN BUTUH BINAAN

Jaringan Rakyat Miskin Kota Se-DKI Jakarta dan Tangerang, Banten, menegaskan, orang miskin lebih membutuhkan binaan potensi dan keahlian, bukan operasi yustisi.

Operasi yustisi, khususnya razia KTP, penang- kapan pengamen, pengemis, dan penghuni kawas- an kumuh, mulai marak sejak terbitnya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kependuduk- an.

Jauh sebelumnya, aparat pemerintah dan ke- amanan sering menangkapi pengemis, gelan- dangan, atau masyarakat yang tergolong pemicu penyakit masyarakat setelah terbit Perda No 2/1988. Orang-orang yang ditangkap selalu dimasukkan ke panti-panti sosial untuk jangka waktu yang tak ditentukan. Janji pemerintah untuk memberi binaan keterampilan sering kali melenceng. Orang-orang yang kemudian dikeluarkan tak dapat berbuat apa- apa selain kembali ke profesi semula. Anggaran untuk mengadakan operasi yustisi, pendirian panti, maupun pembiayaan personel aparat keamanan dipastikan mencapai miliaran rupiah.

“Namun, hasilnya tidak lebih baik. Masyarakat miskin tetap bertambah banyak. Jika saja peme- rintah lebih bijak dan mengalokasikan untuk pro- gram riil pembinaan potensi dan keahlian masya- rakat miskin kota, saya yakin hasilnya lebih opti- mal,” kata Dedi, Ramanta, Koordinator Advokasi Urban Poor Consortium.

Disarikan dari: Harian KOMPAS - Senin, 25 Sep 2006

4. Faktor pendorong peningkatan angka kelahir- an disebut ... .

5. Faktor penghambat peningkatan angka kema- tian disebut .. .

6. Perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain, baik untuk tujuan menetap atau- pun tidak, disebut ... .

7. Dian tinggal di Bogor, namun bekerja di Jakarta. Setiap hari Dian pulang balik Jakarta– Bogor. Mobilitas yang terjadi pada Dian disebut ... .

8. Masuknya penduduk dari satu negara ke ne- gara lain disebut ... .

9. Ribuan penduduk Indonesia pergi ke Malay- sia untuk menjadi tenaga kerja (TKI). Perpin- dahan penduduk itu dinamakan ... .

10. Transmigrasi yang dilakukan penduduk atas kesadaran sendiri dikelompokkan dalam jenis transmigrasi ... .

11. Kembalinya penduduk yang telah berurba- nisasi ke desanya dinamakan ... .

12. Angka yang menunjukkan jumlah migran ma- suk ke suatu daerah per 1.000 penduduk dae- rah tujuan dalam satu tahun disebut ... . 13. Perkembangan penduduk akibat perbedaan

antara jumlah penduduk yang datang dan pergi disebut ... .

14. Angka pertumbuhan penduduk <1% digolong- kan kriteria ... .

15. Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah tempat tinggal penduduk disebut ... . 16. Penggolongan penduduk menurut karakteris-

tik tertentu dinamakan ... .

17. Grafik komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin disebut ... .

18. Jika suatu negara mempunyai penduduk usia muda lebih banyak daripada penduduk dewa- sa digambarkan dengan bentuk piramida ... . 19. Kondisi penduduk yang statis digambarkan

oleh piramida penduduk ... .

20. Kondisi negara yang memiliki kondisi tingkat kelahiran menurun dan tingkat kematian da- pat ditekan, digambarkan oleh piramida pen- duduk ... .

III.Jawablah dengan singkat dan jelas!

1. Sebutkan tiga faktor pertumbuhan penduduk! 2. Jelaskan artinya suatu wilayah memiliki Ang-

ka Kelahiran Kasar 50! 3. Sebutkan faktor pro natalitas!

A. Menjawab Pertanyaan

1. Ceritakan pendapatmu mengenai artikel di atas!

2. Apakah langkah-langkah yang sudah ditem- puh pemerintah dalam mengurangi tingkat ke-padatan penduduk di kota besar?

3. Menurutmu, apakah langkah yang ditempuh sudah tepat? Jelaskan!

4. Menurutmu, apakah hubungan langsung an- tara epadatan penduduk dengan kemiskinan? 5. Apakah usulmu untuk mengurangi adanya

kemiskinan di kota-kota besar?

B. Portofolio

Buatlah sebuah penelitian kecil mengenai kualitas penduduk di lingkunganmu. Berikut ada- lah langkah yang harus ditempuh.

1. Bentuklah kelompok kecil (4-5 orang)! 2. Kunjungilah kantor kelurahan terdekat di

wilayah tempat tinggal salah satu anggota kelompok!

3. Carilah data-data kependudukan berikut! a. Jumlah dan persentase penduduk ditinjau

dari tingkat pendidikan dan tingkat kese- hatan.

b. Jumlah dan kapasitas fasilitas pendidikan dan kesehatan.

4. Buatlah kesimpulan hasil survei dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut! a. Bagaimana kualitas pendidikan dan ke-

sehatan penduduk di wilayah kelurahan yang disurvei?

b. Hal-hal apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan penduduk di kelurahan ter- sebut?

5. Buatlah laporan singkat dan sajikan di depan kelas (mintalah petunjuk dari guru)!

Negara kita adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Apakah ke- untungan dan kerugian yang menyertai hal ini? Berikut kita bahas bersama.

1.3.1 Masalah Kependudukan

di Indonesia

Berbagai masalah kependudukan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu masalah berkaitan dengan kuantitas/jumlah penduduk dan masalah berkaitan dengan kualitas penduduk.

A. Masalah berkaitan dengan

kuantitas penduduk

a. Ledakan jumlah penduduk Indonesia

Ledakan penduduk (population explosion)dapat diartikan sebagai keadaan perkembangan jumlah penduduk yang berlangsung sangat cepat. Ledakan penduduk terutama disebabkan oleh menurunnya jumlah kematian, sementara jumlah kelahiran ma- sih berada pada tingkat yang tinggi.

Diskusikan dalam sebuah kelompok kecil!

1. Ceritakan tingkat pendidikan penduduk di ling- kunganmu masing-masing!

2. Apakah perbedaan tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pekerjaan dan kesejahtera- annya?

3. Ceritakan tentang kegiatan ekonomi masyarakat di lingkunganmu masing-masing!

Presentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas!

B

erapa banyak orang di lingkunganmu yang bersekolah, atau sudah lulus sekolah dan be- kerja? Apa pekerjaan mereka dan bagaima- na pendapatannya? Bagaimana kesehatannya?

Pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, ada- lah tiga hal yang digunakan sebagai indikator un- tuk mengukur mutu/kualitas penduduk. Kualitas penduduk suatu negara menentukan kemajuan dan keberhasilan pembangunan.

Sebaliknya juga, kualitas penduduk yang semakin tinggi juga akan berpengaruh positif pada pem- bangunan dan kemajuan suatu negara. Sebelum memulai pelajaran ini, mari membuka lebih jauh wawasan kita dengan melakukan diskusi kelompok berikut ini.

Tingginya laju pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi tingginya angka kelahiran. (Telah dipelajari dalam subbab 1.2). Tingginya angka kelahir- an suatu negara tersebut disebabkan oleh:

 banyaknya perkawinan usia muda (akibat tra- disi dan rendahnya tingkat pendidikan);

 tidak ada atau kurang berhasilnya program pembatasan kelahiran.

Perubahan populasi penduduk Indonesia di- ketahui dari hasil sensus. Sensus penduduk di In- donesia diatur oleh UU No. 6 Tahun 1960. Sensus dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) se- tiap 10 tahun sekali.

Sensus pertama di Indonesia dilakukan pada masa pemerintah Belanda tahun 1930. Jumlah pen- duduk saat itu tercatat 60,7 juta jiwa. Tahun 1940 dan 1950, sensus tidak diadakan karena terjadi Perang Dunia II dan banyak gangguan keamanan dalam negeri. Pelaksanaan sensus yang pertama setelah masa kemerdekaan adalah tahun 1961. Jumlah penduduk saat itu tercatat 97,1 juta jiwa.

Ledakan penduduk Indonesia mulai terlihat ta- hun 80-an. Jika pada tahun 1930 jumlah penduduk Indonesia masih berkisar 60,7 jiwa, tahun 1985

melonjak hampir tiga kali lipat, yaitu 164 juta jiwa. Tahun 2000 telah lebih dari 200 juta jiwa. Sampai dengan tahun 2008 jumlah itu terus meningkat. Tahun 2005 mencapai 218.869.000 jiwa dan tahun 2008 mencapai 237.512.355 jiwa.

Tabel 1.3.1 di bawah memberi informasi hasil sensus di Indonesia tahun 1961-2000, hasil survei antar sensus, serta data lain. Amati perubahan jumlah penduduk yang terjadi! Rata-rata angka kelahiran kasar termasuk kriteria sedang – tinggi.

 memiliki kelengkapan sarana serta prasarana transportasi dan komunikasi;

 fasilitasnya lebih memadai, seperti: fasilitas pendidikan, kesehatan, olahraga, kesenian dan kebudayaan, rekreasi, dan sebagainya.

c. Migrasi penduduk

Dari berbagai jenis migrasi, urbanisasi merupa- kan jenis migrasi yang banyak menimbulkan ma- salah, baik bagi daerah tujuan maupun bagi daerah asal. Daerah tujuan urbanisasi utama pada umum- nya adalah kota-kota besar, seperti Jakarta, Sura- baya, Medan, dan sebagainya.

Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah terkait dengan kepadatan penduduk yang tidak merata. Lebih lagi, hal ini berpotensi menimbulkan berbagai persoalan semacam permukiman kumuh, tingkat pengangguran yang tinggi, serta kenaikan angka kriminalitas di kota-kota besar.

B. Masalah berkaitan dengan

kualitas penduduk

Secara keseluruhan, kualitas penduduk Indone- sia dinilai masih rendah. Untuk mengetahui kua- litas penduduk Indonesia, dapat dilihat melalui tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, serta tingkat pendapatan penduduknya.

a. Tingkat pendidikan

Kualitas pendidikan penduduk terkait dengan jumlah penduduk buta huruf, tingkat pendidikan yang ditamatkan, dan status usia sekolah. Suatu negara dikatakan memiliki penduduk dengan kua- litas pendidikan tinggi apabila sebagian besar penduduk sudah bebas buta huruf, tingkat pendi- dikan rata-rata cukup tinggi, dan penduduk usia sekolah menempuh pendidikan.

Berdasarkan berbagai kriteria tersebut tingkat pendidikan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Perhatikan kembali tabel 1.2.10(dalam sub- bab 1.2)!

Dari tabel 1.2.10 tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2006, lebih dari 50% jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 10 tahun tidak berse- kolah, tidak tamat, atau belum menyelesaikan pen- didikan dasar. Persentase penduduk yang pernah menjalani atau menyelesaikan SMU juga relatif masih kecil.

Rendahnya tingkat pendidikan adalah salah satu masalah kualitas penduduk Indonesia. Bebe- rapa penyebabnya, adalah sebagai berikut.

 Rendahnya pendapatan penduduk, sehingga orang tua tidak mampu menyekolahkan anak- nya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

b. Kepadatan penduduk yang tidak merata

Indonesia termasuk negara dengan tingkat ke- padatan penduduk tinggi. Amati kembali tabel 1.2.3 – 1.2.5 (dalam subbab 1.2)! Selain tinggi, ke- padatan penduduk itu tidak merata. Perhatikan kembali tabel 1.2.2 (dalam subbab 1.2)!

Jika melihat tabel 1.2.2 tersebut, kamu dapat dengan mudah membandingkan kepadatan pen- duduk antara satu provinsi dan provinsi lain di Indonesia. Sebagai contoh kepadatan penduduk provinsi DKI Jakarta jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Provin- si berpenduduk paling jarang adalah Papua, yaitu 6 jiwa per km2.

Setiap wilayah dalam suatu negara memiliki tingkat kepadatan penduduk yang berbeda. Kota besar di negara mana pun cenderung memiliki ke- padatan penduduk lebih tinggi dibandingkan wilayah pedesaan.

Penyebab kepadatan penduduk di suatu wila- yah lebih tinggi dari wilayah lain, terutama adalah faktor keadaan alam dan sosial ekonomi. Contoh- nya adalah sebagai berikut:

 lahan pertaniannya subur dan atau teknologi pertaniannya sangat mendukung;

 memiliki pusat pemerintahan;

 memiliki pusat kegiatan perekonomian (indus- tri dan perdagangan);

Tabel 1.3.1

Hasil sensus penduduk Indonesia 1961-2008 Tahun Sensus Jumlah penduduk (juta jiwa)

1961 97,1 1971 119,2 1980 147,5 1990 179,4 1995 194,8 2000 206,3 2005*) 218,9 2008**) 237,5

Sumber: BPS-2000; *)Survei Penduduk antar Sensus 2005; **)CIA The World Factbook 2008.

Faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat ke- sehatan penduduk Indonesia antara lain adalah sebagai berikut.

 Masih rendahnya tingkat kesehatan/sanitasi lingkungan.

 Masih sering berjangkitnya penyakit menular.

 Banyaknya gejala kurang gizi di masyarakat.

 Kurangnya pengetahuan penduduk tentang ke- sehatan.

 Kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan (ru- mah sakit, puskesmas, klinik, dan sebagainya). Salah satu indikasi kesehatan adalah penolong persalinan. Bayi yang dilahirkan dengan bantuan dokter, bidan atau tenaga medis lain lebih aman dibandingkan dengan persalinan yang dilakukan oleh tenaga nonmedis.

Untuk mengetahui penggunaan tenaga peno- long kelahiran di Indonesia, coba perhatikan tabel 1.3.3 berikut ini!

 Kurangnya kesadaran penduduk akan arti pen- ting pendidikan.

 Kurang memadainya sarana dan prasarana pendidikan.

Sebagai contoh jumlah sekolah tidak se- imbang dengan jumlah penduduk usia sekolah. Selain itu, kelayakan ruang kelas pun sering kali jauh dari standar. Sebagai contoh, di beberapa daerah sering kali dikabarkan bahwa ruang kelas atau sekolah rubuh karena kondisi- nya jauh dari layak. Hal ini tentu memenga- ruhi proses belajar mengajar. Dampak lebih lanjut adalah kurangnya kemampuan siswa untuk menyerap ilmu.

Untuk mengetahui jumlah dan kondisi ruang kelas yang terdapat di Indonesia, per- hatikanlah tabel 1.3.2 berikut!

Gambar 1.3.1

Siswa siswi belajar dengan semangat di ruang terbuka.

sumber:

suara merdeka, 2006

b. Tingkat kesehatan

Tingkat kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Terutama tingkat kesehatan pen- duduk di daerah-daerah terpencil. Pada tahun 2002-2003, angka kematian bayi di Indonesia 35 bayi per 1.000 bayi yang lahir hidup. Sedangkan angka harapan hidup penduduk Indonesia menca- pai usia rata-rata 66,2 tahun (Data dinas kesehatan: 2003).

c. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan penduduk Indonesia tergo- long kurang. Meskipun demikian, masih lebih tinggi dibandingkan penduduk di negara-negara miskin. Coba kamu perhatikan kembali tabel 1.2.11 (dalam subbab 1.2)!

Dari tabel 1.2.11 tersebut kamu dapat melihat pendapatan per kapita Indonesia masih jauh lebih rendah bila dibandingkan negara lain, terutama negara-negara maju.

Mata pencaharian terbesar penduduk Indone- sia adalah pertanian. Pada tahun 1971, penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian menca- pai 64,2%. Tahun 2006 jumlah tersebut berkurang menjadi 42,05 %. Berkurangnya mata pencaharian penduduk di sektor pertanian berjalan seiring de- ngan keberhasilan pembangunan dalam bidang in- dustri di Indonesia. Industri-industri besar yang banyak menyerap tenaga kerja, antara lain: indus- tri garmen, industri obat dan farmasi, industri ma- kanan/minuman olahan, dan sebagainya.

Tabel 1.3.3 Persentase balita

berdasarkan penolong kelahiran pada tahun 2006 Tenaga medis/fasilitas kesehatan Jumlah (%)

Dokter 9,66

Bidan 56,47

Tenaga medis lainnya 0,57

Dukun 30,14

Keluarga 2,99

Lainnya 0,17

Sumber: Statistical Pocket Book of Indonesia, BPS: 2007

Tabel 1.3.2

Jumlah dan kondisi ruang kelas di Indonesia Ruang Baik Rusak Rusak Jumlah Kelas Ringan Berat ruang Milik (buah) (buah) (buah) kelas 1. TK 59.210 25.433 8491 93.134 2. S D 436.375 301.370 255.421 993.166 3. S M P 164.217 28.830 9.847 202.894 4. S M A 84.138 7.130 2.572 93.840 5. S M K 52.004 3.697 963 56.664 Sumber: Departemen pendidikan nasional, 2006

1.3.2 Berbagai Dampak

Masalah Kependudukan

Dalam dokumen Untuk SMPMTs Kelas VIII (Halaman 35-40)