• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perluasan kekuasaan kolonial

Dalam dokumen Untuk SMPMTs Kelas VIII (Halaman 86-88)

memerdekakan diri dari penjajahan pada tahun 1945.

A. Perluasan kekuasaan kolonial

Setelah bangsa-bangsa Barat datang ke Nusan- tara, keadaan menjadi berubah. Bangsa Barat pada

P

erhatikan gambar bangunan di atas ini. Ini

adalah gambar sebuah bangunan yang mempunyai nilai sejarah. Gambar ini ber- kaitan dengan pelajaran kita, yaitu terbentuknya kesadaran nasional dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia.Bangunan ini terletak di jalan

Kramat Raya No. 106, Jakarta. Gedung apakah ini? Ini adalah Gedung Sumpah Pemuda. Di gedung inilah para pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 mengu- capkan sumpah pemuda. Sebelum membahas lebih jauh cobalah kamu ingat pelajaran yang lalu dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Diskusikanlah dalam sebuah kelompok kecil! 1. Sebelum Sumpah Pemuda, bagaimana reaksi rak-

yat di daerah-daerah dalam menghadapi bangsa penjajah?

2. Berhasilkah rakyat di daerah-daerah melepaskan diri dari penjajahan bangsa asing?

3. Mengapa perlawanan rakyat di berbagai daerah menemui kegagalan?

4. Sudah adakah kesadaran di kalangan rakyat di nusantara sebagai satu bangsa sebelum Sumpah Pemuda?

Sumber:

Ensiklopedi Pelajar

awalnya ingin mencari rempah-rempah. Akhirnya mereka bukan hanya berdagang, tetapi juga me- naklukkan dan menguasai daerah-daerah di Nu- santara. Daerah-daerah tersebut menjadi tanah koloni bangsa-bangsa Barat. Nusantara menjadi tanah jajahan bangsa-bangsa Barat. Bangsa Belan- da mengungguli bangsa Barat lainnya. Akibat dari perluasan kolonialisme dan imperial-isme di Nusantara, terjadi perubahan politik, sosial, dan ekonomi. Yang terjadi di Nusantara kemudian adalah eksploitasi yang dilakukan oleh Belanda. Wilayah jajahan Belanda di Nusantara itu kemu- dian disebut daerah Hindia Belanda.

Berbagai kebijakan dilakukan pemerintah kolo- nial Belanda. Dengan VOC-nya Belanda melakukan monopoli dagang. Kemudian, pemerintah Belanda melakukan Sistem Tanam Paksa untuk mengisi kas negara yang kosong. Politik Tanam Paksa diganti- kan dengan Politik Kolonial Liberal. Karena diang- gap gagal, Politik Kolonial Liberal diganti dengan Politik Etis.

1. Monopoli dagang

Terbukanya jalur perdagangan ke Indonesia mengakibatkan munculnya persaingan di antara pedagang Eropa. Pihak yang berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia akan mendapat keuntungan besar.

Untuk memenangkan persaingan dagang, pada tahun 1602, Belanda membentuk sebuah kongsi dagang yang diberi nama VOC (Vereenigde Oost In- dische Compagnie). VOC dengan cepat berkembang dan menguasai monopoli perdagangan di berbagai kawasan Nusantara. VOC berhasil mengambil ke- untungan yang besar dari perdagangan. Secara eko- nomis, VOC menjadi kongsi dagang yang kuat dan disegani.

Kejayaan VOC berangsur-angsur mundur ka- rena salah urus. Kemunduran itu terjadi menje- lang abad ke-19. Pemerintah Kerajaan Belanda mengambil keputusan untuk membubarkan VOC. Pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dibubarkan. Kemudian Indonesia dikuasai pemerintah Belanda.

2. Tanam Paksa

Kekosongan kas Belanda mendorong pemerin- tah Belanda menyetujui pemikiran yang disampai- kan oleh Johanes Van den Bosch. Usulan Van den Bosch adalah pelaksanaan cultuurstelsel atau sistem Tanam Paksa. Kembalinya Indonesia ke tangan pemerintah Belanda memberi keuntungan dan sangat memungkinkan dilaksanakannya sistem Tanam Paksa tersebut. Sistem Tanam Paksa meru- pakan upaya pemerintah Belanda untuk meman- faatkan sumber daya alam Indonesia dan sumber daya manusia Indonesia untuk kepentingan mereka. Ciri utama dari Sistem Tanam Paksa ada-

lah keharusan bagi rakyat di Jawa untuk memba- yar pajak dalam bentuk barang (hasil pertanian).

Praktik Tanam Paksa menyebabkan rakyat In- donesia mengalami penderitaan, antara lain kela- paran, kemiskinan, dan kematian. Para petani tidak sempat mengurus tanahnya sendiri sehingga tidak menghasilkan panenan.

Bagi pemerintah Belanda, sistem Tanam Paksa tersebut mendatangkan keuntungan yang besar sehingga kas negara terisi dan hutang mereka ter- lunasi. Di samping itu, pemerintah Belanda dapat memperbaiki perekonomiannya, membangun sa- rana transportasi (jalan kereta api), dan mendirikan pabrik-pabrik.

Di samping sisi negatif, sistem Tanam Paksa juga memiliki segi positif. Segi positifnya, antara lain rakyat mengenal irigasi, mengenal jenis tanam- an baru, dan mengenal penggunaan pupuk.

3. Politik kolonial liberal

Pelaksanaan Tanam Paksa akhirnya digantikan

Politik Kolonial Liberal atau Politik Pintu Terbuka

pada tahun 1870. Sejak itu bermunculan perusa- haan-perusahaan swasta, khususnya perusahaan perkebunan Belanda. Para investor swasta Belanda bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menekan upah buruh dan membayar sewa tanah serendah-rendahnya. Pada umumnya inves- tor tersebut bergerak dalam bidang perkebunan. Pemerasan berupa pungutan pajak, kerja wajib, dan penyerahan wajib menyebabkan rakyat Indo- nesia menderita. Politik Liberal ternyata tidak dapat menyejahterakan rakyat bumiputra. Seba- liknya kerusuhan dan perlawanan rakyat terjadi di mana-mana.

Pada masa berlangsungnya Politik Kolonial Li- beral ini, prinsip pemisahan negara dan swasta dipegang teguh. Urusan politik dipegang oleh peme- rintah. Sementara itu, ekonomi diurusi oleh pihak swasta.

Gambar 2.2.1

Para buruh perkebunan sedang menjemur kopi di sebuah pabrik kopi. Selama periode 1870-1900, pengusaha swasta Belanda dan sejumlah negara Eropa menanamkan modalnya

untuk membuka perkebunan-perkebunan di Indonesia.

Sumber:

Indonesian Heritage Jilid 3

4. Politik etis

Politik Kolonial Liberal yang kurang memper- hatikan kesejahteraan rakyat Indonesia, banyak dikritik. Kritikan terutama berkaitan dengan ke- munduran kesejahteraan rakyat Indonesia.

Kritik yang terpenting berasal dari C. Theodor van Deventer. Ia mengemukakan bahwa kemak- muran negeri Belanda diperoleh karena kerja dan jasa orang Indonesia. Dengan demikian, Belanda berutang budi kepada rakyat Indonesia. Sebagai bangsa yang maju dan bermoral, bangsa Belanda harus membayar utang itu kepada rakyat Indone- sia. Belanda harus mampu meningkatkan kemak- muran rakyat Indonesia (bumiputra). Theodore van Deventer mengusulkan tiga hal (trias) yang ha- rus dilakukan pemerintah Belanda, yaitu irigasi, transmigrasi, dan edukasi (pendidikan).

Pemerintah Belanda menanggapi kritik itu de- ngan mengemukakan gagasan pembaruan politik di Indonesia. Politik ini dikenal sebagai Politik etis. Dengan politik etis (sering disebut juga politik balas budi), rakyat Indonesia seperti mendapat per- lakuan yang lebih baik. Akan tetapi, tujuan politik etis sama saja dengan kebijakan-kebijakan politik Belanda yang sebelumnya, yaitu eksploitasi kekayaan Indonesia bagi penjajah. Meskipun me- laksanakan tiga usulan van Deventer, politik Be- landa tetap bersifat kolonialistis-imperialistis.

Politik etis itu tidak berhasil. Ada berbagai fak- tor yang menyebabkan politik ini tidak berhasil. Di kalangan pemerintahan dan masyarakat Belan- da, terdapat golongan yang menentang. Mereka te- tap menganggap bangsa Belanda itu lebih tinggi. Mereka khawatir bahwa kemajuan rakyat Indone- sia akan membahayakan kelangsungan ikatan In- donesia-Nederland.

Di bidang ekonomi, pemerintah tidak memberi perlindungan kepada pengusaha pribumi secara sungguh-sungguh. Di bidang politik, Belanda membatasi hak pribumi untuk menduduki jabat- an-jabatan yang penting. Di bidang pendidikan, perkembangan pendidikan tidak didasarkan atas kebutuhan rakyat Indonesia.

B. Perkembangan pendidikan di

Dalam dokumen Untuk SMPMTs Kelas VIII (Halaman 86-88)