• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DI SMA NEGERI 13 DEPOK

152

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

155 kondusif dan membuat siswa aktif sehingga kemampuan berpikirnya berkembang. Menurut Diantari (2014) model pbl menuntut peserta didik untuk bisa mendapatkan berbagai sumber pembelajaran lebih mandiri, memiliki pola pikir yang kritis dan kreatif terhadap sebuah masalah. Model ini diterapkan dengan cara memberikan permasalahan terlebih dahulu, permasalahan tersebut berasal dari dunia nyata.

Sintaks model pembelajaran matematika problem-based learning (pbl) terdiri dari lima tahap. Tahap-tahap tersebut adalah pertama siswa disajikan suatu masalah, siswa mendiskusikan masalah dalam kelompok kecil, siswa terlibat studi di luar bimbingan guru, siswa saling sharing informasi, dan siswa menyajikan solusi atas masalah (Huda, 2013).

Berdasarkan pemaparan di atas, agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik lagi diperlukan adanya perangkat pembelajaran dan media pembelajaran di dalam kelas. Perangkat pembelajaran merupakan bagian yang harus diperhatikan karena berhubungan langsung dengan materi pelajaran. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran guru perlu melakukan pengembangan berbasis teknologi yang dapat membantu kemampuan berpikir siswa berkembang.

Salah satu perangkat pembelajaran tersebut yaitu software autograph. Menurut Anim (2016) autograph adalah salah satu media pembelajaran yang menitikberatkan peran aktif siswa dalam belajar eksplorasi dan investigasi. Belajar menggunakan media tersebut dapat membuat siswa lebih dominan dalam melakukan aktivitas di dalam kelas dengan mencoba menemukan solusi permasalahan melalui penyelidikan serta mempermudah siswa dalam memahami suatu materi contohnya membuat grafik fungsi trigonometri.

Dengan adanya aplikasi tersebut guru lebih leluasa dalam memfasilitasi siswa.

Pengetahuan siswa akan lebih tergali untuk melakukan atau mencoba sesuatu hal yang

baru sehingga siswa akan mandiri untuk menemukan solusinya.

Berdasarkan uraian tersebut tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara kelompok siswa yang diajarkan dengan model pbl berbantu autograph dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

B. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode pre-eksperimen tipe static group comparison design yaitu setelah mendapatkan perlakuan siswa diberikan post-test. Ruseffendi (2010) memberikan bentuk desain pada penelitian ini sebagai berikut:

X O

--- O

Gambar 1. Desain Penelitian Static Group Comparison

Keterangan:

X : Perlakuan khusus pada kelas

eksperimen menggunakan model Problem-Based Learning (PBL) O : Post-test terhadap kelas eksperimen

dan kelas kontrol

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Sekolah Menengah Atas. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 13 Depok dengan sampel penelitian adalah siswa kelas X. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling.

Dari 10 kelas diambil 2 kelas secara acak yaitu terpilih kelas X.6 sebagai kelas eksperimen terdiri dari 36 siswa dan X.10 sebagai kelas kontrol terdiri dari 36 siswa.

Instrumen tes kemampuan berpikir kritis yang digunakan berbentuk soal uraian. Dalam penyusunan tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta penilaiannya dan nomor butir soal. Sebelum ditetapkan

ISSN: 2476-8898 Seminar Nasional

Vol. 1, Oktober 2017 Matematika UHAMKA

156 sebagai instrumen penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba instrumen untuk menentukan kelayakannya. Uji instrumen tersebut antara lain: uji validitas butir soal;

uji daya pembeda; uji taraf kesukaran dan uji reliabilitas. Berdasarkan hasil pengujian instrumen diperoleh 6 butir soal yang digunakan untuk tes akhir mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

Setelah data kemampuan berpikir kritis matematis siswa terkumpul, maka akan dilakukan analisis statistik yang meliputi:

uji normalitas menggunakan rumus uji Lilliefors; uji homogenitas menggunakan rumus uji-F; uji hipotesis menggunakan rumus uji-t.

C. Hasil dan Pembahasan

Data hasil penelitian pada kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 1 yang berisikan data skor postes kemampuan berpikir ktitis matematis yang terdiri dari skor tertinggi, skor terendah, skor rata-rata dan standar deviasi.

Tabel 1. Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Kelas n

Skor Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Skor

ideal Me Mo

Eksperimen

36 72 25 60 47,861 9,199 84,637 48,5 60

Kontrol 23 52 36,055 7,547 56,968 35,5 36

Tabel 1 memperlihatkan rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol.

Analisis data hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan pembelajaran menggunakan model problem-based learning (pbl) berbantu autograph lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

Data kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelompok eksperimen:

Gambar 2. Grafik Histogram dan Poligon Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa Kelas Eksperimen

Dari grafik pada gambar 2, menunjukkan bahwa hasil perolehan siswa bervariasi. Banyak siswa yang memperoleh skor di atas rata-rata berarti kemampuan siswanya pun terlihat cukup tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.

Skor kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas kontrol cenderung lebih rendah. Secara visual, penyebaran data kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas kontrol

Gambar 3. Grafik Histogram dan Poligon Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa Kelas Kontrol

f

157 Dari grafik pada gambar 3, menunjukkan bahwa sebanyak 4 orang responden yang memperoleh skor 22,5 – 27,5, sebanyak 9 orang responden memiliki skor 27,5 – 32,5, sebanyak 10 orang responden memiliki skor 32,5 – 37,5, sebanyak 6 orang responden memiliki skor 37,5 – 42,5, sebanyak 4 orang responden memiliki skor 42,5 – 47,5, dan sebanyak 3 orang responden memiliki skor 47,5 - 52,5.

Ditinjau dari indikator berpikir kritis matematis tersebut, skor persentase rata- rata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari nilai persentase kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen pada gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Grafik Persentase Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa

Berdasarkan gambar 5, menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol.

Berkaitan dengan pengujian uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan homogenitas terhadap data hasil kemampuan berpikir kritis matematis siswa menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t. Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir kritis

matematis antara siswa yang diajarkan menggunakan model problem-based learnig (pbl) berbantu autograph dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Rangkuman hasil analisis uji-t dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis

Kelas Kesimpulan Eksperimen

5,9525 1,668 Tolak Kontrol

Hasil analisis hipotesis uji-t di atas menunjukkan dan

. Berdasarkan kriteria pengujian, karena maka ditolak sehingga hasil penelitian signifikan. Hal ini berarti, terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir kritis matematis antara kelompok siswa yang diajarkan menggunakan model problem-based learning (pbl) dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

D. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara kelompok siswa yang diajarkan menggunakan model problem- based learning berbanttu autograph dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan . Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model problem- based learning (pbl) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Berdasarkan saran yang dapat disampaikan terkait dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Disarankan kepada guru di sekolah, agar dapat menerapkan model problem-based learning (pbl) berbantu autograph sebagai

Kelas Eksperimen, Menginterpr

etasi , 77%

Kelas Eksperimen, Menganalisis

, 70%

Kelas Eksperimen, Mengevaluas

i , 63%

Kelas Eksperimen, Menginterpr

etasi , 4%

Kelas Kontrol, Menginterpr

etasi , 66% Kelas Kontrol, Menganalisis

, 39%

Kelas Kontrol, Mengevaluas

i , 53%

Kelas Kontrol, Menginterpr

etasi , 6%

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

158 salah satu alternatif untuk pembelajaran yang inovatif sesuai dengan langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan pada penelitian ini, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mempelajari matematika sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam menyelesaikan permasalahan.

Disarankan kepada peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pembelajaran matematika mernggunakan model problem-based learning (pbl) berbantu autograph pada bidang ilmu matematika atau bidang lainnya yang sesuai, agar memperhatikan kendala-kendala yang peneliti alami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian.

E. Referensi

Anim. 2016. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa menggunakan Autograph. Jurnal Matematics Paedagogic. Vol. 7 No.

1

Diantari, Putu, I Wyn Wiarta & I Gusti Agung O. N. 2014. Pengaruh Model Pemelajaran Problem Based Learning Berbasis Hypoteaching terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.2, Nomor 1

Kusmanto, Hadi. 2014. Pengaruh Berpikir Kritis Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3 No.1

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karim, Normaya. 2015. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

Dengan Menggunakan Model Jucama di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3 Nomor 1.

Ramdani, Riki dkk. 2015. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan. Vol. 1 No. 2

Ruseffendi. 2010. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

159

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

Garis besar

Dokumen terkait