• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOLVING PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 2 WARKUK RANAU SELATAN

Matematika UHAMKA Vol. 1, Oktober 2017

39

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Vol. 1, Oktober 2017 Matematika UHAMKA

40 kemampuan pemecahan masalah sangat ditekankan dalam tujuan pembelajaran tidak terkecuali dalam pembelajaran matematika. Seperti yang terdapat dalam tujuan pembelajaran matematika yang diamanatkan kurikulum hingga saat ini yang juga menitik beratkan kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai tujuan.

Berlawanan dengan pentingnya kemampuan ini, fakta di lapangan masih menunjukan keadaan berbeda pada berbagai tingkatan sekolah. Seperti yang terdapat pada kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Warkuk Ranau Selatan. Fakta ini diperoleh saat peneliti mengadakan pra-penelitian di kelas VIII tersebut. Rendahnya kemampuan ini terlihat pada siswa jika diberikan soal yang menuntut kemampuan berpikir dan analisis lebih lanjut siswa langsung menyerah dan jarang menemukan solusi yang diminta. Siswa kurang percaya diri terhadap kemampuannya dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan. Terlihat juga hanya sebagian siswa yang gigih mencari pemecahan masalah yang diterima, walaupun solusi yang didapat juga belum mengarah pada pemecahan yang diinginkan oleh gurunya.

Siswa lebih tertarik untuk mengobrol dan bermain dibandingkan mencari solusi pemecahan dari masalah yang ditugaskan.

Dapat dikatakan jika diberikan permasalahan matematika sebagian besar siswa tidak tertarik untuk mencari penyelesain dari masalah tersebut.

Dalam proses pemecahan masalah yang dilakukan, terlihat siswa juga tidak terbiasa untuk merencanakan hingga menyelesaikan masalah secara mandiri.

Siswa cenderung mengikuti contoh dari gurunya tanpa adanya usaha untuk membuat perencanaan mandiri. Terlebih jika berusaha untuk menemukan solusi secara mandiri. Tentunya berakibat pada kurang maksimalnya kemampuan siswa yang tercermin dari perolehan hasil tes studi awal yang dilakukan penulis.Tes ini memperlihatkan bahwa dari 36 siswa kelas

VIII 3 yang diberikan tes kemampuan pemecahan masalah, hanya 20% atau sekitar 7 siswa yang mampu memahami masalah, membuat perencanaan, hingga menemukan solusi masalah. Sisanya 29 siswa terlihat kebingungan dengan tes yang dihadirkan penulis dan mengggap soal tersebut sulit. Hasil tersebutpun tidak sempurna hingga solusi ditemukan.

Selain itu, di kelas VIII juga menunjukan fakta lain dalam pembelajaran matematika. Siswa terlihat dalam pembelajaran terlalu mengandalkan gurunya sebagai sumber belajar yang berakibat pada kurangnya kemandirian belajar siswa serta komunikasi pembelajaran matematika menjadi kurang seimbang. Tentunya hal ini bertentangan dengan paradigma pendidikan yang mengahrusnya siswa mengkonstruk secara mandiri pengetahuannya. Akhirnya terlihat juga sebagian besar siswa kurang tertarik pada pembelajaran matematika serta kurang tertarik pada pemecahan masalahmasalah matematika yang berakibat pada rendahnya pencapaian tujuan pembelajaran.

Dari hasil prapenelitian juga diungkap fakta bahwa pada pembelajaran matematika masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi yang menjadikan siswa semakin tidak terbiasa untuk menganalisis suatu masalah. Karena itu, perlu adanya suatu metode pembelajaran yang mampu membiasakan siswa untuk memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Salah satu metode tersebut yaitu metode problem solving atau pemecahan masalah. Metode ini kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang menganggap sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat. Melalui metode Problem Solving diharapkan dapat lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya

Matematika UHAMKA Vol. 1, Oktober 2017

41 dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya.

Metode pembelajaran Problem Solving juga merupakan metode pembelajaran dengan metode berfikir mulai dari mencari data sampai pada menarik kesimpulan serta merangsang kemampuan berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah. Metode pembelajaran ini menekankan terselesainya suatu masalah secara bernalar dan mendorong siswa untuk berpikir secara sistematis dengan menghadapkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan yang ada dimasyarakat, jika siswa terlatih dengan metode pembelajaran ini diharapkan dapat menggunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dimasyarakat, selain itu pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya (Pramirtha, 2014).

Melalui metode pemecahan masalah dapat mendorong siswa mencari dan menemukan serta memecahkan persoalan-persoalan dengan jalan melatih peserta didik dalam menghadapi berbagai masalah baik itu perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri dan atau bersamasama.

Pembelajarannya berorientasi pada investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah (Pramirtha, 2014). Dengan demikian aktivitas dalam metode Problem Solving (pemecahan masalah) termasuk kepada pendekatan interaksi sosial yang menitik beratkan kepada aktivitas memecahkan masalah baik individu maupun kelompok yang akan menarik minat serta membiasakan siswa untuk memecahkan setiap permasalahan matematika secara mandiri sehingga diharapkan akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

“Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui

Metode Pembelajaran Problem Solving Pada Siswa Kelas VIII-1 Semester Genap SMP Negeri 2 Warkuk Ranau Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017”.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini diadakan di kelas VIII-1 SMP NEGERI 2 Warkuk Ranau Selatan selama tiga siklus dalam semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-1 SMP NEGERI 2 Warkuk Ranau Selatan yang berjumlah 35 siswa, sedangkan yang akan menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis melalui metode Pembelajaran Problem Solving pada siswa kelas VIII-1 SMP NEGERI 2 Warkuk Ranau Selatan. Dalam kegiatan PTK yang dilaksanakan dalam setiap siklus terdiri dari rangkaian empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, serta evaluasi dan refleksi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tes kemampuan pemecahan masalah matematis dalam akhir setiap siklus, lembar observasi kegiatan untuk siswa serta untuk melihat apakah pembelajaran dengan metode problem solving telah berjalan efektif atau tidak selama pelaksanaan kelak. Teknik pengumpul data pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam setiap akhir siklus. Kemampuan pemecahan masalah matematika ini akan diukur dengan tes essay sesuai materi tiap siklus.

Kemudian dalam mengolah data dan hasil penelitian yang nantinya berguna pula untuk memperoleh suatu kesimpulan.

digunakan perhitungan sebagai berikut:

Dengan N sebagai nilai akhir. Nilai kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dari perhitungan kemudian dikualifikasikan.

Vol. 1, Oktober 2017 Matematika UHAMKA

42 C. Hasil dan Pembahasan

Metode Problem Solving yang digunakan saat melaksanakan PTK, menunjukan suasana pembelajaran matematika di kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Warkuk Ranau Selatan yang membiasakan siswa dengan berbagai masalah. Artinya siswa terlatih untuk menghadapi problema atau situasi yang dihadirkan dalam LKPD kelompok secara spontan, siswa menjadi aktif dan berinisiatif, bertanggung jawab dengan penyelesaian masalah yang ditugaskan, mengarahkan siswa menjadi pemecah masalah yang sangat berguna bagi pelatihan analisis siswa. Tentunya pembelajaran melalui metode Problem Solving pada siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Warkuk Ranau Selatan membiasakan siswa mandiri dalam membangun pengetahuan matematikanya melalui masalah yang dihadirkan dalam LKPD Problem Solving.

Dengan adanya berbagai masalah yang dihadirkan dalam LKPD juga melatih kemampuan berpikir siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Warkuk Ranau Selatan yang dimulai dari memahami masalah dengan mengungkapkan masalah apa yang terjadi, membuat dugaan sementara menggunakan berbagai sumber belajar melalui hasil diskusi kelompok, serta sampai pada menarik kesimpulan maupun melakukan pengecekan kembali terhadap hasil yang diperoleh. Terbiasanya siswa dalam kelompoknya menerima berbagai masalah pada LKPD juga melatih siswa mengkonstruksi pikirannya untuk mencari penyelesaian dengan alasan yang jelas bersama kelompok.

Dengan pembelajaran yang mandiri, mengaktifkan siswa, serta menyenangkan melalui pengajuan berbagai masalah terhadap siswa tersebut menjadikan siswa terbiasa untuk menganalisis permasalahan mulai dari memahami permasalahan, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan hingga perolehan solusi dan menyimpulkan, kemampuan siswa dalam memecahkan

masalahpun dapat meningkat. Peningkatan kemampuan ini terlihat dari perolehan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa siklus I ke siklus II yang mengalami kenaikan sebesar 3,36 dan dari siklus II ke siklus III juga mengalami kenaikan sebesar 26,02 berikut gambaran kenaikan kemampuan pemecahan masalah matematika siklus I, siklus II dan sikuls III:

Kenaikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tersebut dari siklus I ke siklus II sebesar 3,36 belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu berupa cukup pada pelaksanaan siklus I masih terdapat beberapa kendala.

Untuk itu, penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan melihat catatan-catatan penting yang masih perlu direfleksikan lagi untuk pembelajaran berikutnya. Tindakan yang dilakukan pada siklus II masih tetap menggunakan metodel pembelajaran Problem Solving dengan bertolak dari refleksi siklus I. Pada siklus II ini Guru mengkondisian siswa serta membimbing siswa dalam kegiatan kelompok untuk memecahkan masalah dalam LKPD agar tidak ada siswa yang pasif dalam aktivitas kelompok serta seluruh masalah pada LKPD terselesaikan dengan baik.

Penelitian tindakan kelas pada siklus II masih terdapat beberapa kendala.

Untuk itu, penelitian dilanjutkan ke siklus III dengan melihat catatan-catatan penting yang masih perlu direfleksikan lagi untuk pembelajaran berikutnya. Tindakan yang dilakukan pada siklus III juga

0 5 10

15 20 25

I II III IV V

I (0 - 39,99) II (40.00 - 54,99) III (55,00 - 66,99) IV (68,00 - 84,99) V ( 85,00 - 100)

Matematika UHAMKA Vol. 1, Oktober 2017

43 menggunakan metodel pembelajaran Problem Solving. Pada siklus III ini Guru mengkondisian siswa serta membimbing siswa secara menyeluruh dalam kegiatan kelompok agar tidak ada siswa yang pasif dalam aktivitas kelompok dalam pemecahan masalah yang dihadirkan dalam LKPD.

Pada siklus III, kemampuan pemecahan masalah matematika meningkat lagi bila dibandingkan dengan siklus I dan Siklus II. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata kelas sebesar 3,36 dari siklus I sebesar 59,03 menjadi 62,39 pada siklus II dan peningkatan rata- rata kelas sebesar 26,02 dari siklus II 62,39 menjadi 88,41 pada siklus III. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada siklus III, menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Tindakan pada siklus III sudah cukup efektif dalam menerapkan metodel pembelajaran Problem Solving dalam pembelajaran dan lebih optimal untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Dengan adanya metode pembelajaran Problem Solving, siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran di kelas, maupun saat pemecahan masalah yang dilakukan dengan kelompoknya dan berimbas pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Data yang ada menggambarkan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebelum melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Problem Solving dan setelah menggunakan metode pembelajaran Problem Solving, sehingga penelitian pun dilakukan hanya sampai siklus III. Untuk selanjutnya siswa yang belum mencapai KKM diberikan pengayaan agar dapat mengikuti siswa yang lain dalam kegiatan pembelajaran berikutnya.

Dari hasil penelitian, terbukti bahwa penggunaan metode pembelajaran Problem Solving ini dinilai berhasil dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada tes siklus yang mengalami kenaikan serta berdasarkan penggunaan metode Problem Solving yang terlihat dari aktivitas siswa dan aktivitas guru yang mendukung hasil tersebut. Dengan pembelajaran yang menyenangkan dan menghadirkan berbagai permasalahan sesuai materi yangakan di bahas, peserta didik dapat terlatih untuk menganalisis masalah yang dihadapi serta menumbuhkan jiwa kerjasama kelompok, sehingga kemampuan pemecahan masalah matematikapun dapat meningkat.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Warkuk Ranau Selatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu pada saat siklus I sebesar 36,11%

dengan rata-rata kemampuan 59,03 meningkat menjadi 52,78% dengan ratarata kemampuan 62,39 pada siklus II kemudian meningkat lagi pada siklus III menjadi 86 ,11% dengan rata-rata kemampuan 88,41. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa terjadi karena dalam penggunaan metode pembelajaran Problem Solving, siswa lebih mandiri dan aktif dengan aktivitas pemecahan masalah matematika.

E. Referensi

Arikunto, S. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Lestari, K.E dan Yudhanegara, M.R.

(2015).Penelitian Pendidikan

Vol. 1, Oktober 2017 Matematika UHAMKA

44 Matematika. Bandung:PT.Refika Aditama.

Mawadah & Anisah. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Mpdel Pembelajaran Generatif ( Generif Learning) di SMP. Dalam EDU_MAT Jurnal Pendidikan Matematika. [Online]. Vol 3 (2), 10

halaman. Tersedia:

http://ppjp.unlam.ad.id/journal/indet.

php/edumat/article/download.644/55 1. diunduh pada 21 Agustus 2016.

Polya, G. (1985). How To Solve It. (2nd).

New Cersey: Priceton Unvivercity Press.

Pramirtha, K.R. (2014). “Model Pembelajaran Problem Solving

Terhadap Kemampuan

Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Bagi Siswa Tunanetra”.

Tersedia:

http:ejournal.unesa.ac.id/article/1069 5/15/article.pdf. diunduh pada 14 Desember 2016.

UU No.22 Tahun 2013.

45

DISPOSISI MATEMATIS DAN PENGEMBANGAN MODEL

Garis besar

Dokumen terkait