• Tidak ada hasil yang ditemukan

56

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

57 meningkatkan pemahaman aritmatik, tetapi juga dapat meningkatkan penalaran dan pemecahan masalah matematis, serta penguasaan penalaran logika. Seseorang dikatakan memiliki tingkat literasi matematis yang baik apabila ia mampu

menganalisis, bernalar,

mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan matematikanya secara efektif, dan mampu memecahkan seta menginterpretasikan penyelesaian matematika.

Berdasarkan beberapa proyek penelitian dunia yang diikuti oleh Indonesia untuk mengukur literasi membaca, matematika dan ilmu pengetahuan, seperti PISA (Program for International Student Assessment) masih menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Literasi matematis Indonesia pada PISA tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara dengan skor rata-rata 375 (Hasanah, 2015).

Sementara pada PISA tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 70 negara dengan skor rata-rata 403, sedangkan rata-rata skor international 493 (PISA, 2016).

Sejalan dengan hal itu, berdasarkan studi pendahuluan, hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di SMPN 6 Kota Serang menyatakan bahwa siswa di SMPN 6 Kota Serang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan pada soal cerita yang menuntut siswa untuk memahami dan menggunakan konsep dalam matematika dan dalam dunia nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematis siswa SMPN 6 Kota Serang masih terbilang rendah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dibutuhkan sebuah pendekatan dalam pembelajaran matematika yang mampu mengaktifkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya, salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang cukup relevan untuk digunakan adalah pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).

Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa (real) dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di Indonesia sudah disesuaikan dengan kultur Indonesia sehingga diharapkan dapat dilaksanakan dan dimengerti siswa.

Dengan demikian, pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) ini diharapkan dapat melatih siswa untuk berpikir tentang yang strategi yang tepat dalam memecahkan masalah dan mengetahui dengan baik mengapa memilih strategi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian yang berjudul “Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

Menyelidiki, mengetahui, dan mendeskripsikan pencapaian akhir dan peningkatan kemampuan literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa yang sesuai dengan kurikulum 2013.

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu pencapaian akhir dan peningkatan kemampuan literasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa yang sesuai dengan kurikulum 2013.

B. Metode penelitian

Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi atau mixed methods.

Data pencapaian dan peningkatan kemampuan literasi matematis akan digambarkan secara rinci dengan adanya

58 dukungan dari data kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah concurrent embedded design dengan metode kuantitatif sebagai metode primer dan metode kualitatif sebagai metode yang ditancapkan (embedded) kedalam metode primer (Sugiyono, 2012: 412).

Desain penelitian kuantitatif yang digunakan adalah non-equivalent control group design. Subyek dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 6 Kota Serang yang terdiri dari 9 kelas.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil melalui teknik cluster sampling yaitu cara penentuan sampel apabila populasi terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster (Sudaryono, 2011:

216). Hasil pengundian diperoleh bahwa kelas eksperimen adalah kelas VII E dan kelas kontrol adalah kelas VII D.

C. Hasil dan pembahasan

1. Kemampuan Awal Literasi Matematis Siswa

Penelitian ini diawali dengan pemberian soal pretes kemampuan literasi matematis. Pretes terdiri dari 3 soal dengan skor maksimal 15 yang telah diuji sebelumnya dan waktu yang diberikan selama 45 menit.

Selanjutnya dilakukan analisis inferensial untuk memperoleh kesimpulan apakah terdapat perbedaan antara kemampuan awal literasi matematis siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Analisis data pretes pada penelitian ini terdiri dari uji prasyarat dan dilanjut dengan uji beda dua rata-rata untuk memperoleh kesimpulan.

Setelah dilakukan uji prasyarat, perhitungan dilanjutkan dengan uji Mann- Whitney. Hasil perhitungan uji Mann- Whitney dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Uji Mann-Whitney Data Pretes

Skor Pretes

Mann-Whitney U 251.500

Wilcoxon W 716.500

Z -3.025

Asymp. Sig. (2 Tailed) 0.02

Nilai Sig. yang didapat adalah 0.02.

Karena nilai Sig. < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Pencapaian Akhir Kemampuan Literasi Matematis Siswa

Penelitian ini diakhiri dengan pemberian soal postes kemampuan Literasi matematis. Postes terdiri dari 3 soal yang sama dengan soal pretes dan waktu yang diberikan selama 45 menit.

Selanjutnya dilakukan analisis inferensial untuk memperoleh kesimpulan apakah pencapaian akhir kemampuan literasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Analisis data postes pada penelitian ini terdiri dari uji prasyarat dan dilanjut dengan uji t satu pihak untuk memperoleh kesimpulan.

Setelah dilakukan uji prasyarat, perhitungan dilanjutkan dengan uji t satu pihak. Hasil perhitungan uji t satu pihak dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Uji T Satu Pihak Data Postes

t-test for Equality of Means

t Df

Sig.

(2- tailed)

Mean Difference Gab_Postest Equal

variances assumed

2.612 58 .011 2.133 Equal

variances not assumed

2.612 56.949 .011 2.133

Untuk uji satu pihak nilai Sig. dibagi dua yaitu 0,005, sehingga H0 ditolak.

Artinya rata-rata pencapaian kemampuan literasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata pencapaian kemampuan literasi matematis siswa kelas kontrol.

3. Pengkategorian Pencapaian Akhir KLM

Hasil dari postes kemampuan literasi matematis kelas eksperimen dan kontrol dikategorikan menjadi tiga kelas, yaitu

59 siswa kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah.

Persentase kategori di kelas eksperimen siswa yang memperoleh kategori tinggi sebanyak 8 orang, kategori sedang 20 orang dan kategori rendah 2 orang. Dan perolehan di kelas kontrol yang termasuk kategori tinggi 3 orang, kategori sedang 16 orang dan kategori rendah 11 orang.

4. Peningkatan Kemampuan Literasi Matematis Siswa

Peningkatan kemampuan literasi matematis kelas eksperimen dan kontrol diolah dengan menggunakan statistika dekriptif sehingga diperoleh rata-rata, simpangan baku, varians, skor tertinggi dan terendah. Data yang digunakan adalah data gain.

Selanjutnya dilakukan analisis inferensial untuk memperoleh kesimpulan apakah peningkatan kemampuan literasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Analisis data gain pada penelitian ini terdiri dari uji prasyarat dan dilanjut dengan uji T satu pihak untuk memperoleh kesimpulan.

Setelah dilakukan uji prasyarat, perhitungan dilanjutkan dengan uji T satu pihak. Hasil perhitungan uji T satu pihak dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Uji T satu pihak Data Gain

t-test for Equality of Means

T Df

Sig. (2- tailed)

Mean Differe nce Gab_Gai

n

Equal variances assumed

1.750 58 .085 .11633 Equal

variances not assumed

1.750 55.5

34 .086 .11633

Untuk uji satu pihak nilai Sig. dibagi dua yaitu 0,042, sehingga H0 ditolak.

Artinya rata-rata peningkatan kemampuan literasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata peningkatan kemampuan literasi matematis siswa kelas kontrol.

Pembahasan Kemampuan Literasi Matematis Siswa

Hasil analisis menunjukkan bahwa pencapaian akhir dan peningkatan kemampuan literasi matematis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal tersebut berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa.

Faktor yang menyebabkan pendekatan RME dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis adalah prinsip pada RME yaitu penemuan kembali secara terbimbing. Prinsip ini menekankan

“penemuan kembali” secara terbimbing.

Melalui topik-topik tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan yang sama untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematika. Setiap siswa juga diberi kesempatan yang sama untuk merasakan situasi dan mengalami masalah kontekstual yang memiliki berbagai kemungkinan solusi. Dalam prosesnya dapat diberikan bimbingan yang diperlukan. Jadi pembelajaran dimulai dengan masalah kontekstual atau real/nyata meski hanya dengan membayangkannya, dan selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan dapat menemukan kembali sifat, definisi dan lainnya itu (Soejadi, 2007). Hal terakhir menunjukkan kesesuiannya dengan paham konstruktivisme kognitif oleh Piaget (Suyono dan Hariyanto, 2011: 108) yang meyakini bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari seseorang kepada orang lain tanpa aktivitas yang dilakukan sendiri oleh orang yang akan mengetahui pengetahuan tersebut. Selain konstruktivisme kognitif Piaget, pembelajaran dengan pendekatan RME pada penelitian ini juga menggunakan pembelajaran berkelompok sehingga sesuai pula dengan teori konstruktivisme sosial Vygotsky. Dampak dari gabungan penerapan konstrukstivisme kognitif dan sosial terhadap tujuan pendidikan adalah menghasilkan individu

60 atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi (Suyono dan Hariyanto, 2011: 122). Hal ini menjelaskan mengapa pencapaian akhir dan peningkatan kemampuan literasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan RME lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan biasa.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

Pencapaian dan peningkatan kemampuan literasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics Education lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa.

E. Referensi

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Balitbang. 2011. Survei International PISA Diakses 13 Oktober 2016. [Online]

di http://litbang.kemdikbud.go.id/in dex.php/survei-internatioanl-pisa.

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Jakarta: Depdiknas.

PISA. 2012. Mathematics Framework.

Diakses 17 Oktober 2016. [Online]

di http://www.oecd.org/pisa/pisapro ducts/46961598.pdf.

PISA. 2016. Programme for International Student Assessment (PISA). Diakses 22 Desember 2016. [Online] di www.oecd.org.edu/pisa.

Sugiyono. 2010. Statsistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta. Bandung.

61

Effectiveness of Linear Program Module In Improving Ability of

Garis besar

Dokumen terkait