• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN PENDEKATAN DEDUKTIF BERBASIS LKPD DI SMA NEGERI 60 JAKARTA

159

PERBEDAAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

160

yang dapat disingkat menjadi Lembar Kerja Peserta Didik.

Menurut Mulyasa, bahwa kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh memalui pembelajaran dan pelatihan (Mulyasa, 2013).Kebisaan seseorang yang dimiliki sejak lahir dan dapat menjadi mahir jika dilatih secara terus-menerus untuk memudahkannya dalam melakukan suatu kegiatan untuk bertindak, supaya menghasilkan hal yang ingin dicapai.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu kebisaan seseorang yang dimiliki sejak lahir dan dapat menjadi mahir jika dilatih secara terus-menerus untuk memudahkannya dalam melakukan suatu kegiatan untuk bertindak, supaya menghasilkan hal yang ingin dicapai.

Terjemahan dari penalaran adalah reasoning. Copi menyatakan bahwa

Reasoning is a special kind of thinking in which inference takes place, in which conclusion are drawn from premises

(Shadiq, 2014). Suatu proses berpikir untuk mendapatkan kesimpulan berdasarkan peryataan-pernyataan yang benar atau yang disebut sebagai premis.Menurut Kraf dalam Ruslan, penalaran merupakan proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta- fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan (Ruslan, 2013). Penalaran yaitu proses untuk menyimpulkan suatu permasalahan guna mendapatkan solusi.

Menurut Wina Sanjaya, “Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran” (Sanjaya, 2013).Pada hakikatnya pada pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yakni menjelaskan materi belajar secara sistematis yang nantinya dapat konkonstruksikan pemahaman atau presepsi peserta didik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan hasil belajar matematika peserta didik dengan

penggunaan pendekatan induktif dan pendekatan deduktif yang berbasis LKPD.

B. Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yang termasuk jenis Pre-Experiment Design. Menurtut Suharsimi Arikunto, metode pre- eksperimen sering kali dipandang sebagai

eksperimen yang tidak

sebenarnya(Suharsimi, 2013).Pada motede ekperimen ini termasuk eksperimen yang belum sesungguhnya.Faktor yang membuat metode eksperimen ini belum menjadi yang sebenarnya adalah karena adanya variabel luar yang ikut berpengaruh.

Desain eksperimen pada penelitian ini termasuk desain satu variabel bebas, yakni desain pre-eksperimen dengan jenis perbandingan kelompok statik.Kelas penelitian diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu pada kelas eksperimen 1 diberi pendekatan induktif berbasis LKPD dan pada kelas eksperimen 2 diberi pendekatan deduktif berbasis LKPD.Data hasil penelitian diperoleh menggunakan metode tes tertulis dengan instrumen soal tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan penalaran peserta didik.

Rancangan penelitian sebagai berikut:

O O Gambar 1 Desain Penelitian Keterangan:

: Perlakuan menggunakan Pendekatan Induktif Berbasis LKPD

: Perlakuan menggunakan Pendekatan Deduktif Berbasis LKPD

O :Tes akhir untuk mengukur kemampuan penalaran matematis pesertadidik

: Subjek tidak dipilih secara acak Terdapat 4 indikator kemampuan penalaran matematis yang digunakan.

161 Tabel 1

Indikator KemampuanPenalaran Matematis

No. Indikator Kemampuan Penalaran Matematis 1 Mampu memanipulasi matematika.

2 Mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar.

3 Mampu menarik kesimpulan dari pernyataan.

4 Mampu memperkirakan jawaban atau kesimpulan serta proses penyelesaiannya.

Soal uraian yang diberikan kepada peserta didik digunakan untuk mengukur perbedaan kemampuan penalaran matematis peserta didik selama proses pembelajaran yang telah dilakukan pada

masing-masing kelas

eksperimen.Berdasarkan hasil perhitungan analisis uji validitas soal uji coba instrumen diperoleh 4 butir soal validdiperoleh dengan klasifikasi sukar sebanyak 3 butir soal dan 1 butir soal dengan klasifikasi sedang.Instrumen yang digunakan reliabel.

C. Hasil dan Pembahasan

Dijelaskan hasil analisis yaitu; uji kesetaraan, uji prasyarat, uji hipotesis dan pembahasan hasil dari penelitian.

Berdasarkan hasil dari analisis perhitungan distribusi normal kelas eksperimen 1 pada taraf signifikan 0,05 atau 5% dan jumlah peserta didik sebanyak 34 orang.

DidapatLhitung=(0,08)<(0,15)=Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa data pada kelas eksperimen 1 berdistribusi normal.Berdasarkan hasil dari analisis perhitungan distribusi normal kelas eksperimen 2 pada taraf signifikan 0,05 dan jumlah peserta didik sebanyak 36 orang, didapat Lhitung=(0,07)<(0,14)=Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa data pada kelas eksperimen 2 juga berdistribusi normal.Berdasarkan hasil perhitungan, harga Fhitung sebesar 1,40 terletak diantara 0,56 dan 1,76 (0,56 < 1,40 < 1,76 ) pada taraf signifikan sebesar 0,05. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua kelas tersebut memiliki varians yang sama atau memiliki varians homogen.

Hasil pengujian persyaratan analisis yang meliputi uji homogenitas dan uji normalitas diketahui bahwa kedua kelas

berada pada distribusi normal dan kondisi yang homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis penelitian menggunakan uji-t diperoleh nilai

.Dengan demikian, ditolak pada taraf signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis peserta didik dengan pendekatan induktif dan pendekatan deduktif berbasis LKPD di SMAN 60 Jakarta.

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari data penelitian hasil kemampuan penalaran matematis peserta didik kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 2

Data Setelah Perlakuan

Keterangan K.E 1 K.E 2

Peserta Didik 34 36

Skor Tertinggi 52 54

Skor Terendah 36 33

Mean 46,17 43,96

Modus 45 45 dan 47

Varians 12,57 17,64

Simpangan Baku 3,54 4,20

Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa kelas eksperimen 1 memiliki jumlah peserta didik sebanyak 34 orang dengan skor tertinggi 52 poin dan skor terendah 36 poin serta rata-ratanya sebesar 46,17.

Sementara, pada kelas eksperimen 2 memiliki jumlah peserta didik 36 orang, dengan skor tertinggi 54 poin dan skor terendah 33 poin serta rata-ratanya sebesar 43,19.

Hasil penelitian kelas eksperimen 1 dapat dipaparkan dalam bentuk daftar tabel distribusi frekuensi yang dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3

Daftar Distribusi FrekuensiHasil Kemampuan Penalaran MatematisPeserta

DidikKelas Eksperimen 1

Berdasarkan Tabel 3 hasil distribusi frekuensi kemampuan penalaran matematis peserta didik kelas eksperimen 1 tersebut dapat pula disajikan dalam

162

bentuk histogram dan poligon, berikutgambarnya:

Gambar 4.1

Histogram dan Poligon Kemampuan Penalaran Matematis Peserta Didik Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen 1

Pada grafik dan tabel yang disajikan dapat dilihat bahwa peserta didik dominan memperoleh skor hasil kemampuan penalaran matematis peserta didik antara 45–47 sebanyak 13 peserta didik atau sebesar 38,24%. Skor tertinggi pada rentang 51–53 sebanyak 2 peserta didik atau sebesar 5,88%. Sementara skor terendah terletak pada rentang 36–38 sebanyak 1 peserta didik atau sebesar 2,94%.

Hasil penelitian kelas eksperimen 2 dapat dipaparkan dalam bentuk daftar tabel distribusi frekuensi yang dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 4

Daftar Distribusi FrekuensiHasil Kemampuan Penalaran Matematis Peserta

DidikKelas Eksperimen 2

Berdasarkan Tabel 4 hasil distribusi frekuensi kemampuan penalaran matematis peserta didik kelas eksperimen 2 tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk histogram dan poligon, berikut adalah gambarnya:

Gambar 2 Histogram dan Poligon

KemampuanPenalaran Matematis Peserta Didik Distribusi Frekuensi Kelas

Eksperimen2

Pada grafik dan tabel yang disajikan dapat dilihat bahwa peserta didik dominan memperoleh skor hasil kemampuan penalaran matematis peserta didik antara 45–48 sebanyak 15 peserta didik atau sebesar 41,67%. Skor tertinggi pada rentang 53–56 sebanyak 1 peserta didik atau sebesar 2,78%. Sementara skor terendah terletak pada rentang 33–36 sebanyak 1 peserta didik atau sebesar 2,78%.

Penelitian ini terdapat dua kelas yaitu kelas ekperimen 1 dan kelas eksperimen 2.Yang dimana kelas XI MIPA 3 sebagai kelas eksperimen 1 dengan proses belajar menggunakan pendekatan induktif berbasis LKPD sebanyak 34 peserta didik dan kelas XI MIPA 4 sebagai kelas eksperimen 2 dengan proses belajar menggunakan pendekatan deduktif berbasis LKPD sebanyak 36 peserta didik.

Proses belajar di kelas eksperimen 1 menggunakan pendekatan induktif, diawali dengan memberikan penjelasan mengenai peta konsep pada pokok bahasan program linier. Dan selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran.Tahap selanjutnya guru menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep.Peserta didik dibimbing agar dapat menanggapi serata menyusun jawaban sementara yang bersifat umum berdasarkan penalarannya, dan kemudian berdiskusi mengerjakan LKPD dalam kelompoknya masing-masing.Selanjutnya peserta didik maju menjelaskan hasil diskusinya dan memberikan kesimpulan kmengenai konsep atau aturan umum pada materi tersebut.

163 Pembelajaran di kelas eksperimen 2 menggunakan pendekatan deduktif, mulanya guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya, kemudian peserta didik dibimbing agar dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum.

Langkah selanjutnya yaitu siswa berdiskusi untuk mengerjakan LKPD dengan kelompoknya masing-masing yang terdiri dari 2 peserta didik, dan diakhiri dengan menyimpulkan hasil diskusi mereka.

Tes kemampuan penalaran matematis peserta didik pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dikerjakan secara individu.Berdasarkan hasil jawaban peserta didik terdapat peserta didik yang sudah dapat menguasai pernalaran matematis, namun tidak dipungkiri juga bahwa terdapat pula peserta didik yang belum sepenuhnya menguasai.

Tabel 5

Rekapitulasi Tes KemampuanPenalaran Matematis Peserta Didik

Kelas Skor

Ideal Rerata Skor Presentase E. 1

56 46,17 82,46%

E. 2 43,69 81,60%

Berdasarkan tabel 5 dijelaskan bahwa rata-rata skor kelas eksperimen 1 sebesar 46,17 atau sebesar 82,46%. Sedangkan pada kelas eksperiemn 2, rata-rata skornya sebesar 43,69 atau sebesar 81,60%.

Terlihat bahwa rata-rata kemampuan penalaran matematis kelas eksperimen 1 lebih unggul daripada kelas eksperimen 2.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perhitungan rata-rata kemampuan penalaran matematis peserta didik di SMAN 60 Jakarta dengan menggunakan pendekatan induktif berbasis LKPD lebih unggul dibandingkan pendekatan deduktif berbasis LKPD karena dalam proses pembelajaran peserta didik mampu mengembangkan penalarannya untuk menentukan suatu bentuk umum atau prinsip pada materi pembelajaran tersebut secara pribadi.

Antusias peserta didik sangat tinggi dalam proses pembelajaran pada kelas yang menggunakan pendekatan induktif.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis peserta didik dengan pendekatan induktif dan pendekatan deduktif berbasis LKPD.Bagian ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian secara ringkas disertai dengan saran-saran yang ditujukan untuk peneliti selanjutnya atau para pembaca secara umum.

E. Referensi

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Febrianti, Nola dkk. 2014. Penerapan Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Cerate and Share (SSCS) Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas XI IPS MAN 1 Model Bukittinggi.

Jurnal Pendidikan MIPA volume 1 no.1. hlm.1

Mulyasa. 2013. Menjadi Guru Profesional.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ruslan dan Santoso. 2013. Pengaruh

Pemberian Soal Open-Ended Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Jurnal Kreano, ISSN: 2086-2334

Sanjaya, Wina. 2013. Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Shadiq, Fadjar. 2014. Pembelajaran

Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu

164

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY

Garis besar

Dokumen terkait