PENDAHULUAN
Konteks Penelitian
Al-Ikhlashiyah Perampuan, sikapnya terhadap peran guru Akidah Akhlak dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, yang ada di MT. Mengingat pentingnya peran guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan kedisiplinan pada siswa kelas VIII tahun ajaran MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan”. .
Fokus Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
9. C. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru Akidah Akhlak dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas VIII MTs Al-Ikhlashiyah Perempuan pada tahun pelajaran.
Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Masih adanya siswa yang tidak sabar terhadap sesama dibuktikan dengan munculnya berbagai pelanggaran yang dilakukan siswa, baik normatif maupun etika, seperti tidak masuk sekolah tepat waktu, tidak memakai seragam, tidak memakai kaos kaki. , menyontek, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, berkelahi di kelas saat pelajaran dan proses pembelajaran, dan juga di luar kelas.
TelaahPustaka
Al-Ikhlashiyah Perampuan artinya peran guru Akidah Akhlak adalah untuk mensosialisasikan kedisiplinan siswa di MTs. Kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam mensosialisasikan kedisiplinan siswa kelas VIII MTs.
KerangkaTeori
- Hakikat Guru
- KedisiplinanSiswa
- Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Kedisiplinan
- Kerangka Berpikir
Metode Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Kehadiran Peneliti
- Lokasi Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Keabsahan Data
Untuk mendapatkan informasi atau data yang otentik dan faktual, peneliti melakukan wawancara dengan pihak yang berkepentingan yaitu dengan guru. Meong bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.”88 Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan judul yang digunakan peneliti, maka sumber data utama dalam penelitian ini adalah guru Aqid Akhlak kelas VIII di MTs. Dari kedua jenis data observasi diatas, peneliti memilih jenis yang kedua yaitu observasi non partisipan, dimana peneliti hadir di tempat penelitian hanya untuk mendapatkan data terkait peran guru Aqidah Akhlak dalam mendorong kedisiplinan siswa, keterbatasan dan tingkat keberhasilan guru Akidah Akhlak dalam pembinaan kedisiplinan siswa kelas VIII MT.
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan melihat sumber dokumen yang berhubungan dengan jenis data yang diperlukan. Analisis diperlukan untuk menyusun data yang telah diperoleh secara sistematis agar mudah dipahami dan dipertanggungjawabkan. Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu perlu dilakukan pencatatan secara cermat dan detail.
Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan dan pencarian data selanjutnya jika diperlukan. Triangulasi dengan teori ini juga digunakan untuk membandingkan data penelitian dengan berbagai teori lain sehingga terdukung tingkat keabsahan data yang diperoleh.
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
- Sejarah Berdirinya MTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan
- Letak Geografis MTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan
- Keadaan Saranadan PrasaranaMTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan 41
- Keadaan Guru dan Pegawai MTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan
- Visidan Misi MTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan
- Peraturan DisiplinSiswaMTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan
- Struktur Organisasi MTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan
Berbagai bentuk peran guru Akidah Akhlak telah diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar dan di luar proses belajar mengajar. Berbagai peran guru Aqidah Akhlak telah disiapkan sebagai upaya memperjelas dan memperlancar tercapainya tujuan yang telah diputuskan untuk mencapai tujuan pendidikan disiplin di Madrasah. Berdasarkan hasil observasi, bahwa memang Ibu Uswatun Khasanah selaku guru Akidah Akhlak kelas VIII telah melaksanakan tugasnya dengan baik dengan menjelaskan materi yang diajarkan dan memberikan contoh sikap disiplin seperti masuk dan keluar kelas tepat waktu sesuai dengan ketentuan. kelas. jam masing-masing dari jam 8.30-9.20 tidak ada yang ribut dan tidak berbicara sendiri ketika guru menjelaskan materi yang disampaikan sampai selesai dan guru memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami.
Namun dengan guru Aqidah Akhlak yang selalu mencontohkan kedisiplinan dengan tepat waktu, berpakaian rapi, tidak ada bedanya dan diharapkan dapat diteladani oleh para siswa. Menurut Ibu Uswatun Khasanah selaku guru Akidah Akhlak, guru memberikan petunjuk atau bantuan kepada siswa yang tidak mengerjakan PR, malas belajar, ribut di kelas saat proses pembelajaran berlangsung, berbicara sendiri. Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, peneliti menemukan bahwa Ny. Uswatun Khasanah sebagai pengajar Akidah Akhlak di MT.
Menurut Uswatun Khasanah, guru Akidah Akhlak mengatakan tentang peran guru sebagai guru, “sebagai seorang guru, guru bertanggung jawab menyampaikan atau menyampaikan materi pelajaran dengan baik kepada siswa dan siswa juga menghayati dan memahami semua materi yang disampaikan oleh guru tersebut. peneliti melihat bahwa Uswatun Khasanah sebagai guru Aqidah hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab selama proses belajar mengajar.
Kendala-kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam
Karena jumlah siswa yang lebih banyak, guru mengalami kesulitan dalam mengelola kelas sehingga kegiatan pembelajaran sulit untuk dioptimalkan. Berdasarkan pengamatan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa memang jumlah siswa kelas VIII di MT. Kurangnya komunikasi yang dilakukan guru Akidah Akhlak dengan siswa akan mempengaruhi perilaku siswa di dalam kelas maupun di luar kelas, karena jika komunikasi langsung jarang dilakukan oleh guru dengan siswanya, maka.
Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, peneliti melihat bahwa Ny. Uswatun Khasanah adalah guru Akidah Akhlak di kelas VIII MTs. Kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam memerankan diri sebagai motivator dalam pembelajaran adalah: Guru kurang memahami perbedaan karakter siswa. Jumlah siswa yang banyak (30) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya penerapan kedisiplinan, karena setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda dan guru tidak begitu mudah untuk mendekati dan memotivasi siswa, karena mengingat guru dan siswa hanya bertemu. seminggu sekali di kelas.
Karena kelas Akidah Akhlak hanya seminggu sekali dan tentunya pertemuan dan komunikasi saya dengan siswa di kelas hanya seminggu sekali selama di kelas. Perampuan Al-Ikhlashiyah memiliki karakter yang berbeda-beda, peneliti mengamati dari keadaan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, ada 3 siswa yang tidur di dalam kelas, ada juga 10 orang yang bosan dan jenuh saat belajar, pada saat akidah. Guru Akhlak ditransfer 86.
Tingkat keberhasilan Guru Akidah Akhlak Dalam Membina
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VIII MTs. Berdasarkan perbandingan nilai ulangan harian dan nilai UTS siswa di atas, nilai UTS lebih tinggi dari nilai ulangan harian yaitu 81 > 67 sehingga terjadi peningkatan nilai disiplin kelas VIII MTs cuci sebesar 14%.
PEMBAHASAN
Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Kedisiplinan Siswa
Sebagai seorang pendidik, “guru tidak hanya menyampaikan ilmu kepada siswa, tetapi peran guru sebagai pendidik juga menanamkan nilai-nilai moral dan disiplin yang baik kepada siswa”.90. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti mengatakan bahwa sebagai pendidik disini guru mempelajari ilmunya dengan sabar, jujur, menambah wawasan dan ilmunya, tegas terhadap siswa ketika melanggar peraturan sekolah dan berlaku adil kepada semua siswanya. Teori ini sesuai dengan pendapat Uswatun Khasanah selaku guru Akidah Akhlak mengenai peran guru sebagai guru mengatakan : “sebagai seorang guru guru bertanggung jawab untuk mentransfer atau menyampaikan mata pelajaran kepada siswa dengan baik dan siswa dapat menghayati dan memahami semua materi yang disampaikan oleh guru.
Sebagai pembimbing, “guru diharapkan mampu mengenal dan memahami setiap siswa, baik secara individu maupun kelompok serta membantu setiap siswa mengatasi masalah pribadi yang dihadapinya”. Teori di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Uswatun Khasanah selaku guru Akidah Akhlak bahwa guru sebagai pembimbing telah memberikan pendampingan atau bimbingan kepada siswa dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru memberikan arahan atau bantuan kepada siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, malas belajar, dan selalu diam di kelas saat ditanya guru, serta suka membuat kegaduhan di kelas selama proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, guru Akidah Akhlak sebagai pembimbing selalu memberikan petunjuk atau bantuan kepada siswa dan setelah pembelajaran berakhir atau selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, guru Akidah Akhlak selalu memberikan motivasi kepada siswa selama pembelajaran yaitu dengan memberikan pujian kepada siswa yang selalu mentaati peraturan di sekolah.
Kendala-kendala yang dihadapi guru Akidah Akhlak dalam
Al-Ikhlashiyah Perampuan memiliki jumlah siswa terbanyak diantara kelas lainnya, dimana jumlah siswa di kelas VIII adalah 30 siswa, sedangkan jumlah siswa di kelas lainnya hanya sekitar 15-20 orang. Karena jumlah siswa yang lebih banyak, guru kesulitan mengatur kelas sehingga sulit untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Keakraban dengan peserta didik membutuhkan upaya besar dari seorang guru, dan cara terbaik untuk melakukannya.
Teori di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Uswatun Khasanah yang mengatakan : “Kurangnya komunikasi antara guru Akidah Akhlak dengan siswa akan mempengaruhi perilaku siswa di dalam kelas maupun di luar kelas karena jika komunikasi langsung jarang melalui guru ke siswanya, akan membuat siswa melakukan apa yang diinginkannya tanpa mendengarkan perintah dan nasehat guru.Hubungan yang baik dengan siswa memudahkan guru memberikan bimbingan untuk kemajuan dan perkembangan dukungan siswa.Teori di atas sejalan dengan apa Uswatun Khasanah mengemukakan, yaitu “mengetahui bahwa peserta didik merupakan suatu keharusan bagi guru dalam melaksanakan tugas pendidikan.
Memang keadaan individu siswa tidak sama karena mereka berasal dari latar belakang dan keluarga yang berbeda. Mengenal siswa merupakan suatu keharusan bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajar, karena bagaimanapun juga kepribadian siswa tidak sama karena berasal dari latar belakang dan keluarga yang berbeda.
Tingkat keberhasilan Guru Akidah Akhlak Dalam Membina
Perampuan Al-Ikhlashiyah memang memiliki karakter yang berbeda-beda, peneliti melihat dari keadaan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, ada 3 siswa yang tidur di kelas, ada juga 10 orang yang bosan dan jenuh dalam pembelajaran saat Guru Akidah Akhlak menyampaikan materi dan memberikan nasehat, ada 3 siswa yang tidak memperhatikan perkataan guru. Untuk mengetahui seberapa sukses guru Akidah Akhlak dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa VIII. kelas di MT. Al-Ikhlashiyah Perampuan, dapat dilihat dengan membandingkan nilai rata-rata siswa pada ulangan harian sebesar 67 dengan nilai rata-rata ujian tengah semester siswa sebesar 81.
Kemudian nilai UTS lebih tinggi dari nilai ulangan harian yaitu 81 > 67, sehingga terjadi peningkatan nilai sebesar 14. Al-Ikhlashiyah Putri Tahun Ajaran, yaitu: Peran guru sebagai pendidik, Peran guru sebagai pengajar, Peran guru sebagai pembimbing, dan Peran guru sebagai motivator. Al-Ikhlashiyah Perampuan tahun ajaran 2016/2017 yaitu keterbatasan sebagai pendidik kurangnya sarana dan prasarana serta jumlah siswa yang banyak, keterbatasan guru Akidah Akhlak sebagai pembimbing yaitu kurangnya komunikasi antara guru dengan siswa dan kurangnya pemahaman tentang keadaan individu dan karakter siswa, dan kendala guru Akidah Akhlak sebagai motivator adalah guru kurang memahami karakter siswa.
Tingkat keberhasilan guru Akidah Akhlak dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dibuktikan dengan rata-rata nilai ulangan harian siswa sebesar 67 dan rata-rata nilai UTS sebesar 81. Al-Ikhlashiyah Perampuan dapat mendorong dan menegakkan disiplin siswa yang diterapkan serta mengatur lebih banyak aturan. Madrasah yang ada, agar siswa lebih disiplin dan bertanggung jawab dalam berperilaku.
PENUTUP
Simpulan
Saran
Para siswa diharapkan untuk selalu mentaati tata tertib Madrasah, karena pembiasaan disiplin pada setiap siswa dapat meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Achsanuddin, 2013, Program Pengalaman Lapangan, LEPPIM IAIN Mataram Agus Soejanto, 1995, Bimbingan Menuju Sukses Belajar, Jakarta: Rineka.