C. Tahap Pasca Operasi
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja (1) Kelancaran lalulintas
Bangkitan arus lalulintas selama tahap konstruksi yang diakibatkan oleh lalulintas angkutan material (kendaraan pengangkut pipa baja) akan menciptakan tundaan lalulintas, khususnya di ruas jalan yang menghubungkan Kintom-Batui-Toili. Diperkirakan lalulintas angkutan tersebut yang melintas maksimum sebesar 10 kendaraan/jam atau 100 kendaraan/hari, maka kinerja ruas jalan adalah sebagai berikut.
Tabel 5.3. Kinerja Ruas Jalan Ada Kegiatan Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan
Jam sibuk
RLA
Skala Ada kegiatan konst Skala V (smp/j) (smp/j)C (V/C)DS (smp/j)V (smp/j)C (V/C)DS Ruas Kintom-Batui Pagi 108 2.620 0,060 5 128 2.406 0,048 5 Siang 96 2620 0,036 5 116 2.552 0.044 5 Sore 54 2620 0,020 5 74 2574 0.028 5 Ruas Batui-Toili Pagi 92 2.620 0,035 5 112 2.406 0,047 5 Siang 76 2620 0,029 5 96 2.552 0,038 5 Sore 44 2620 0,016 5 64 2574 0,025 5
Ruas Toili-Toili Barat
Pagi 74 2.620 0,0282 5 94 2.406 0,039 5
Siang 52 2620 0,0198 5 74 2.552 0,029 5
Sore 36 2620 0,0137 5 56 2574 0,022 5
Sumber: Pengolahan Data Lapangan dengan MKJI, Tahun 2007
Berdasarkan hasil hitungan dengan metoda MKJI dapat diperkirakan bahwa adanya tambahan lalulintas kendaraan pengangkut material tidak mengubah skala kualitas lingkungan pada parameter kelancaraan lalulintas. Dengan demikian besaran dampaknya adalah nihil (besaran dampak nol).
(2) Keselamatan berlalulintas
Kondisi rona awal lingkungan untuk parameter keselamatan pengguna jalan dapat diinformasikan bahwa sudah cukup rawan terjadi kecelakaan {(skala 3 atau Tingkat Kerawanan Lalulintas (TKRi) = 3,3)}, sehingga adanya bangkitan lalulintas kendaraan pengangkut material dan peralatan konstruksi diperkirakan akan meningkatkan jumlah kejadian kecelakaan menjadi 2 kali selama tahap konstruksi per tahun. ) kecelakaan rawan 1/sangat (skala 5,9 365 x 929 6 10 x 2 i TKR
Dengan demikian skala kualitas lingkungan yang semula skala 3 (agak rawan kecelakaan) menjadi skala 1 (sangat rawan kecelakaan), sehingga besaran dampaknya menjadi – 2 (negatif 2).
Hal ini disebabkan oleh faktor sebagai berikut:
lebar perkerasan minimal untuk lalulintas hanya 4,5 meter (kurang dari 5,5 meter),
banyaknya hewan ternak yang dibiarkan di pinggir jalan
banyaknya pejalan kaki yang berjalan di badan jalan
kecepatan laju kendaraan rata-rata di jalan lurus berkisar 60-70 km/jam
adanya penyempitan jalan akibat penggunaan parkir di badan jalan (kawasan perkotaan/perdagangan)
penyempitan lebar jalan di jembatanKeselamatan pengguna jalan perlu diperhatikan, khususnya pada saat ada kendaraan pengangkut yang berukuran besar melewati kawasan pemukiman dan perkotaan. Manuver kendaraan pengangkut tersebut dapat membahayakan pengguna jalan lain yang diakibatkan oleh sempitnya ruas jalan dan jembatan, pejalan kaki di badan jalan maupun adanya hewan ternak yang berkeliaran di perkerasan jalan. Bila pengguna jalan kurang waspada dapat terjadi kecelakaan. Berdasarkan tingkat kepentingan dampak dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang akan terkena dampak dari adanya manuver kendaraan pengangkut peralatan dan material adalah pengguna jalan propinsi mulai dari
Luwuk sampai Toili Barat. Kondisi rona awal sudah pada kategori agak rawan kecelakaan, sehingga dikhawatirkan adanya kendaraan berat tersebut akan menambah tingkat kerawanan terhadap kecelakaan, sehingga dampak yang terjadi dapat dianggap penting (P).
b) Luas wilayah sebaran dampak
Daerah yang akan terkena dampak akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material adalah seluruh jalan yang dijadikan rute angkutan material, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting (P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Gangguan yang diakibatkan oleh adanya mobilisasi peralatan selama tahap konstruksi, maka dampak yang terjadi dianggap penting (P).
d) Banyaknya komponen lainnya yang terkena dampak
Adanya mobilisasi peralatan menuju ke lokasi tapak proyek berdampak pada komponen lain, yaitu keresahan khususnya bagi pengguna jalan lain (gangguan kenyamanan dan rawan kecelakaan), sehingga dampak negatif ditimbulkan dianggap penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak lingkungan
Kegiatan transportasi akibat mobilisasi kendaraan pengangkut hanya berdampak sesaat saja, sehingga dampak yang terjadi dianggap tidak penting (TP).
f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak yang ditimbulkan oleh adanya intensitas kegiatan angkutan material yang melakukan manuver di jalan raya hanya bersifat sementara, yaitu pada saat kendaraan angkutan akan melintas kawasan di sekitar jalan. Dengan demikian dampak yang terjadi tidak dianggap penting (TP).
(3) Kerusakan jalan dan jembatan
Kondisi jalan dan jembatan saat ini secara umum masih baik, namun pada tempat-tempat tertentu rawan terhadap longsor dan stabilitas badan jalan. Kerusakan jalan dan jembatan umumnya diakibatkan oleh adanya faktor alam (banjir) di musim penghujan.
Jenis kerusakan jalan yang ada di wilayah studi dapat dibedakan sebagai berikut: Jalan bergelombang, akibat lemahnya daya dukung tanah dasar (akibat tergenang
air/banjir) atau saluran drainase jalan yang kurang berfungsi serta adanya lalulintas angkutan barang, seperti truk pengangkut CPO berukuran besar serta angkutan barang untuk mengangkut hasil bumi.
Erosi pada badan jalan akibat gerusan ombak
Runtuhnya pangkal jembatan (Abutment),akibat erosi sungai.
Adanya bangkitan lalulintas kendaraan pengangkut material/bahan konstruksi dengan MST > 8 ton dan pembebanan yang berulang, akan mempercepat tingkat kerusakan jalan dan jembatan.
Dasar penentuan skala kualitas lingkungan untuk parameter kerusakan jalan adalah dari selisih nilai ITP (Indeks Tebal Perkerasan) sebelum ada kegiatan dibandingkan dengan setelah ada kegiatan. Untuk menentukan ITP masing-masing lokasi ruas jalan di dasarkan asumsi sebagai berikut.
CBR tanah dasar = 5 % Curah hujan 900 mm/tahun Kelandaian: < 6%
Adanya angkutan material dengan menggunakan Dump Truck(DT) selama masa pelaksanaan pekerjaan.
Kerusakan terjadi bila: ITP1< ITP2
Prakiraan dampak kerusakan untuk ruas jalan di masing-masing ruas jalan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5.4. Lintas Ekivalen Rencana Kegiatan di Tiap Lokasi
Ruas Jalan BB BS Kondisi rona awalTB TS MP DT LEP Kondisi Mobilisasi Kendaraan MaterialBB BS TB TS MP DT LEA Kintom-Batui 0 0 0 9 14 0 2,70 0 0 50 11 18 50 60,90 Batui-Toili 0 0 0 18 46 0 5,40 0 0 50 23 59 50 64,35 Toili-Toili Barat 0 0 0 16 52 0 4,83 0 0 50 20 66 50 63,62
Tabel 5.5. Indeks Tebal Perkerasan di Tiap Lokasi
Ruas Jalan ITP1 LEP LEA LET LER ITP2 Ket
Kintom-Batui 5,45 2,70 60,90 31,80 15,90 5,80 ITP1 < ITP2
Batui-Toili 5,30 5,40 64,35 34,88 17,44 5,50 ITP1 < ITP3
Toili-Toili Barat 5,30 4,83 63,62 34,22 17,11 5,60 ITP1 < ITP4
Keterangan: KR : Kendaraan Ringan TK : Truk Kecil TS : Truk Sedang TB : Truk Berat BB : Bus Besar
LEP : Lintas Ekivalen Permulaan
LET : Lintas Ekivalen Tengah LEA : Lintas Ekivalen Akhir LER : Lintas Ekivalen Rencana LHR : Lalulintas Harian Rata-rata
ITP1: Indeks Tebal Perkerasan sebelum ada kegiatan ITP2: Indeks Tebal Perkerasan setelah ada kegiatan
Dengan demikian demikian skala kualitas tingkat kerusakan jalan yang semula skala 3 (sedang) akan turun menjadi skala 1 (sangat jelek), sehingga besaran dampaknya menjadi – 2 (negatif 2).
Rute angkutan material akan melalui jalan lingkungan yang hanya merupakan jalan tanah diperkeras batu (Makadam), sehingga diprakirakan akan mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan perkerasan jalan tidak mampu mendukung beban kendaraan yang tinggi (MST > 10 Ton). Berdasarkan tingkat kepentingan dampak akibat kegiatan mobilisasi peralatan, dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Jumlah manusia yang terkena dampak
Manusia yang akan terkena dampak adalah pengguna jalan yang kebetulan melalui ruas jalan yang digunakan sebagai rute mobilisasi peralatan. Kerusakan jalan akan mengakibatkan ketidaknyamanan pengguna jalan lain, sehingga dampak yang terjadi dapat dianggap penting (P).
b) Luas wilayah sebaran dampak
Daerah yang akan terkena dampak berada di wilayah Kintom, sehingga bila terjadi kerusakan jembatan akan memutuskan jalur transportasi di ruas tersebut, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting ( P).
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Mobilisasi ini dilakukan selama kegiatan konstruksi, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting (P).
d) Banyaknya komponen lainnya yang terkena dampak
Adanya mobilitas kendaraan pengangkut yang keluar masuk lokasi tapak proyek berdampak pada komponen lain, yaitu keresahan khususnya bagi pengguna jalan lain (gangguan kenyamanan dan rawan kecelakaan), sehingga dampak negatif ditimbulkan dianggap penting (P).
e) Sifat kumulatif dampak lingkungan
Kerusakan jalan/jembatan apabila tidak segera diperbaiki akan bertambah besar/bersifat akumulatf, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting (P). f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kerusakan jalan/jembatan tidak dapat kembali seperti semula sebelum ada perbaikan jalan, sehingga dampak yang terjadi dianggap penting (P).
2. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas