• Tidak ada hasil yang ditemukan

Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas lainnya di Padang (Alternatif 2)

Dalam dokumen Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING (Halaman 165-169)

A. Tahap Prakonstruksi

2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas lainnya di Padang (Alternatif 2)

Kegiatan operasional kilang LNG dan fasilitas pendukungnya di Padang diprakirakan akan berdampak pada biota air laut. Limbah cair dari kegiatan operasional kilang LNG, sebelum dialirkan ke laut akan diolah dahulu, sehingga kualitasnya memenuhi baku mutu. Namun demikian kualitas air yang dibuang tetap akan lebih buruk dibandingkan dengan keadaan awal. Kondisi populasi plankton, benthos yang semula skala 3 dengan indeks keanekaragaman sebesar 1,28 diprakirakan akan turun menjadi skala 2 dengan indeks keanekaragaman < 1. Dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan operasi kilang LNG, terhadap biota air laut adalah negatif kecil (-1). Demikian halnya dampak turunan kualitas air terhadap ikan juga relatif kecil (-1), sedangkan di lokasi ini tidak terdapat terumbu karang karena substrat dasar adalah berupa pasir yang tidak memungkinkan karang dapat tumbuh.

Tingkat kepentingan dampaknya adalah sebagai berikut: a) Jumlah manusia yang terkena dampak

Limbah cair dari kegiatan operasional kilang LNG dan fasilitas pendukungnya yang dibuang ke laut bebas menyebabkan dampak pada kualitas air laut dan berdampak turunan pada biota laut. Kelimpahan dan keanekaragaman plankton sebagai produsen utama maupun benthos akan berkurang, sehingga akan mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman ikan, sehingga akan berdampak langsung pada masyarakat yang biasa mencari ikan di perairan sekitar kegiatan. Oleh karena itu kategori dampak dari kegiatan ini menjadi penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak

Persebaran dampak terjadi pada wilayah yang relatif luas, sehingga dampak menjadi penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak relatif kecil namun berlangsung lama selama operasional, sehingga dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini sifatnya menjadi penting (P). d) Banyaknya komponen lain yang terkena dampak

Plankton merupakan produsen bagi tingkat konsumen (benthos,ikan). Penurunan produksi makanan akan mempengaruhi tingkat atasnya yang merupakan satu mata rantai makanan. Dengan demikian dampak kegiatan pada komponen lingkungan lain cukup banyak, dan oleh karenanya dampak ini sifatnya menjadi penting (P). e) Sifat kumulatif dampak

Sifat dampak tidak kumulatif, sehingga dampak yang ditimbulkan sifatnya menjadi tidak penting (TP).

f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak yang timbul berbalik, sehingga kategori dampak menjadi tidak penting (TP).

5.2.3. Komponen Sosial 5.2.3.1. Kependudukan A. Tahap Operasi

1. Penerimaan tenaga kerja

Pada tahap operasi khususnya pada kegiatan penerimaan tenaga kerja akan dipekerjakan sebanyak 300 orang tenaga kerja dengan perincian: 265 orang atau sekitar 88,33% merupakan tenagaunskill yang dapat diisi oleh penduduk lokal, dan 35 orang lainnya atau 11,67% merupakan tenagaskill dengan keahlian tertentu yang akan didatangkan dari luar daerah. Kondisi ini akan menyebabkan meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah studi dan diprakirakan akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya berbagai aktivitas operasional pengembangan gas ini. Kondisi kepadatan penduduk di wilayah studi saat ini adalah 27 jiwa/km2 yang termasuk dalam kriteria sangat baik (skala 5). Kedatangan para pekerja luar daerah tersebut tidak akan begitu berpengaruh terhadap kepadatan penduduk yang ada karena jumlahnya memang tidak banyak. Diprakirakan kenaikan kepadatan penduduk maksimal hanya akan menjadi sekitar 30 jiwa/km2 atau besaran dampaknya adalah negatif kecil (-1). Dengan demikian tingkat kepadatan penduduk akan turun menjadi baik atau mempunyai skala 4.

Derajat kepentingan dampak

a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak

Dari sekitar 300 orang yang akan terlibat sebagai tenaga kerja pada tahap operasi, sekitar 35 orang diantaranya merupakan tenaga skill dan umumnya akan diisi oleh pendatang dari luar daerah. Jumlah ini tidak akan begitu berpengaruh terhadap kondisi kependudukan. Dilihat dari jumlah manusia yang terkena dampak, kriteria ini termasuk dalam kategori tidak penting (TP).

b) Luas wilayah persebaran dampak

Para pendatang umumnya akan terkonsentrasi di suatu lokasi berdekatan dengan lokasi fasilitas operasi. Luas persebaran dampaknya menjadi tidak penting (TP). c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Meskipun para pekerja akan dipekerjakan selama operasional pengembangan gas ini, namun mengingat bahwa jumlah pekerja yang terlibat tidak banyak, maka intensitas dampak yang terjadi relatif kecil. Dengan demikian kriteria ini menjadi tidak penting (TP).

d) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak

Komponen lingkungan hdup lain yang terkena dampak adalah kesempatan usaha dan pendapatan masyarakat. Bobot dampaknya termasuk penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak

Dampak penerimaan tenaga kerja ini terhadap komposisi kependudukan tidak bersifat kumulatif. Bobot dampaknya tidak penting (TP).

f) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Sifat dampak komposisi kependudukan dapat terbalikkan ketika masa kerja berakhir dan tidak diperpanjang lagi. Bobot dampaknya tidak penting (TP).

5.2.3.2. Pola Kepemilikan Lahan (Alternatif-1 dan 2) A. Tahap Prakonstruksi

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

Luas lahan yang akan dibebaskan untuk berbagai fasilitas di bagian hilir adalah sekitar 300 Ha yang meliputi untuk lokasi kilang LNG, pelabuhan atau Pelabuhan Khusus serta fasilitas pendukungnya. Lahan yang akan dibebaskan berupa lahan kebun dan umumnya diusahakan dengan tanaman kelapa. Total luas lahan sawah, ladang/huma, tegal/kebun dan perkebunan yang ada di wilayah studi adalah sekitar 48.193,15 Ha; dengan perincian luas lahan sawah sekitar 14.528,05 Ha, ladang/ huma 2.338 Ha,

tegal/kebun 14.903,25 Ha dan perkebunan seluas 16.423,85 Ha. Rata-rata penguasaan atau kepemilikan lahan sawah oleh masyarakat adalah antara 2.501 – 25.000 m2 dan kepemilikan ladang serta kebun rata-rata adalah antara 5.001 – 50.000 Ha. Rata-rata kepemilikan sawah oleh penduduk adalah 1 Ha dan untuk ladang/kebun sekitar 3 Ha, sementara itu responden yang memiliki lahan sawah dengan status milik sendiri adalah sekitar 39,17% atau sekitar 0,65% dari total pemilik lahan; dan responden yang memiliki ladang/kebun adalah 73,75% atau sekitar 3,08% dari total pemilik lahan. Jika luas lahan yang akan dibebaskan untuk kegiatan di hilir adalah 300 Ha, maka akan terdapat sekitar 100 orang pemilik lahan kebun atau sekitar 0,57% dari total pemilik lahan kebun yang akan mengalami perubahan kepemilikan lahan. Mengingat bahwa lahan merupakan sumber mata pencaharian penduduk yang utama, dan dalam pengusahaannya umumnya melibatkan cukup banyak anggota keluarga, maka perubahan kepemilikan lahan sebesar 0,57% dikategorikan negatif sedang (-2). Dengan demikian pola kepemilikan lahan di wilayah studi yang semula kondisinya sedang (3) karena kepemilikan lahan oleh warga masyarakat sekitar 56,46%, akan turun menjadi sangat buruk atau berskala 1.

Derajat kepentingan dampak pembebasan lahan dan tanam tumbuh terhadap pola kepemilikan lahan adalah sebagai berikut.

a) Jumlah manusia terkena dampak

Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh untuk lokasi kilang LNG dan pelabuhan/Pelabuhan Khusus besera fasilitas pendukungnya berdampak terhadap pola kepemilikan lahan di sekitar tapak proyek. Lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan ini sekitar 300 Ha, jika rata-rata kepemilikan lahan ladang/kebun di sekitar tapak proyek sekitar 3 Ha setiap petani, maka terdapat sekitar 100 orang petani kebun atau sekitar 0,57% dari total pemilik lahan kebun yang akan kehilangan status kepemilikan lahannya. Perubahan kepemilikan lahan yang ada relatif kecil, namun mengingat bahwa lahan merupakan sumber mata pencaharian penduduk yang utama, maka perubahan yang ada akan sangat dirasakan oleh penduduk yang kehilangan lahannya. Oleh karena itu dampaknya dikategorikan sebagai dampak penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak

Luas wilayah persebaran dampak dinilai penting (P), karena meliputi 2 kecamatan di wilayah studi.

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Mengingat lahan merupakan sumber utama penghasilan penduduk, maka dilihat dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, bobot dampak perubahan kepemilikan lahan dikategorikan penting (P).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak

Komponen lingkungan lain yang terkena dampak akibat pengadaan lahan diantaranya adalah perubahan penggunaan lahan, hilangnya mata pencaharian dan turunnya pendapatan para petani dan buruh tani. Dampak yang timbul dapat dikategorikan penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak

Dampak yang ada tidak bersifat kumulatif sehingga dinilai tidak penting (TP). f) Berbalik tidak berbaliknya dampak

Dampak berupa perubahan status kepemilikan lahan tidak dapat berbalik, atau tidak dapat dipulihkan. Namun mengingat dalam perubahan kepemilikan lahan disertai dengan adanya penggantian atau kompensasi sesuai kesepakatan, maka dampaknya dikategorikan tidak penting (TP).

5.2.3.3. Pendapatan Masyarakat A. Tahap Konstruksi

Dalam dokumen Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING (Halaman 165-169)

Garis besar

Dokumen terkait