• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

Dalam dokumen Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING (Halaman 64-68)

B. Tahap Pasca Operasi 1. Revegetasi

1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh

Luas lahan yang akan dibebaskan untuk berbagai fasilitas di bagian hulu adalah sekitar 295 Ha yang meliputi: untuk lokasi 17 sumur pengembangan seluas 68 Ha, Manifold Station (MS) seluas 3 Ha,Block Station(BS) dan GPF seluas 30 Ha, jalur pipa “flow line” 14 Ha, jalur pipa “trunk line” 120 Ha dan pembuatan jalan baru atau peningkatan jalan yang sudah ada sekitar 60 Ha. Lahan yang akan dibebaskan umumnya berupa lahan sawah dan tegal atau kebun. Total luas lahan sawah, ladang/huma, tegal/kebun dan perkebunan yang ada di wilayah studi adalah sekitar 48.193,15 Ha; dengan perincian luas lahan sawah sekitar 14.528,05 Ha, ladang/huma 2.338 Ha, tegal/kebun 14.903,25 Ha dan perkebunan seluas 16.423,85 Ha. Rata-rata penguasaan atau

kepemilikan lahan sawah oleh masyarakat adalah antara 2.501 – 25.000 m2 dan kepemilikan ladang serta kebun rata adalah antara 5.001 – 50.000 Ha. Bila rata-rata kepemilikan sawah oleh penduduk adalah 1 Ha dan untuk ladang/kebun sekitar 3 Ha, diprakirakan luasan sawah yang ada di wilayah studi dimiliki oleh sekitar 14.528 orang dan untuk ladang/kebun sekitar 5.747 orang. Sementara itu responden yang memiliki lahan sawah dengan status milik sendiri adalah sekitar 39,17% atau sekitar 0,65% dari total pemilik lahan; dan responden yang memiliki ladang/kebun adalah 73,75% atau sekitar 3,08% dari total pemilik lahan. Jika luas lahan yang akan dibebaskan untuk kegiatan di hulu adalah 295 Ha, dan bila diasumsikan 25% diantaranya merupakan lahan sawah dan 75% lainnya berupa lahan kebun, maka akan terdapat sekitar 74 orang pemilik sawah atau 0,51% dari total pemilik lahan sawah dan 74 orang pemilik lahan kebun atau sekitar 1,28% dari total pemilik lahan kebun yang akan mengalami perubahan kepemilikan lahan. Dilihat dari persentasenya, jumlah penduduk yang akan kehilangan lahan memang relatif sangat kecil, namun mengingat bahwa lahan merupakan sumber mata pencaharian penduduk yang utama, maka meskipun persentase penduduk yang akan kehilangan lahannya kurang lebih hanya 1,79% dampaknya dikategorikan negatif sedang (-2). Dengan demikian pola kepemilikan lahan di wilayah studi yang semula kondisinya sedang (3) karena kepemilikan sawah dan ladang atau kebun oleh masyarakat sekitar 56,46% akan turun menjadi sangat buruk atau berskala 1.

Derajat kepentingan dampak pembebasan lahan dan tanam tumbuh terhadap pola kepemilikan lahan adalah sebagai berikut.

a) Jumlah manusia terkena dampak

Kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh untuk lokasi sumur pengembangan, MS, BS-GPF, jalur pipa, dan peningkatan atau pembuatan jalan baru akan berdampak terhadap pola kepemilikan lahan di sekitar tapak proyek. Lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan ini sekitar 295 Ha, jika rata-rata kepemilikan lahan sawah dan ladang/kebun di sekitar tapak proyek masing-masing sekitar 1 Ha dan 3 Ha setiap petani, maka terdapat sekitar 74 orang petani padi sawah atau sekitar 0,51% dari total pemilik lahan sawah dan 74 orang pemilik ladang/kebun atau sekitar 1,28% terhadap total pemilik ladang/kebun yang akan kehilangan status kepemilikan lahannya. Perubahan kepemilikan lahan yang ada relatif kecil, namun mengingat bahwa lahan merupakan sumber mata pencaharian penduduk yang utama, maka perubahan yang ada akan sangat dirasakan oleh penduduk yang kehilangan lahannya. Oleh karena itu dampaknya dikategorikan sebagai dampak penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak

Luas wilayah persebaran dampak dinilai penting (P), karena meliputi 3 kecamatan di wilayah studi.

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Mengingat lahan merupakan sumber utama penghasilan penduduk, maka dilihat dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, bobot dampak perubahan kepemilikan lahan dikategorikan penting (P).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak

Komponen lingkungan lain yang terkena dampak akibat pengadaan lahan diantaranya adalah perubahan penggunaan lahan, hilangnya mata pencaharian dan turunnya pendapatan para petani dan buruh tani. Dampak yang timbul dapat dikategorikan penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak

Dampak yang ada tidak bersifat kumulatif sehingga dinilai tidak penting (TP). f) Berbalik tidak berbaliknya dampak

Dampak berupa perubahan status kepemilikan lahan tidak dapat berbalik, atau tidak dapat dipulihkan. Namun mengingat dalam perubahan kepemilikan lahan disertai dengan adanya penggantian atau kompensasi sesuai kesepakatan, maka dampaknya dikategorikan tidak penting (TP).

5.1.3.3. Pendapatan Masyarakat A. Tahap Konstruksi

1. Pembukaan dan pematangan lahan

Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam kegiatan ini untuk bagian hulu khususnya adalah tenagaunskill sebanyak 157 orang yang potensial dapat diisi oleh tenaga kerja lokal. Tingkat pendapatan rata-rata keluarga responden dan masyarakat yang selama ini umumnya menekuni bidang pertanian berkisar hingga Rp. 750.000,00. Tingkat pendapatan sebesar ini termasuk dalam kriteria buruk atau mempunyai skala kualitas lingkungan 2. Kegiatan ini akan berdampak positif terhadap tingkat pendapatan warga masyarakat khususnya yang secara langsung terlibat dalam berbagai kegiatan konstruksi. Diprakirakan tingkat pendapatan mereka akan lebih besar dari UMK (Upah Minimum Kabupaten) yang berlaku. Tingkat penghasilan mereka bisa mencapai sekitar Rp. 1.000.000,00 per bulan. Kenaikan pendapatan secara langsung ini dapat dinikmati oleh tenaga kerja yang dapat terekrut oleh proyek yakni sekitar 1,22% terhadap total pencari kerja atau sekitar 0,28% dari total penduduk usia produktif di wilayah hulu yang meliputi Toili, Toili Barat dan Batui.

Kenaikan pendapatan secara tidak langsung juga akan dapat dinikmati oleh penduduk lokal yang membuka usaha untuk memenuhi keperluan tenaga kerja. Jika diasumkan setiap jenis usaha yang dibuka oleh penduduk lokal dapat melayani kebutuhan sektiar 15 – 20 orang, maka dengan adanya tenaga kerja sebanyak 157 orang diprakirakan akan terdapat sekitar 10 orang penduduk yang akan membuka usaha. Jika rata-rata penghasilan mereka dari membuka usaha sekitar Rp. 500.000,00/bulan setiap orangnya, maka diprakirakan di wilayah studi setiap bulannya akan terjadi peningkatan pendapatan secara langsung maupun tidak langsung sebesar:

tenaga kerja (unskill) = 127 x Rp. 1.000.000,00 = Rp. 127.000.000,00 penduduk yang membuka usaha = 10 x Rp. 500.000,00 = Rp. 5.000.000,00 +

Rp. 132.000.000,00 Bila kenaikan pendapatan tersebut dirata-ratakan terhadap jumlah total penduduk di wilayah hulu yang sebanyak 89.002 jiwa, maka setiap bulannya setiap penduduk akan menerima manfaat dari adanya proyek sebesar Rp. 1.483,11 atau sekitar Rp. 7.415,56 untuk setiap kepala keluarga dengan 5 orang anggota keluarga. Dengan demikian kenaikan pendapatan ini sebenarnya relatif hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil penduduk saja dan tidak begitu signifikan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan warga masyarakat di bagian hulu pada umumnya. Besaran dampak yang ditimbulkan adalah positif kecil (+1) karena kenaikan pendapatan hanya sekitar Rp 7.415,56 per keluarga per bulan, sehingga tingkat pendapatan masyarakat yang semula buruk (2) akan meningkat menjadi sedang atau berskala 3.

Derajat kepentingan dampak: a) Jumlah manusia terkena dampak

Jumlah manusia terkena dampak yang menikmati manfaat atau dampak positif dari kegiatan ini relatif sangat sedikit, yakni sekitar 1,22% terhadap total pencari kerja dan sekitar 0,28% terhadap total penduduk usia produktif. Oleh karena itu bobot dampaknya bersifat tidak penting (TP).

b) Luas wilayah persebaran dampak

Luas wilayah persebaran dampak dikategorikan tidak penting (TP) karena dampak yaitu adanya kesempatan kerja khususnya bagi tenagaunskill relatif hanya dapat dinikmati oleh penduduk di sekitar tapak proyek.

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak tidak begitu besar mengingat jumlah tenaga kerja yang terlibat relatif kecil dan dampak akan berlangsung dalam waktu yang relatif pendek atau bersifat sementara. Oleh karena itu sifat dampak menjadi tidak penting (TP).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak

Kenaikan pendapatan yang ada relatif kecil sehingga tidak akan berpengaruh terhadap kualitas atau kesejahteraan penduduk. Dengan demikian sifat dampaknya adalah tidak penting (TP).

e) Sifat kumulatif dampak

Dampak yang ada diprakirakan tidak bersifat kumulatif sehingga dampak ini dikategorikan tidak penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak

Ditinjau dari kriteria berbalik tidak berbaliknya dampak, dampak kegiatan ini dapat dinilai penting (P), karena tingkat pendapatan penduduk dapat berbalik ke kondisi semula yang rata-rata buruk, manakala kegiatan proyek telah berakhir.

Dalam dokumen Bab-5 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING (Halaman 64-68)

Garis besar

Dokumen terkait