DAFTAR BOX
5.1 Indeks Pembangunan Manusia .1 Capaian Utama Pembangunan
Kualitas sumber daya manusia Indonesia terus mengalami peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan peningkatan dari 71,94 pada tahun 2020 menjadi 72,29 pada tahun 2021. Peningkatan IPM terbentuk dari kontribusi Umur Harapan Hidup (UHH) menjadi 71,57 tahun; Harapan Lama Sekolah (HLS) menjadi 13,08 tahun; Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas menjadi 8,54 tahun; dan pengeluaran per kapita Rp11,156 juta. Meski demikian, upaya peningkatan kualitas SDM menghadapi tantangan akibat pandemi COVID-19.
5.1 Indeks Pembangunan Manusia
Gambar 5.1
Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2019-2021
Sumber: BPS, 2022.
Pada dimensi kesehatan, UHH mengalami peningkatan dari 71,47 (2020) menjadi 71,57 (2021). Meski demikian, pembangunan kesehatan masih menghadapi tantangan besar, antara lain Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih tinggi, yaitu sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (SUPAS, 2015) dan 24 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2017) dengan Annual Reduction Rate (ARR) AKI sebesar 2,4 persen per tahun. Untuk mencapai target RPJMN 2020-2024, Indonesia membutuhkan ARR sebesar 5 persen per tahun untuk AKI sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup dan untuk AKB 16 per 1.000 kelahiran hidup.
Pada pembangunan pendidikan diarahkan pada upaya pemulihan dampak pandemi COVID-19 terhadap peningkatan taraf pendidikan penduduk Indonesia. Pada tahun 2021, capaian RLS penduduk usia 25 tahun ke atas mencapai 8,54, meningkat dari tahun 2020 yang sebesar 8,48 tahun. Angka HLS juga meningkat dari 12,98 pada tahun 2020 menjadi 13,08 pada tahun 2021. Peningkatan RLS dan HLS pada tahun 2021 merupakan salah satu hasil dari upaya pemerintah dalam merespons pandemi COVID- 19 untuk tetap mempertahankan akses layanan pendidikan dan pencegahan peningkatan anak tidak sekolah (ATS). Di antara kebijakan yang diberikan adalah dengan memberikan bantuan Program Indonesia Pintar (PIP), bantuan kuota internet, dan fleksibilitas metode pembelajaran dan kurikulum.
Peningkatan COVID-19 varian Delta pada tahun 2021 mendorong pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat yang lebih ketat sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi. Namun, pengeluaran per kapita tahun 2021 tercatat meningkat sebesar 1,30 persen dari Rp11,01 juta per orang di tahun 2020, sejalan dengan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap tumbuh sebesar 3,69 persen. Lebih lanjut, pengeluaran per kapita penduduk di sebagian besar provinsi meningkat setelah seluruhnya menurun di tahun 2020. Peningkatan tertinggi terjadi
di Provinsi Kalimantan Utara sebesar 3,64 persen, meningkat dari Rp8,76 juta menjadi Rp9,08 juta. Secara rata-rata, Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) mengalami peningkatan dengan KBI tumbuh 0,72 persen dan KTI sebesar 0,66 persen. Peningkatan pengeluaran per kapita tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya PDB per kapita menjadi US$4.356,56 (IMF) pada tahun 2021.
Realisasi PDB per kapita tersebut relatif lebih tinggi dari negara Emerging Markets (EM) lain seperti Mesir, Vietnam, Filipina, Nigeria, dan India.
Gambar 5.2
PDB per Kapita Indonesia dan Negara Lain Tahun 2020-2021 (US$)
Sumber: IMF, diolah.
Pada tahun 2021, hampir seluruh provinsi mengalami peningkatan PDRB per kapita kecuali Bali dan Papua Barat yang masing-masing mengalami kontraksi 3,64 persen dan 2,77 persen. Provinsi yang mencatatkan peningkatan tertinggi adalah Maluku Utara yang tumbuh 14,60 persen. Dalam satu dekade terakhir, pertumbuhan tertinggi dialami Sulawesi Tengah dengan rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita sebesar 8,90 persen selama tahun 2011-2021.
Peningkatan pengeluaran per kapita tersebut didorong oleh pemulihan daya beli masyarakat seiring dengan pengendalian COVID-19 yang baik sehingga mampu meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat serta didukung oleh penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Pemerintah juga telah berupaya menjaga tingkat inflasi untuk menjaga momentum pemulihan. Selama tahun 2021, inflasi berada di bawah kisaran target Bank Indonesia, yaitu 3±1 persen, sebesar 1,87 persen. Selain itu, berbagai program bantuan telah diberikan untuk menjaga daya beli masyarakat, di antaranya adalah penyaluran bantuan sosial melalui Program Keluarga Harapan (PKH),
1.935,04 2.083,16
3191,05 3.323,43
3.520,74 3.618,52 3.680,67 3.922,60
5.368,32 5.624,50
6.840,66 7.167,52
8.506,91 8.571,94 8.610,03
10.351,08 11.148,80
India Nigeria Maroko Filipina Vietnam Mesir Sri Lanka Indonesia Kolombia Afrika Selatan Brazil Thailand Meksiko Argentina Turki Malaysia Iran
2020
2.088,64 2.282,97
3.571,80 3620,32 3.724,54 3742,68 3.925,83
4.356,56 6.156,14
6.950,43 7.336,09
7.563,56 9.527,68
10.039,58 10.658,46
11.399,12 16.783,82
Nigeria India Filipina Maroko Vietnam Sri Lanka Mesir Indonesia Kolombia Afrika Selatan Thailand Brazil Turki Meksiko Argentina Malaysia Iran
2021
Program Sembako, Bantuan Sosial Tunai, Bantuan Langsung Tunai (BLT) Minyak Goreng, dan BLT Dana Desa.
5.1.2 Permasalahan dan Kendala
Pandemi COVID-19 memberikan tekanan berat bagi sistem kesehatan dan mempengaruhi ketercapaian IPM. Pelayanan kesehatan esensial seperti kesehatan ibu dan anak, gizi masyarakat, dan pengendalian penyakit menjadi terhambat. Kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan menurun selama pandemi menyebabkan ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan antenatal yang memadai, potensi adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat cakupan imunisasi yang rendah, dan tidak tertanganinya beberapa penyakit dengan baik. Penguatan investasi di sektor kesehatan perlu untuk terus dilakukan mengingat masih terbatasnya sistem kesehatan Indonesia, termasuk infrastruktur dan kemampuan sumber daya pada aspek promotif, preventif, maupun kuratif yang masih relatif lemah. Untuk itu, diperlukan reformasi sistem kesehatan untuk meningkatkan kapasitas ketahanan dan kesiapsiagaan kesehatan, menjamin ketersediaan dan kemudahan akses supply side pelayanan kesehatan yang berkualitas di seluruh Indonesia, meningkatkan peran masyarakat dan memperkuat upaya promotif serta preventif.
Tantangan utama dalam pendidikan selama pandemi COVID-19 adalah aksesibilitas layanan pendidikan. Masyarakat dengan latar belakang ekonomi lemah terutama yang berada di daerah khusus dan Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) menjadi kelompok yang rentan terdampak. Pembelajaran jarak jauh serta pembelajaran berbasis teknologi, informasi, dan komunikasi menjadi solusi alternatif untuk menjaga kegiatan belajar-mengajar tetap berlangsung. Adapun, masih terdapat 4 juta anak tidak sekolah karena permasalahan ekonomi, anak di daerah 3T, anak dengan disabilitas, anak telantar/jalanan, dan anak berhadapan dengan hukum. Pada aspek kualitas, kompetensi guru banyak yang belum memenuhi standar dan kualifikasi D4/S1, pendekatan pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi/High Order Thinking Skills (HOTS), penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang belum merata, serta upaya pengawasan dan penguatan mutu satuan pendidikan melalui pelaksanaan akreditasi.
Perekonomian tumbuh lebih lambat akibat pandemi COVID-19. Dunia usaha yang belum pulih sehingga memperlambat penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya beli masyarakat. Lebih lanjut, struktur ekonomi di sebagian besar provinsi di Indonesia masih rentan terhadap gejolak eksternal. Diversifikasi ekonomi yang masih rendah menjadi salah satu penyebab rentannya struktur ekonomi. Salah satu provinsi yang terdampak akibat hal ini adalah Provinsi Bali yang mengalami kontraksi dalam dua tahun terakhir akibat ketergantungan yang sangat besar pada sektor pariwisata.
Struktur ekonomi yang tidak berkelanjutan di sebagian besar provinsi di Indonesia juga menjadi hambatan dalam upaya pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.
Kontribusi sektor industri dan jasa-jasa dalam struktur perekonomian menurun, beralih ke sektor primer seperti pertanian.
5.1.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ditargetkan mencapai 73,41-73,46 pada tahun 2022. Upaya terus dilakukan untuk meningkatkan IPM dilakukan melalui (1) peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang difokuskan pada (a) penguatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, (b) Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, (c) pelayanan gizi, serta (d) reformasi sistem kesehatan nasional melalui penguatan upaya promotif dan preventif, penguatan ketahanan kesehatan, dan penguatan kapasitas sistem kesehatan; (2) peningkatan pemerataan akses layanan pendidikan berkualitas serta peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran melalui (a) penerapan kurikulum dan metode pembelajaran inovatif, (b) pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, (c) penjaminan kualitas kompetensi dan mutu pendidikan, (d) afirmasi akses di semua jenjang pendidikan, dan (e) percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun, dengan perhatian khusus pada kelompok masyarakat berstatus ekonomi lemah; dan (3) upaya di bidang ekonomi untuk menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat melalui (a) program bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran, (b) pemberian insentif kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), (c) menjaga inflasi agar selalu tetap terkendali, (d) upscaling dan reskilling tenaga kerja agar siap kembali dan terserap ke pasar tenaga kerja (salah satunya melalui peningkatan literasi digital), serta (e) penciptaan iklim investasi yang kondusif melalui implementasi UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja.