DAFTAR BOX
3.3 Moneter
pembiayaan melalui penguatan peran Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), Sovereign Wealth Fund (SWF), dan Special Mission Vehicle (SMV); (c) pengelolaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang efisien dan handal; serta (d) penguatan efektivitas pembiayaan investasi, di mana pembiayaan investasi harus berkontribusi terhadap perekonomian, makrofiskal, korporasi, dan pencapaian target pembangunan.
adanya perbaikan daya beli masyarakat di tengah kembali meningkatnya kasus harian pandemi COVID-19 dengan munculnya varian Omicron. Komponen inflasi pangan cenderung meningkat didorong oleh tertahannya pasokan seiring dengan berlangsungnya periode tanam dan kenaikan harga minyak dunia di pasar global.
Namun peningkatan lebih lanjut diimbangi oleh penurunan harga sejumlah komoditas pangan seiring masih lemahnya permintaan, di tengah pasokan yang memadai serta terjaganya kelancaran distribusi. Sementara itu, perkembangan inflasi harga yang diatur pemerintah sepanjang tahun 2021 dipengaruhi oleh kebijakan tarif cukai dan kebijakan tarif angkutan udara pada saat hari besar keagamaan nasional dan tahun baru.
Hingga semester I-2022, inflasi domestik meningkat karena tingginya tekanan sisi penawaran seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia. Pada Juni 2022, inflasi tercatat sebesar 4,35 persen (yoy). Realisasi inflasi Juni 2022 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,55 persen (yoy), didorong peningkatan komoditas hortikultura seiring dengan peningkatan harga komoditas global. Inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,63 persen (yoy) di tengah meningkatnya permintaan domestik, sejalan dengan konsistensi dan sinergi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga optimisme masyarakat terhadap prospek pemulihan ekonomi sehingga dapat menjaga ekspektasi inflasi. Sementara itu, inflasi kelompok volatile food meningkat signifikan tidak hanya dipengaruhi kenaikan harga komoditas dunia, namun juga terdampak kondisi cuaca seiring curah hujan tinggi di sejumlah sentra produksi yang mengganggu pasokan sehingga mendorong peningkatan harga pakan. Inflasi kelompok inflasi harga diatur pemerintah juga meningkat dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara dan energi. Ke depan, tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) diprakirakan masih berlanjut didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan global. Inflasi IHK pada 2022 diprakirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen (yoy) pada 2023.
Ketegangan politik Rusia dan Ukraina juga mendorong peningkatan inflasi hampir di sebagian besar negara-negara di dunia, utamanya ditransmisikan oleh kenaikan harga komoditas energi dan pangan. Hingga semester I-2022, bila dibandingkan dengan negara berkembang (emerging markets) lainnya seperti, Thailand, Filipina, India, dan Brazil, inflasi Indonesia relatif rendah. Begitu pula jika dibandingkan dengan beberapa negara maju (advances countries) seperti Singapura, UK, dan US. Terkendalinya inflasi Indonesia tidak terlepas dari sinergi yang semakin baik antara pemerintah dan Bank Indonesia yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) untuk menjaga pasokan dan kelancaran distribusi di tengah kenaikan harga energi dan pangan global.
Gambar 3.3
Perkembangan Laju Inflasi (Persen, yoy) Beberapa Negara Tahun 2019–2022
Sumber: Bloomberg, 2022 diolah.
Gambar 3.4
Perkembangan Nilai Tukar (Rupiah/US$) Tahun 2019–2022
Sumber: Bloomberg, 2022 diolah.
Indikator stabilitas moneter juga diperlihatkan oleh nilai tukar rupiah sepanjang 2021 yang terjaga stabil dalam kisaran Rp14.000-Rp14.600/US$. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (US$) diperlihatkan oleh realisasi yang mencapai Rp14.263 per US$ pada akhir tahun 2021. Kondisi ini ditopang oleh tingginya arus modal masuk (capital inflow) sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, masih kompetitifnya imbal hasil aset keuangan domestik, kecukupan pasokan valuta asing domestik, berlanjutnya stimulus fiskal dan moneter, serta pelonggaran kebijakan PPKM.
4,35 7,66 6,706,10 9,40 9,10
-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
Smt I 2019 Smt II 2019 Smt I 2020 Smt II 2020 Smt I 2021 Smt II 2021 Smt I 2022
Indonesia Thailand Singapura Filipina United Kingdom United States
14.194,17 14.089,63 14.574,45 14.370,29 14.272,62 14.343,83 14.430,79
Smt I-2019 Smt II-2019 Smt I-2020 Smt II-2020 Smt I-2021 Smt II-2021 Smt I-2022
Pada semester I-2022, rata-rata nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp14.447 melemah sebesar 1,05 persen dibandingkan rata-rata nilai tukar tahun 2021. Depresiasi tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global. Sementara itu, pasokan valuta asing (valas) domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif.
3.3.2 Permasalahan dan Kendala
Inflasi tahun 2022 dihadapkan pada sejumlah risiko di antaranya (1) kenaikan harga komoditas energi dan pangan global; (2) dampak penyesuaian tarif PPN, penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL), serta kebijakan cukai tembakau; (3) risiko pelemahan nilai tukar rupiah yang berpotensi mendorong kenaikan imported inflation; serta (4) faktor cuaca dan permasalahan struktural inflasi (seperti pola tanam, logistik, pengelolaan pascapanen, dan lain-lain). Inflasi IHK pada 2022 diprakirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan akan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen (yoy) pada 2023.
Pemerintah dan BI terus bersinergi untuk mewaspadai tekanan inflasi ke depan dan dampaknya terhadap stabilitas dan pemulihan ekonomi, melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID). Dari sisi kebijakan moneter, BI terus berupaya menjaga ekspektasi inflasi serta menempuh kebijakan penyesuaian suku bunga apabila terdapat tanda-tanda kenaikan inflasi inti.
Pergerakan nilai tukar pada tahun 2022 menghadapi sejumlah tantangan berupa ketidakpastian pasar keuangan meningkat seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina serta pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif.
Perkembangan tersebut berdampak pada ketidakpastian pasar keuangan global yang masih akan tetap tinggi sehingga mendorong terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai tukar di berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun demikian, dari sisi domestik kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang tetap kuat diprakirakan dapat menahan pelemahan nilai tukar Rupiah. Ke depan, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.
3.3.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Secara umum, arah kebijakan pengendalian inflasi tahun 2022 diupayakan untuk menjaga 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif). Arah kebijakan tersebut dijabarkan ke dalam strategi pengendalian inflasi tahun 2022 yang berfokus pada (1) penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk komoditas pangan strategis; (2) optimalisasi pasokan pangan melalui kawasan sentra produksi pangan atau food estate; (3) meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem logistik nasional untuk mengurangi kesenjangan harga; (4) mendorong dan menguatkan skema kemitraan petani dan nelayan dengan pelaku usaha ritel modern untuk memotong rantai pasok dan meningkatkan efisiensi pasar
demi mendukung kelancaran distribusi; (5) mempercepat penyediaan infrastruktur pendukung pertanian dan pengendalian banjir; (6) meningkatkan akurasi serta kredibilitas data pangan dan pertanian; serta (7) optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi (TI) dalam semua aspek (pasokan, produksi, distribusi, dan komunikasi kebijakan inflasi).
Pada tahun 2022, bauran kebijakan moneter yang dilakukan BI terus disinergikan dengan arah kebijakan pemerintah dan menjadi bagian dari upaya untuk mengakselerasi pemulihan sekaligus menjaga stabilitas perekonomian. Dalam hal ini, kebijakan moneter tahun 2022 lebih diarahkan untuk menjaga stabilitas (pro-stability) di tengah tingginya tekanan eksternal terkait dengan ketegangan geopolitik Rusia- Ukraina serta percepatan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara maju dan berkembang. Sementara, empat kebijakan lainnya, yaitu kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, tetap untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional (pro-growth). Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas, dengan tetap mendukung proses pemulihan ekonomi nasional. Dalam hal ini, normalisasi kebijakan moneter akan dilakukan secara sangat hati-hati dan terukur agar proses pemulihan ekonomi nasional dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Pada tahun 2022, BI telah memperkuat kebijakan moneter, di antaranya sebagai berikut (1) mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen sejak Februari 2021 hingga Juni 2022, hal ini sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar, serta tetap mendukung pertumbuhan ekonomi, di tengah naiknya tekanan eksternal terkait dengan meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara; (2) memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mendukung pengendalian inflasi dengan tetap memperhatikan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya;
(3) mempercepat normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah secara bertahap dengan menjaga kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan kepada dunia usaha dan partisipasi dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN; (4) melanjutkan burden sharing antara pemerintah dan BI dalam penanganan COVID-19 dan program pemulihan ekonomi nasional. Selama semester I-2022, BI telah melakukan: (i) pembelian SBN untuk pendanaan APBN 2022 sebesar Rp54,65 triliun sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI tanggal 16 April 2020 (SKB I) sebagaimana telah diperpanjang tanggal 11 Desember 2020 dan 28 Desember 2021, serta berlaku hingga 31 Desember 2022, dan (ii) private placement sebesar Rp21,87 triliun untuk pembiayaan penanganan kesehatan dan kemanusiaan dalam rangka penanganan dampak pandemi COVID-19 sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI (SKB III) yang berlaku mulai tanggal 23 Agustus 2021 sampai dengan 31 Desember 2022; dan (5) memperkuat koordinasi BI dengan Pemerintah dan instansi terkait melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPIP dan TPID) untuk mengelola tekanan
inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi, melalui strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, serta komunikasi yang efektif).
Sinergi kebijakan pemerintah dan BI terus diperkuat untuk mencermati risiko tekanan inflasi ke depan, melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
Bank Indonesia terus berupaya menjaga ekspektasi inflasi dan memitigasi dampaknya terhadap inflasi inti, serta akan menempuh langkah-langkah normalisasi kebijakan moneter lanjutan sesuai dengan data dan kondisi yang berkembang. Guna menjaga stabilitas makroekonomi dengan tetap mendukung proses pemulihan ekonomi nasional, koordinasi kebijakan moneter dan fiskal terus ditingkatkan. Demikian pula, koordinasi di bawah Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta koordinasi bilateral antara BI dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus diperkuat dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.