DAFTAR BOX
5.2 Kependudukan
Kontribusi sektor industri dan jasa-jasa dalam struktur perekonomian menurun, beralih ke sektor primer seperti pertanian.
5.1.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia ditargetkan mencapai 73,41-73,46 pada tahun 2022. Upaya terus dilakukan untuk meningkatkan IPM dilakukan melalui (1) peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang difokuskan pada (a) penguatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, (b) Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, (c) pelayanan gizi, serta (d) reformasi sistem kesehatan nasional melalui penguatan upaya promotif dan preventif, penguatan ketahanan kesehatan, dan penguatan kapasitas sistem kesehatan; (2) peningkatan pemerataan akses layanan pendidikan berkualitas serta peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran melalui (a) penerapan kurikulum dan metode pembelajaran inovatif, (b) pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, (c) penjaminan kualitas kompetensi dan mutu pendidikan, (d) afirmasi akses di semua jenjang pendidikan, dan (e) percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun, dengan perhatian khusus pada kelompok masyarakat berstatus ekonomi lemah; dan (3) upaya di bidang ekonomi untuk menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat melalui (a) program bantuan sosial dan subsidi tepat sasaran, (b) pemberian insentif kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), (c) menjaga inflasi agar selalu tetap terkendali, (d) upscaling dan reskilling tenaga kerja agar siap kembali dan terserap ke pasar tenaga kerja (salah satunya melalui peningkatan literasi digital), serta (e) penciptaan iklim investasi yang kondusif melalui implementasi UU No. 11/2020 tentang Cipta Kerja.
kependudukan adalah dengan memperluas cakupan kepemilikan dokumen kependudukan di masyarakat khususnya Nomor Induk Kependudukan (NIK), akta kelahiran penduduk usia 0-17 tahun, serta integrasi data kependudukan. Pada tahun 2022, cakupan kepemilikan NIK ditargetkan mencapai 99,00 persen dan cakupan kepemilikan akta kelahiran ditargetkan mencapai 97,00 persen.
Tabel 5.2
Capaian Pembangunan Kependudukan Tahun 2019-2022
Uraian Satuan 2019 2020 2021 Semester I
2021 2022 Total Fertility Rate/TFR
rata-rata anak per wanita usia subur 15-
49 tahun
2,451) 2,451) 2,244) 2,244) 2,213)
Cakupan kepemilikan NIK % 98,782) 99,112) 99,212) 98,502) 98,945) Kepemilikan akta kelahiran
penduduk usia 0-17 tahun % 90,532) 93,802) 96,572) 96,672) 97,195) Sumber: 1) Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP), BKKBN, 2021; 2) Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), 2021; 3) Target tahun 2022 berdasarkan RKP 2022;
4) Pendataan Keluarga (PK), BKKBN, 2021; dan 5) Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), 2022.
Pada semester I tahun 2022, cakupan kepemilikan NIK telah mencapai angka 98,94 persen atau sebanyak 198.915.196 jiwa meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 197.059.514 jiwa. Sementara itu, cakupan kepemilikan akta kelahiran penduduk usia 0-17 tahun pada semester I tahun 2022 mencapai 97,19 persen atau sudah melebihi target RKP untuk tahun 2022 yaitu 97,00 persen. Terdapat berbagai upaya dan inovasi dalam pelayanan dokumen kependudukan untuk memperluas cakupan kepemilikan dokumen kependudukan, antara lain (1) pelayanan administrasi kependudukan secara daring, (2) penerapan legalisasi dokumen dengan menggunakan tanda tangan secara daring, dan (3) pencetakan dokumen secara mandiri. Digitalisasi layanan dokumen kependudukan ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya pada saat pandemi COVID-19.
Kepemilikan dokumen kependudukan sangat penting karena dapat mempermudah akses terhadap layanan dasar. Saat ini data kependudukan telah digunakan juga sebagai alat verifikasi dalam pemberian layanan publik. Sementara itu, data kependudukan telah dimanfaatkan oleh kementerian, lembaga, BUMN, perusahaan swasta, dan lembaga lainnya melalui perjanjian kerja sama. Adapun bentuk kerja sama yang dilakukan yaitu berbagi pakai data berupa pemberian hak akses untuk verifikasi data kependudukan. Data kependudukan tersebut telah dikunci oleh Kementerian Dalam Negeri sehingga lembaga lain tidak bisa mengubah data kependudukan yang sudah ada. Pada masa pandemi COVID-19, data kependudukan juga digunakan untuk memverifikasi data pasien COVID-19, penerima bantuan sosial dan subsidi pemerintah, serta pemadanan data penerima vaksin. Selain itu, data kependudukan
juga telah digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai data dasar pelaksanaan Sensus Penduduk 2020.
5.2.2 Permasalahan dan Kendala
Pengendalian jumlah penduduk telah berhasil menurunkan rata-rata kelahiran per wanita usia subur, namun berbagai permasalahan masih ditemui, di antaranya (1) kebijakan pengendalian penduduk masih belum sinkron antara pusat dan daerah termasuk dalam pembagian kewenangan, (2) data dan informasi yang masih beragam dan belum terintegrasi, (3) bentuk kelembagaan yang bervariasi antardaerah, serta (4) masih rendahnya komitmen pemerintah daerah dalam program kependudukan.
Perubahan struktur penduduk berpengaruh pada jumlah penduduk usia produktif dan penduduk lanjut usia (lansia). Jumlah penduduk usia produktif yang besar harus dimanfaatkan agar Indonesia dapat memaksimalkan bonus demografi. Ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan pemenuhan pelayanan dasar yang berkualitas dan terjangkau. Namun demikian, belum terpadunya data antarlembaga pemerintah menyebabkan pemenuhan layanan dasar untuk penduduk usia produktif dan penduduk lansia tidak dapat berjalan secara optimal. Perbedaan data jumlah penduduk antarlembaga menyebabkan kurang tepatnya fasilitas pelayanan dasar yang perlu diberikan kepada penduduk. Selanjutnya, hal ini juga mengakibatkan kesalahan prediksi terkait kebutuhan penerbitan NIK untuk penduduk yang baru menginjak umur 17 tahun.
Cakupan kepemilikan NIK dan akta kelahiran telah mendekati target, namun capaian antarprovinsi masih sangat beragam. Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sudah mencapai target nasional. Akan tetapi, beberapa wilayah di Indonesia Timur tingkat cakupan kepemilikan NIK dan akta kelahiran masih rendah. Rendahnya cakupan NIK dan akta kelahiran pada wilayah Indonesia timur disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (1) terhambatnya pelayanan pada daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T) karena adanya kesulitan geografis; (2) memiliki jumlah penduduk rentan administrasi kependudukan (adminduk) yang tinggi; (3) belum terpenuhinya dokumen persyaratan seperti buku nikah dan akta perkawinan orang tua dalam rangka mengurus akta kelahiran; (4) masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai prosedur pengurusan dan pentingnya kepemilikan dokumen;
dan (5) belum optimalnya penerapan prosedur dan standar praktik pelayanan pencatatan kelahiran dan dokumen kependudukan lainnya di berbagai daerah. Selain itu, adanya pandemi COVID-19 juga menghambat pemberian layanan adminduk akibat adanya pembatasan pelayanan tatap muka.
5.2.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Pembangunan kependudukan diarahkan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dengan menurunkan angka kelahiran total dan memperkuat tata kelola kependudukan yang dilaksanakan antara lain melalui (1) penguatan kebijakan pengendalian penduduk baik di tingkat pusat maupun daerah; (2) penguatan satu
kependudukan yang ada secara komprehensif; serta (3) penguatan komitmen pemerintah daerah melalui advokasi dan penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).
Pada tahun 2022 pemerintah berfokus pada peningkatan cakupan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, terutama pada wilayah 3T, penduduk rentan administrasi kependudukan seperti penduduk korban bencana alam atau bencana sosial, dan kelompok khusus seperti masyarakat adat dan penghayat kepercayaan, pemutakhiran data penduduk pascapandemi COVID-19, pemanfaatan data kependudukan untuk pembangunan dan pelayanan publik sebagai bagian dari transformasi digital, penyediaan statistik hayati dan penguatan integrasi sistem administrasi kependudukan untuk membangun Satu Data Kependudukan, serta peningkatan koordinasi dan kolaborasi seluruh pihak melalui pendirian Kelompok Kerja Strategi Nasional Percepatan Administrasi Kependudukan untuk Pengembangan Statistik Hayati.
Strategi pembangunan kependudukan di antaranya (1) pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) terpusat di seluruh kabupaten dan kota; (2) perluasan jangkauan layanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil bagi seluruh penduduk dan warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri; (3) peningkatan kesadaran dan keaktifan seluruh penduduk dan WNI di luar negeri dalam mencatatkan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting; (4) percepatan kepemilikan dokumen kependudukan bagi penduduk rentan dan kelompok khusus; (5) peningkatan ketersediaan statistik hayati yang akurat, lengkap, dan tepat waktu untuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; (6) pemenuhan dan pencapaian target nasional kepemilikan dokumen kependudukan, meliputi perekaman KTP elektronik, kepemilikan KIA, cakupan kepemilikan akta kelahiran anak dan cakupan akta kematian, akta perkawinan, dan akta perceraian; (7) peningkatan pemanfaatan data dan informasi kependudukan yang terintegrasi dengan data keluarga secara aktif oleh kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lain untuk meningkatkan akses dalam pelayanan publik; (8) pelibatan aktif dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan berbasis elektronik dengan mewujudkan layanan administrasi kependudukan secara digital dalam genggaman; (9) penguatan koordinasi, kolaborasi, dan sinkronisasi antar-K/L, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan yang terkait layanan pendaftaran penduduk, pencatatan sipil serta pengembangan statistik hayati; (10) penguatan sinergisitas kebijakan pengendalian penduduk dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang; (11) penguatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan pusat, provinsi serta kabupaten dan kota dalam bidang pengendalian penduduk; dan (12) penyederhanaan kebijakan dan penyediaan inovasi yang memudahkan penduduk dalam mengurus dokumen kependudukan serta pemanfaatan teknologi dalam peningkatan layanan publik.